"Airaaaaaa!" teriak Mega dan langsung memeluk Aira.
"Apaan sih Mega."
"Hehe kangen."
"Baru juga dua hari engga ketemu udah kangen aja."
"Eh Ra, lo abis nangis ya?" tanya Sandi.
"Kenapa, Ra? Engga biasanya nangis," timpal Mega.
Aira menghela nafasnya dan menceritakan semuanya pada kedua sahabatnya itu.
"Wahhh kejam banget sih Papanya Raka egois," ucap Mega.
"Iya, bisa- bisanya dia misahin orang yang saling mencintai," ujar Sandi yang ikut bersedih mendengar cerita Aira.
"Udah biarin aja, gue udah engga papa kok. Akhir- akhir ini entah kenapa gue ngerasa udah jauh gitu sama Raka. Perasaan gue ke Raka engga kaya dulu."
"Lo udah engga cinta sama Raka?"
"Ya masih sih."
"Mending lo lupain si Raka, cari yang lain," ujar Sandi.
"Iya, Ra. Engga usah dipikirin lagi si Raka," timpal Mega.
"Gue udah ikhlas kok kalau Raka sama Hana, insyaallah," lirih Aira.
"Oh ya Ra, lo sama Keno aja kayanya dia suka deh sama lo," goda Mega.
"Engga mungkin lah dia suka sama aku," balas Aira.
"Tapi aku lebih setuju kalo lo sama keno, Ra," saut Sandi.
Aira hanya terdiam dan mengajak kedua sahabatnya itu kembali bekerja. Aira menyibukkan dirinya dengan pekerjaan dan berusaha melupakan kejadian semalam.
Tingg...
Suara pesan masuk. Aira langsung membukanya.
"Kamu kapan pulang?" Keno.
"Nanti kalau kerjaan udah beres aku pulang ke rumahmu."
"Baiklah."
"Apa kau rindu denganku? Wkwkw."
"Cihh mana mungkin aku merindukan mu."
"Lalu kenapa kau bertanya kapan aku pulang, haha."
"Bertanya saja apa tidak boleh."
"Tidak!"
"Berani ya kau, awas saja kalau kau sudah kembali aku akan menghukummu."
"Kalau begitu aku tidak akan kembali ke rumahmu saja, wkkwk."
Keno tidak lagi membalasnya. Tak disadari Aira tersenyum- senyum ketika chattingan dengan Keno. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya.
Sore pun tiba, Aira segera pergi meninggalkan kantor. Ia akan ke toko sebentar untuk mengecek laporan bulan ini.
Sampai di Toko, Aira terkejut karena ada Raka di sana. Ia pura- pura tidak melihatnya dan berjalan masuk ke toko tapi tangannya ditarik Raka.
"Aira tunggu..."
"Lepaskan," ucap Aira pelan. Raka pun langsung melepaskan genggamannya.
"Aira, ku mohon jangan membenciku."
"Aku tidak membencimu."
"Lalu kenapa tadi kau ingin menghindariku?"
"Aku mau mengambil laporan keuangan bulan ini." Ia pun segera masuk dan mengambil laporannya. Saat Aira ingin keluar, Raka memeluknya dari belakang.
"Raka, ku mohon jangan memelukku."
"Tidak akan kulepaskan."
"Di sini banyak orang, jangan membuat ku malu." Aira berusaha melepaskan pelukan Raka dan akhirnya berhasil.
"Ra, aku mencintaimu."
"Sudahlah Raka, aku mohon berhentilah mencintaiku. Berusahalah untuk mencintai Hana, dia yang akan menemani mu," ucap Aira memalingkan wajahnya.
"Aku engga bisa, Ra. Tidak akan pernah bisa. Aira, apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi?" tanya Raka sedih.
"Aku akan berusaha, jadi tolong jangan buat aku mengingatmu lagi," tegas Aira ia kembali meneteskan air matanya.
"Berjanjilah untuk tetap menjadi Aira yang ku kenal, walaupun kau tidak mencintaiku lagi," ucap Raka memegang tangan Aira.
"Iya pasti, kita akan selalu bersama walau tidak saling mencintai lagi. Aku pulang dulu," pamit Aira. Aira melangkah dan terus memikirkan Raka. Ia tidak tahu apakah dia bisa melupakan cintanya.
***
Aira sudah sampai di rumah Keno, ia menyapa Bi Ijah dan Mang Dadang yang sedang di dapur dan memberikan kue yang dibawanya dari toko tadi.
Dengan perasaan sendu ia langsung ke kamar untuk membersihkan tubuhnya. Setelah makan malam, Ia lalu pergi ke ruang santai untuk menonton tv disana dan mengecek laporan keuangan tokonya.
Aira menyelesaikan pekerjaannya pukul 9 malam. Tapi ia tidak langsung ke kamar untuk tidur, ia menonton tv sebentar.
"Ayo Aira kamu harus biasakan, kamu harus merelakan Raka untuk Hana. Buang semua kenangan kamu sama Raka," ucap Aira menyemangati dirinya sendiri.
Ia kembali mengingat kebersamaannya dengan Raka, sederhana tapi mampu memberikan kebahagiaan sendiri. Aira melihat foto- foto bersama Raka. Air matanya kembali menetes.
"Belum tidur kamu?" tanya Keno yang sedang mengambil minum di dapur.
"Ehh belum. Sebentar lagi."
"Kenapa nangis lagi? Ceritakan padaku biar kamu merasa lega." Berjalan dan segera duduk di samping Aira.
Aira tidak memikirkan apapun lagi, ia hanya membutuhkan sandaran. Dengan cepat Aira menjatuhkan tubuhnya dalam pelukan Keno.
Aira menangis sekeras- kerasnya di dada Keno meluapkan semua rasa sesaknya.
Keno terdiam ia hanya mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan kepala Aira di dadanya. Keno membiarkan air mata Aira membasahi kaosnya. Dengan lembut tangannya mengusap bahu Aira untuk memberikan ketenangan.
Aira menceritakan sedikit demi sedikit kepada Keno. Hati Keno ikut teriris mendengar apa yang diceritakan Aira.
Bi Ijah dan Mang Dadang menghampiri Aira dan Keno mereka juga ikut sedih. Tapi Keno mengisyaratkan untuk pergi saja biar Aira lebih tenang.
Isak tangis Aira mulai mereda setelah menceritakan semua kepada Keno, ia segera melepas pelukannya dan mengusap air matanya.
"Maaf ya, baju mu jadi basah."
"No problem."
Aira diam sejenak, matanya yang bengkak menatap lurus ke depan dan menatap Keno yang juga sedang menatap dirinya. Hening beberapa saat, kemudian Keno mulai mengeluarkan suara.
"Ra, kamu enggak perlu sedih lagi. Tuhan pasti merencanakan sesuatu yang indah untukmu. Dan untuk keluargamu yang tidak peduli denganmu itu kau tidak perlu khawatir, masih ada aku, Bi Ijah, dan Mang Dadang juga sahabatmu itu bukan?" ujar Keno. Aira menganggukkan kepalanya.
"Ken..."
"Iya, Ra?"
"Aku boleh pinjem bahu kamu engga?"
Keno mengangguk pasti, ia mendekati Aira agar ia bisa menyandarkan kepala wanita itu di bahunya.
Aira menyandarkan kepalanya yang lemah ke bahu Keno. Ia merasakan kenyamanan dan ketenangan.
Aira memejamkan matanya yang terasa berat. Hembusan nafas Aira terdengar jelas oleh Keno. Keno terus mengusap punggung tangan Aira. Hingga beberapa menit kemudian, hembusan nafas Aira mulai teratur, menandakan kalau orang itu sudah tertidur.
Keno melirik ke wajah sendu Aira memastikan apakah dia benar tertidur. Ia mengusap air mata yang masih tersisa di pipi Aira.
"Jangan nangis lagi, aku engga tega lihat kamu nangis. I will give you happines, Ra." batin Keno.
Karena tidak ingin mengganggu tidur Aira, Keno membiarkan Aira tetap tertidur di bahunya. Keno menyandarkan kepalanya di atas kepala Aira. Ia mencium wangi rambut Aira dan mencium puncak kepala Aira dengan lembut. Keno juga merasakan kenyamanan saat berpelukan dengan Aira. Tak lama kemudian, Keno pun ikut terlelap dengan menggenggam erat tangan Aira.
***
Pagi pun telah tiba. Aira mulai mengerjapkan matanya. Ia merasakan ada beban di atas kepalanya. Ia baru tersadar kalau semalam ia tidur dengan memeluk Keno. Ternyata Keno tertidur dengan kepalanya yang bersandar di atas kepala Aira.
Aira ingin beranjak dari bahu Keno, tapi jika ia bergerak maka Keno akan terbangun, jadi ia masih diam dengan posisinya.
Deg
deg
Deg
deg
Jantung Aira berdetak cepat saat menyadari posisinya yang sangat dekat dengan Keno. Ia juga menyadari jika tangannya digenggam sangat erat.
"Nyaman sekali," batin Aira tersenyum- senyum. Ia sesekali menusuk- nusuk perut Keno dan terkekeh sendiri sudah seperti anak kecil yang menemukan mainan baru.
"Apa kau sudah selesai bermain- main dengan perutku?" tanya Keno datar, yang ternyata ia sudah bangun dari tadi.
Aira kaget dan langsung melepaskan pelukannya pada tubuh Keno. Ia tidak menjawab dan hanya nyengir saja.
"Ahh apa yang aku lakukan, buat malu saja," gerutu Aira dalam hatinya.
"Ahh..." teriak Keno kesakitan ketika meregangkan otot lehernya.
"Kau kenapa? Apa lehermu sakit?"
"Sedikit, tapi tak apa," ucap Keno tersenyum.
"Maaf, karena aku semalam pasti kau tidak nyenyak tidurnya," lirih Aira.
"It's okay, gimana keadaanmu sekarang?"
"I feel better now, thanks."
"Okay, aku mau mandi dulu," ucap Keno langsung naik ke kamarnya.
Aira menyiapkan sarapan dulu untuk Keno setelah itu ia ke kamar Keno menyiapkan pakaiannya baru ia bersiap. Hari ini Aira tidak ada pekerjaan di kantornya, jadi ia memilih untuk seharian di toko kue.
Ia sudah kembali seperti Aira yang biasanya, yang selalu tampil ceria, penuh semangat, dan tersenyum selalu.
***
Sesampainya di kantor Keno merebahkan tubuhnya di kamar khusus untuknya. Frido melihat keanehan pada atasannya itu, karena biasanya Keno langsing menatap laptop dan memulai pekerjaannya.
"Tuan, apa Anda sedang sakit?" tanya Frido khawatir.
"Tidak, aku hanya ingin tidur sebentar saja." ucap Keno memejamkan matanya.
"Frido, apa jadwal ku hari ini banyak?"
"Tidak, Tuan. Hanya bertemu dengan satu client saja jam makan siang nanti."
"Baiklah kalau begitu kau urus pekerjaanku sebentar, aku akan tidur. Badanku pegal semua."
"Kenapa, Tuan? Apa perlu aku panggilkan dokter kemari?"
"Tidak perlu." Keno terkekeh jika mengingat kejadian semalam.
Apa kau sudah benar- benar tidak waras Tuan Keno, kenapa akhir- akhir ini kau sering tertawa sendiri, gumam Frido.
"Aku sangat senang semalam, aku tidur bersama Aira. Dia memelukku dan aku memeluknya," tutur Keno.
"Apa? Jadi semalam kau meniduri Aira? Tapi kan kalian belum menikah, Tuan? Apa dia yang menggodamu terlebih dahulu? Bagaimana kalau nanti dia hamil? Reputasimu akan turun, Tuan," ujar Frido panjang lebar. Ia mengira bahwa Tuannya itu melakukan **** dengan Aira.
"Hehh ! Jaga bicaramu itu. Aku tidak melakukan apa- apa dengannya, aku masih bisa menahan hasratku," ucap Keno, ia langsung menjelaskan yang sebenarnya kepada asisten bodohnya itu.
"Ohh seperti itu, saya kira anda bercinta dengan nona Aira. Hahaha," ucap Frido tertawa kecil.
"Dasar otakmu itu mesum sekali, makanya kalau ada yang berbicara itu dengerin sampai selesai bukan langsung diberi rentetan pertanyaan gila," ucap Keno kesal.
"Hehe, maafkan saya, Tuan. Lagi pula kau ini ada- ada saja. Haha," ucap Frido tertawa.
"Sudah aku mau tidur dulu, kau pergilah."
"Baik, Tuan. Semoga mimpi indah. Mimpikan saya juga. Hahah," goda Frido. Keno langsung melemparkan bantal ke arah Frido yang sedang berlari.
***
Seperti biasa sesampainya di toko, Aira langsung menuju ke ruangannya yang berada di lantai dua. Ia akan kembali mengecek laporan keuangan bulan ini dan menyiapkan gaji untuk para karyawannya. Ia memiliki 50 karyawan, 40 di bagian untuk membuat kue, dan sisanya melayani di depan. Tokonya tak pernah sepi dan selalu diminati berbagai kalangan. Karena tempatnya yang menarik dan tidak membosankan serta kue- kue yang lezat.
Tok- tok- tok !
"Masuk !" teriak Aira ketika pintu ruangannya diketok.
"Maaf mengganggu, di depan ada Nyonya Maria menunggu mbak Aira," ucap salah satu karyawan.
"Baiklah, sebentar lagi aku akan menemuinya," jawab Aira tersenyum.
Tak menunggu waktu lama, Aira segera menemui Nyonya Maria, pelanggan setia Ai Bakery.
"Siang tante..." sapa Aira sopan.
"Siang Aira. Gimana kabar kamu, lama tidak bertemu ya," tutur Tante Maria.
"Baik kok, Tan. Alhamdulillah. Tante sendiri gimana?"
"Ya seperti yang kamu lihat, tante baik- baik saja."
Aira menyunggingkan senyumannya.
"Oh ya, kamu apakah sudah punya pacar Aira?"
Aira mendengarnya dan langsung membelalakkan matanya.
"Memangnya kenapa, Tante?"
"Hm tidak apa- apa. Tante hanya ingin tau saja dan ingin bercerita lebih banyak dengan kamu." ucap Tante Maria sembari mencubit pipi Aira. Aira dan tante Maria memang sangat dekat, Aira sudah menganggap Maria ibunya sendiri.
"Cerita saja tante, tidak perlu sungkan."
"Aira, saya itu memiliki putra semata wayang. Dia seumuran dengan kamu, dan dia belum menikah. Bahkan kekasih saja ia tidak punya. Sebenarnya banyak sekali wanita yang mendekatinya, tapi ia sama sekali tidak tertarik satu pun. Selama ini ia hanya memiliki dua mantan, entah kenapa dia tidak berfikiran untuk mencari pasangan lagi. Sulit sekali dibujuknya."
"Ehm, mungkin anak tante memang ingin sendiri dulu."
"Tante ini sudah tua, ingin sekali melihatnya bahagia, menikah dan mempunyai keturunannya. Apa kamu mau menikah dengan anak saya."
Aira yang sedang meneguk capucino tersedak ketika mendengar ucapan tante Maria. Uhuk uhuk...
Apa- apaan tante Maria ini, mengapa mudahnya dia menyuruhku untuk menikahi anaknya, gerutu Aira dalam hati.
"Sayang Aira, kamu enggak papa, kan?" cemas Tante Maria.
"Tidak apa- apa, Tante."
"Maaf kalau Tante lancang membicarakan ini sama kamu, tapi Tante hanya ingin melihat dia bahagia. Tante ingin kamu yang menikah dengan putra Tante, kamu anak yang baik, mandiri, cantik, sopan, dan pekerja keras," tutur Tante Maria seraya mengelus kepala Aira.
"Maaf tante, tapi Aira belum berfikiran ke sana. Aira masih ingin berkarir," lirih Aira.
"Tidak apa, Tante mengerti," ucap Tante Maria kecewa.
Aira merasa bersalah telah membuat Tante Maria kecewa. Suasana hening seketika, dan Tante Maria memulai pembicaraan lagi.
"Oh ya Aira, lusa Tante ada arisan di rumah. Tante mau pesan kue di sini. Bisa, kan?"
"Baik Tante, nanti Aira kasih potongan harga deh khusus buat tante cantik, hehe," kata Aira nyengir.
"Kamu ini bisa aja." Mereka pun tertawa kecil.
"Tapi nanti kamu yang antar bisa, kan?"
"Siap, Saya usahakan, Tante."
"Tante pulang dulu ya, sayang. Nanti Tante transfer uangnya dan kasih tahu alamat rumah Tante."
"Oh iya tante, hati- hati di jalan," ucap Aira tersenyum.
Tante Maria mengangguk dan segera menuju mobilnya.
"Tante Maria ini ada- ada saja." Aira menggelengkan kepalanya dan masih menatap mobil Tante Maria.
Tak terasa sore hari pun tiba, saatnya menutup toko. Para karyawan sudah berpamitan untuk pulang, namun Aira masih ingin berada di tempat itu, tempat ternyaman baginya.
Tiba- tiba ada sesorang yang berada di depan tokonya, ia pun menghampiri.
"Maaf pak, tokonya sudah tutup. Anda bisa kembali lagi besok kalau mau nongkrong." ucapnya kepada pria yang membelakangi Aira. Tidak ada respon dari pria itu, Aira bertanya lagi.
"Ehm, tapi kalau bapak hanya sekedar membeli kue saya masih bisa layani pak." ucap Aira lagi.
"Bagaimana pak?" tutur Aira lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
kiki
orng tuanya aira gak ada yg ngmong gt sama anaknya, buat nguatin anaknya, malah orng tdur d ajak ngomong
2021-08-12
0
Nina Puji Handayani
smg Tante Maria mamanya Keno
2020-10-17
6
cella_cuteee
kek nya itu mama nya Keno dah yg mau jodohin 😃😂😅
2020-09-22
5