“Kalau cara kerjamu seperti ini, kamu bisa membahayakan yang lain!” Bentak Ernest pada rekannya itu.
Dia sangat berpengalaman bekerja menghadapi orang-orang seperti Thomas sewaktu dia bertugas di divisi kejahatan di jalanan.
“Maafkan rekan saya, sekarang tanggung jawabnya saya ambil alih untuk membuat laporan Anda.” Kata Ernest pada Thomas.
“Saat ini kami tidak ingin melakukan negosiasi, kami hanya ingin bertemu dengan George,” kata Donny kesal.
“Tenang, kawan. George ini sudah melakukan hal yang tidak menyenangkan pada kalian. Kenapa kalian tidak mencoba melaporkan saja? Saya akan mencoba membantu kalian membuatkan laporannya,” kata Ernest lagi.
“Apakah ada jaminan kalau kalian akan memproses laporan kami? Kalian pasti akan melindungi dia seperti orang itu,” kata anak buah Donny.
Ernest melirik kepada Thomas, dia membaca karakter Thomas karena Thomas terlalu tenang dalam keributan ini. Ernest sering mendengar nama Thomas, namun baru kali ini dia bertemu dengannya.
“Saya hanya bisa menjanjikan kalau laporan anda akan saya proses.” Kata Ernest lagi.
Thomas bangkit dari duduknya untuk menghampiri Ernest dan merangkul pundaknya dengan tenang. Ernest hafal dengan gaya seperti ini, namun dia tetap tenang.
“Saya pebisnis, saya ingin ada jaminan dari Anda. Saya beri waktu 3 hari untuk kalian menyelesaikan masalah saya, atau saya akan membuat masalah dengan hidup Anda dan seisi kantor ini beserta keluarganya,” Thomas berbisik pada Ernest.
Ernest tahu ancaman Thomas tidak main-main. Tapi, Ernest tetap tenang menghadapi Thomas.
“Saya akan usahakan, 3 hari kan selesai,” Jawab Ernest meyakinkan Thomas, meskipun dia sendiri tidak yakin dengan jawabannya.
Karena dia sudah tidak ada kekuasaan lagi di kantor itu. Lagi pula dia pun belum ada 1 bulan bekerja di bagian itu namun pelanggarannya sudah banyak. Dia ingin membuat Jack mengembalikannya ke divisi sebelumnya.
“Kalau tidak?” Tanya Thomas.
Belum sempat Ernest menjawab, muncul seseorang bertubuh gagah dan tampan, dia tampak berenergi meskipun usianya sudah lebih dari 50 tahun.
Lelaki itu menghampiri Ernest yang sedang di rangkul oleh Thomas.
Ernest memberi hormat padanya, lalu menjabat tangannya.
“Halo pak, apa kabar?” Tanya Ernest dengan sopan.
“Jangan kau ganggu anakku,” katanya sambil melepaskan tangan Thomas dari pundak Ernest.
“Dia anakmu? Kamu masih jadi kepala Pasukan Khusus disini, Smith? Saya pikir sudah pensiun.” Kata Thomas menjabat tangan Smith.
“Semua disini adalah anakku. Jadi, jangan pernah kau ganggu mereka saat mereka sudah bertugas.” Tegur Smith.
“Aku tidak sedang mengganggu mereka, Smith. Aku yang sedang diganggu anakmu, si George,” sahut Thomas sambil menatap tajam kepada Smith.
Smith membalas tatapan Thomas dan berpikir sejenak.
“George? George siapa?” Tanya Smith keheranan.
“Ada berapa George, Ernest?” Tanya Smith kepada Ernest tanpa mengalihkan pandangannya dari Thomas sambil mengangkat dagu miliknya.
“George yang saya kenal, yang di kantor ada dua orang, sedangkan yang di lapangan ada satu orang, Pak” Jawab Ernest.
Smith memiringkan kepalanya.
“George mana yang kamu maksud?” Tanya Smith kepada Thomas.
Thomas memberi tanda kepada Donny untuk menyerahkan data George yang dia dapat. Thomas memeriksanya sekali lagi, lalu diberikannya kepada Smith.
Smith membacanya sejenak.
“Sepertinya dia anak baru disini,” Smith berkata pada dirinya sendiri.
Smith menoleh ke arah Ernest. Lalu berkas itu diberikan kepada Ernest.
“Ernest, tolong tangani masalah laporan tentang George segera ya. Kamu panggil dia ke kantorku, sekarang,” Kata Smith.
“Kita minum kopi di kantor aku di atas,” Smith menepuk bahu Thomas untuk mengajak beranjak dari sana.
“Apakah dia anakmu? Kamu hafal namanya.” Tanya Thomas sambil mengikuti langkah Smith.
Mereka meninggalkan Ernest yang tertegun.
“Rupanya mereka teman lama, kenapa harus membuat laporan? Padahal kalau dia langsung mencari Mr. Smith, tidak akan terjadi keributan disini,” Ernest berkata pada dirinya sendiri.
“Benar,” sahut seseorang.
Ernest menoleh kepadanya, rupanya rekan yang tadi sempat kena tinjunya.
“Sebaiknya kamu cari George secepatnya, kalau kamu ingin aku maafkan,” kata Ernest pada rekannya itu sambil meninggalkannya.
“Hei , tunggu! … Bukankah … “ belum dia menyelesaikan berbicara, Ernest sudah masuk ke dalam lift sambil melambaikan tangannya.
\=====
Pagi ini jadwalnya Ernest untuk mengantar putrinya, Hanna, ke sekolah. Sepanjang jalan Hanna bernyanyi mengikuti alunan lagu dari alat memutar musik di dalam mobil Ernest.
“Apakah kamu selalu seperti ini atau karena Ayah yang mengantar, Hanna?” Ernest menggoda putrinya yang baru berusia 7 tahun itu sambil tersenyum.
“Karena aku diantar Ayah,” sahutnya Hanna sambil tertawa gembira.
“Ayah, minggu depan lebih baik aku ikut berkemah atau kita pergi liburan saja?” Tanya Hanna.
“Ide dari mana seperti itu?” Tanya Ernest tertawa. Sebenarnya dia agak terkejut anaknya sudah bisa memberikan pilihan.
“Ide dari Wendy, dia teman di kelas aku. Sedangkan dia dapat ide dari kakaknya,” celoteh Hanna sambil memainkan rambutnya.
“Kamu sudah jadi gadis kecil sekarang ya?” Kata Ernest tertawa sambil mengusap kepala Hanna yang tersenyum lebar.
“Nah sudah sampai, nanti kamu akan dijemput oleh Bibi Avril ya,” kata Ernest sambil memberikan tas Hanna. Ernest mengantar Hanna sampai depan gerbang sekolahnya.
“Ayah tidak bisa menjemput aku lagi?” Tanya Hanna kecewa. Bibir mungil miliknya cemberut.
“Maafkan Ayah, Sayang. Ayah harus lembur agar bisa liburan ke pantai,” sahut Ernest sambil tersenyum.
“Jadi, kita akan liburan, Ayah?” Tanya Hanna tidak percaya.
Ernest mengangguk sambil tersenyum, dan Hanna memeluknya karena senang.
“Tugas pertama selesai,” Kata Ernest pada dirinya saat mengendarai mobilnya menuju kantor.
Sesampainya di kantor, Ernest bersenandung sambil berjalan menghampiri kantor Mr. Jack.
“Hei, kamu tidak boleh keluar masuk ke ruangan ini seenaknya, kamu sudah bukan bagian dari divisi ini,” seseorang meneriaki Ernest. Terdengar beberapa orang lainnya juga memperingatkan Ernest.
Ernest mengabaikan mereka dan langsung masuk ke dalam ruangan Mr. Jack.
Mr. Jack melirik ke arah pintu untuk mengetahui siapa yang datang ke ruangan miliknya ketika mendengar suara pintunya di ketuk.
“Hmmm, dia lagi,” Keluh Mr. Jack pada dirinya sendiri.
“Halo apa kabar?" Tanya Ernest dengan nada senang.
Kali ini Ernest duduk di sofa tamu di depan meja Mr. Jack.
“Langsung saja, katakan, tidak usah pakai basa-basi,” tandas Mr Jack.
“Ayo dong Mr Jack, kamu tahu yang aku mau,” kata Ernest sambil tersenyum ke arah Mr Jack.
“Tidak,” Jawabnya singkat.
Ernest menghela nafas panjang dan bangkit dari duduknya. Kini dia di hadapan Mr Jack dan duduk disana.
“Bagaimana kabar permohonan pengajuan pemindahan tugas aku di divisi lalu lintas?” tanya Ernest.
Namun Mr Jack tidak langsung menjawabnya, dia masih memeriksa berkas di hadapannya.
‘Hmmm, si Jack sedang membuat ulah lagi. Demi permohonanku aku akan bersabar kali ini,’ pikir Ernest.
Sudah 5 menit tidak ada jawaban dari Mr Jack. Akhirnya dia berpikir untuk mendesaknya dengan segera.
Ernest bangkit dari duduknya, dan dia mengambil sapu tangan dari sakunya. Lalu dia membersihkan meja Mr. Jack dengan sapu tangannya itu sambil menata kembali dengan rapi.
Mr. Jack merasa Ernest sudah mulai mengganggunya dengan perbuatannya itu.
Mr. Jack mengangkat gagang teleponnya, dan menekan nomor yang akan dihubungi. Dia terdengar membicarakan tentang pengajuan pemindahan Ernest dengan seseorang yang dia telepon. Beberapa saat kemudian dia menutupnya.
“Malam ini kamu kebagian administrasi untuk melapor ya. Besok kamu sudah mulai bertugas menjadi Pasukan Khusus patroli lalu lintas. Lakukan yang terbaik ya,” Mr Jack memberi kabar baik untuk Ernest.
“Terima kasih, Jack,” kata Ernest dengan gembira. Dia hampir berlari saat meninggalkan ruangan Mr. Jack.
“Hei, tunggu. Aku belum selesai berbicara.” Panggil Mr. Jack.
Mendengar itu Ernest berhenti di dekat pintu masuk ruangan dan menoleh ke arah Mr. Jack.
“Selesaikan dulu tugas kamu hari ini sampai tuntas. Kudengar ada masalah dengan George.” kata Mr. Jack melanjutkan.
Ernest menepuk kening sendiri.
“Ah iya, aku hampir lupa. Sudah kuserahkan kepada rekanku itu,” sahut Ernest.
Mr Jack menggelengkan kepala.
“Selesaikan olehmu sendiri, bukan rekanmu. Karena itu adalah syarat administrasi yang harus kamu patuhi,” kata Mr. Jack dengan tegas.
“Ah, baiklah.” Sahut Ernest lirih. Dia keluar ruangan Mr Jack dengan berjalan lemas, tidak gembira seperti tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Yuiitsu
Mampir yu ke novel baru ku yang berjudul "Menjadi Ratu Fillem"
2022-05-16
1