"Cihh apa yang kau lakukan Frido, kenapa sampai memegang Aira," batin Keno.
"Sebenarnya apa yang kau mau, bugghg." Sandi menonjok perut pria itu sampai tersungkur.
Keno melihat Frido tersungkur langsung menghampirinya.
"Cukup cukup."
"Keno?" kaget tiga sahabat itu.
"Ini Frido, jangan kau pukuli lagi," ucap Keno membuka masker Frido.
"Dasar pria brengsek!" teriak Aira dan menamparnya lagi.
"Maaf, aku hanya diminta Tuan Keno," lirih Frido.
Aira langsung menatap Keno yang memalingkan wajahnya.
"Kauuu !!!!"
Aira memukuli Keno namun tidak terlalu keras. "Ampun ampun, aku hanya bercanda"
"Bercandamu keterlaluan." Aira terus memukuli Keno. Keno mencoba menghindar ia mundur- mundur, Saat Aira melangkah ia tersandung kaki meja. "Arrrggghhhh" ia dan Keno jatuh.
Cupp
Aira menindih tubuh Keno dan bibir mereka tak sengaja bertemu. Tak ada jarak antara mereka, Mata mereka bertemu, saling menatap untuk beberapa saat. Deg. Deg. detak jantung sudah tak beraturan lagi.
"Aira..." teriak Mega dan Sandi khawatir.
Aira dan Keno tersadar. Aira berusaha untuk bangun dari tubuh Keno. Ia dan Keno mencoba berdiri.
"Awww..." ringis Aira.
"Ra, kenapa? lo gapapa, kan?" cemas Mega memegang tangan Aira yang hampir jatuh.
"Kayaknya kaki gue terkilir, tapi engga sakit- sakit banget kok."
"Beneran engga papa, Ra?" tanya Sandi. Aira menggelengkan kepalanya.
"Kita ke rumah sakit sekarang," ucap Keno.
"Apaan sih, lebay banget," ucap Aira ketus.
"Kaki kamu kan sakit, kalau ada yang patah gimana. Frido panggil dokter keluarga sekarang," seru Keno. Ia khawatir.
"Jangaaaannn. Cuma kesleo sedikit kalian engga perlu khawatir, nanti juga baikan. Kau jangan telfon dokter, kaki ku tidak patah," ucap Aira, ia melototi Frido dan Keno.
"Yaudah ra, kita balik ke kantor aja," ajak Mega
"Okay tunggu sebentar, gue bayar dulu," ucap Sandi.
"Aku akan antar kalian, mari ke mobilku," ajak Keno.
"Tidak perlu, tadi kita pakai mobil kantor kok," tolak Mega.
"Kita pamit duluan ya, Keno," pamit Aira dan tersenyum kepada Keno.
Keno terus memandangi punggung Aira hingga menghilang dari penglihatannya. Ia merasa bersalah karena mengerjai Aira.
"Kamu bodoh sekali, kenapa kamu pegang- pegang Aira." kesal Keno ia menjitak kepala Frido.
"Maaf Tuan, saya kelepasan. Aira jika terlihat dari dekat sangat imut dan menggemaskan," ucap Frido.
"Kurang ajar kamu, kamu jangan pegang- pegang lagi. Awas saja kamu!" ancam Keno.
"Iya, Tuan."
"Hanya memegangnya saja, kau tidak perlu marah seperti itu. Aku tidak akan mengambilnya darimu, tenang saja Tuan Keno." gerutu Frido dalam hatinya.
***
"Ra, sumpah dehh gue tadi excited banget pas lo jatuh dan engga sengaja nyium Keno," ujar Mega.
"Apaan sih," kata Aira kesal.
"Kaya film- film gitu, aduuhhh gue jadi pengen," ucap Mega.
"Ya sana minta jatah sama pacar lo itu, hahaha."
"Eh tapi kalian cocok deh," ucap Mega lagi.
"Udah ya Mega Anastasia pacarnya Sandi. Mending kita lanjut kerja biar cepet pulang."
"Iya Ra iyaaaaaaaaa," ucap Mega malas.
Aira dan kedua sahabatnya itu pulang pukul empat sore. Mereka keluar melewati koridor.
"Ra, lo gapapa pulang sendiri?" tanya Sandi.
"Ya gapapa, engga perlu khawatir."
"Gue anter ya Ra, atau engga lo pulang ke apartemen aja malam ini."
"Engga deh, kapan- kapan aja gue pulang ke sananya. Eh bentar gue pesen ojek dulu, ya," ucap Aira.
"Ra, Itu Keno," ucap Sandi
"Mana?"
"Itu..."
"Kayanya dia nungguin lo deh, Ra," seru Mega.
"Wahhh ada yang mulai pdkt (pendekatan) nih," goda Sandi.
"Ehh samperin yukkk," ajak Mega.
"Halooo Keno," sapa Sandi dan memeluk tubuh Keno.
"Hei kamu apaan sih, lepaskan. Harga diri saya bisa jatuh nanti," ucap Keno. Mega dan Aira terkekeh melihat tingkah Sandi.
"Maaf, Ken. seneng aja gitu ketemu kamu. Hehhe."
"Kau mau jemput Aira, ya?" tanya Mega, Aira langsung mencubitnya.
"Tentu saja. Oh iya kalian mau saya antar juga engga?"
"Tidak perlu Ken, kita mau pacaran dulu. Ya kan, sayang," ucap Sandi dan langsung merangkul Mega.
"Baiklah kalau begitu, ayo Ra kita pulang." ucap Keno seraya menarik tangan Aira dan membantunya berjalan dan masuk mobil. Aira hanya menurut karena kaki nya masih pincang.
"Kak Mega, kak Sandi aku pulang duluan ya. Kalian berhati- hatilah," pamit Aira.
"Iya kamu juga hati- hati," ucap Mega dan Sandi.
Keno melajukan mobilnya, jalanan kota sangat ramai karena jam pulang kantor.
"Apa masih sakit kakimu?"
"Ehm sedikit."
"Apa perlu kita ke dokter?"
"Tidak, nanti aku minta tolong bi Ijah aja buat urut. Dia kan bisa urut."
"Emangnya bi Ijah bisa urut?"
Aira mengangguk. Keno melanjutkan perjalanannya dan sembari mengobrol dengan Aira.
***
"Tunggu sebentar, biar aku bukakan pintunya," ucap Keno lalu membuka pintu mobil dan membantu Aira yang pincang.
"Makasih."
"Hm," balas Keno datar.
"Nak Aira, kakinya kenapa pincang?" tanya bi Ijah.
"Kesleo bi, tapi udah engga papa kok," jawab Aira tersenyum.
"Biar istri saya urut nak Aira, dia bisa urut," timpal mang Dadang.
"Aira mandi dulu aja Mang, Bi. Mari."
Aira pun segera menuju ke atas.
"Biar aku ambilkan baju kamu dulu ya, nanti baru aku mandi," ucap Aira.
"Kamu langsung mandi aja, ehm biar aku ambil sendiri."
"Bukannya kamu engga bisa ambil baju sendiri ya," ledek Aira.
"Ya yaa untuk kali ini saja," ucap Keno terbata dan salah tingkah.
"Baiklah, tapi kalau bisa besok juga ya hahaha," ujar Aira.
Aira langsung mandi dan istirahat sebentar, kemudian ia di urut bi Ijah.
Ceklek
"Eh aku kira bi Ijah," ucap Aira ketika pintu kamarnya terbuka.
"Apa masih sakit kakimu?" tanya Keno.
"Tidak, cuman kalau buat jalan sakit," jawab Aira.
"Oh," ucap Keno datar.
Dasar dingin, huh. batin Aira.
Tak lama kemudian Bi Ijah pun datang membawa minyak urut untuk mengurut kaki Aira. Bi Ijah mengurut kaki Aira layaknya tukang urut profesional, entah darimana ia belajar. Setelah di urut kaki Aira lebih baik dari sebelumnya.
"Bibi keluar dulu ya nak, kalau ada apa- apa bilang aja sama bibi," pamit Bi Ijah.
"Makasih ya, Bi."
"Loh kamu ngapain masih di sini? udah malam sana makan dulu," tanya Aira kepada Keno yang tiduran sambil bermain hp di ranjang Aira.
"Biar nanti diantar Bi Ijah ke sini aja."
"Jangan, nyusahin orang tua aja kamu."
"Tapi kan itu juga udah tugas nya Bi Ijah."
"Biar aku ambilin aja kalau kamu mau makan di sini, tunggu bentar," ucap Aira beranjak dari kamarnya. Ia segera turun untuk mengambil makanan dan beberapa cemilan untuk Keno dan dirinya.
"Nih makan dulu."
"Kok cuma sepiring? Kamu mau makan sepiring berdua ya sama aku?" goda Keno.
"Enak aja, aku mau nyemil aja masih kenyang," ketus Aira.
"Emang tadi kamu makan apaan kok masih kenyang."
"Makan ramen tadi siang," jawab Aira.
"Lah tadi kan engga abis, gimana kamu kenyang."
"Makanya kalau ada orang lagi makan tuh jangan diganggu atau dikerjain, bikin seb-" ucap Aira terpotong karena Keno menyodorkan nasi ke mulut Aira.
"Udah jangan cerewet, makan aja," ucap Keno.
Deg. "Astaga jantung ku mau copot." batin Aira. Ia terus mengunyah dan disuapin Keno. Keno juga sesekali makan dari piring dan sendok yang sama.
Astaga apa- apaan ini, kita makan sepiring berdua. batin Aira.
"Udah habis," ucap Keno.
"Ehh, kamu jadi makan sedikit."
"Banyak kok," ucap Keno ia langsung menyaut snack yang dibawa Aira dan memakannya sambil tiduran dan main hp.
Aira membiarkannya karena sedang malas untuk berdebat dengan Keno.
"Ra."
"Hm."
"Maaf ya gara- gara aku kamu jatuh," ucap Keno pelan.
"Apa?" tanya Aira pura- pura tak dengar.
"Bukan apa- apa kok."
"Aku kira kamu tadi minta maaf sama aku."
"Eng- engga," elak Keno.
Aku denger semuanya, haha kamu bisa minta maaf juga ternyata. batin Aira.
"Udah sana ke kamar kamu."
"Aku mau tidur di sini aja," ucap Keno dan semakin mengeratkan pelukannya ke guling milik Aira.
"Terus aku tidur di mana?"
"Ini di samping aku kan masih lebar, kamu engga bisa lihat apa," ucap Keno menggoda.
"Enak aja, engga akan tidur sama kamu aku. Mending tidur sama Bi Ijah." Aira langsung berdiri dari sofa dan membuka pintu.
"Eh jangan bi Ijah kan tidur sama mang Dadang, jangan gangguin," cegah Keno.
"Iya iya aku pergi," ucap Keno. Aira tersenyum penuh dengan kemenangan.
"Tunggu aja nanti kalau kita udah nikah, aku engga akan biarin kamu lepas." gerutu Keno dalam hatinya.
***
Keesokan paginya, Aira sudah berada di tokonya. Ia memberitahukan pesanan Tante Maria untuk besok kepada para pekerjanya. Kue yang di pesan cukup banyak, jadi harus dipersiapkan mulai dari sekarang.
Setelah memberi tahu karyawannya, Aira langsung menuju ke kantor untuk membawakan berita hari ini.
Tring
tring
tring
(Handphone Aira berbunyi pertanda ada yang menelfon)
"Tante Maria?" ucap Aira mengerutkan dahinya.
"Halo tante..."
"Halo sayang, Tante sudah kirim alamatnya ya. Besok tante tunggu jam satu siang di rumah tante."
"Iya tante, besok Aira sendiri yang antar ke rumah tante."
"Wahh senangnya."
"Hehe iya, Tante. Maaf nih tante, Aira masih banyak pekerjaan bisa dilanjut nanti saja?"
"Oh baiklah, kamu yang semangat kerjanya ya, sayang."
"Iya pasti tante, terima kasih."
Tutt. Panggilan terputus.
"Siapa, Ra?"
"Kepo" saut Sandi.
"Biarin aja napa, yang," seru Mega.
"Itu Tante Maria nelfon."
"Iya tau kalau nelfon, tapi kenapa dia nelfon."
"Dia pesen kue tapi minta dianterin sama aku."
"Oh." ucap Mega membulatkan mulutnya.
"Tapi dia kok panggil sayang sih, Ra?" tanya Sandi.
"Engga tau juga, kemaren malah dia tiba- tiba mau jodohin aku sama anaknya," ucap Aira santai
"Aapppaaaaa..." ucap Mega dan Sandi kaget.
"Heem, aku juga engga tau kenapa dia gitu. Padahal aku tau anaknya aja engga, ya aku tolak dong. Dia kecewa kemarin, tapi entah kenapa hari ini dia masih kaya biasanya, aku kira dia akan marah tapi ternyata engga," ujar Aira.
"Ehh gila tu emak- emak, main jodoh- jodohin aja," tutur Mega.
"Tapi kenapa engga dicoba aja, Ra? Siapa tau anaknya itu kaya mantan lo," ucap Sandi.
"Aahh bodoamat lah, aku engga mau mikirin lagi."
"Kenapa, apa udah ada pengganti Raka?" tanya Sandi.
"Apa lo udah mulai suka dengan Keno?" tanya Mega.
"Engga tau, kadang dia baik kadang engga. Udah kaya bunglon aja dia."
"Hm, kita cuma bisa doain yang terbaik aja deh buat lo, Ra," ucap Sandi diberi anggukan oleh Mega.
"Thanks, pasangan somplak," ucap Aira. Dan ia pun mendapat toyoran dari kedua orang itu.
"Aww sakit."
"Kita engga somplak, cuma oon aja," saut Sandi. Mereka pun tertawa dan melanjutkan pekerjaan.
***
Sore hari dimana sudah waktunya untuk kembali pulang, Aira, Sandi dan Mega dikejutkan dengan sesorang yang berada di depan loby.
"Mang Dadang?" kaget Aira.
"Emang dia siapa, Ra?"
"Itu sopir nya Keno, tapi ngapain ya dia di sini."
"Samperin aja," seru Mega dan Sandi.
"Ehh tunggu ada chat masuk. Bentar, bentar.." ucap Aira.
"Kamu pulangnya di jemput Mang Dadang ya, aku engga bisa jemput. Aku masih ada meeting penting, aku pulang malam. Nanti suruh Mang Dadang jemput aku juga ya. Bye." Keno.
Mega melirik dan membaca pesan masuk dari Aira.
"Eheem, ada yang perhatian nih," goda Mega.
"Cie Aira cieee." Aira hanya tersenyum malu wajahnya merah seketika. Ia lalu menghampiri Mang Dadang, dan kedua sahabatnya itu langsung menuju ke parkiran untuk mengambil motornya dan pulang.
"Mang Dadang."
"Eh, Nak Aira, mari pulang."
"Harusnya Mang Dadang engga perlu repot jemput Aira. Aira udah gapapa kok Mang, bisa pulang sendiri," ujar Aira.
"Ini sudah perintah dari tuan Keno, kalau mang Dadang nolak pasti dipotong gajinya nanti."
Heran deh sama anak itu, kadang bikin meleleh tapi kadang juga bikin kesel. batin Aira tersenyum- senyum sendiri. Ia merasa senang dengan perhatian Keno.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Desty Ratnasari
waaah kejutan nieh mamak mertua sudah setuju🤣🤣🤣
2020-09-28
3
Vivianvellanie
😂😂😂😂
2020-07-26
7
Mechan
sweeeeettttttttt sekali
2020-06-20
10