Mereka sampai di rumah pukul 15.00 WIB. Keno langsung pergi ke ruang kerjanya karena sudah ditunggu Frido disana. Aira dan Bi Ijah segera membereskan belanjaan dan menatanya di dapur. Setelah itu baru pergi untuk istirahat.
"Huh, lelah sekali." Aira merebahkan tubuhnya di ranjang. Ia memainkan ponselnya dan bermain dengan aksesoris couple yang baru dibelinya tadi.
"Lucu juga, tapi kenapa aku couplean sama Keno ya, harusnya sama Raka. Semoga Raka tidak tahu," ucap Aira tersenyum- senyum sendiri.
Tiiiingggg. Notifikasi dari handphone Aira menandakan ada pesan masuk. Ia segera membukanya.
"Sayang, nanti kita ketemuan di taman ya." Raka.
"Jam berapa? Mau ngapain emangnya?"
"Jam tujuh ya, Ra. Ada yang mau aku omongin nih."
"Hm baiklah, nanti aku kesana. Byee."
***
Sesampainya di rumah Keno langsung menuju ke ruang kerjanya. Ia masuk lalu duduk di kursinya.
"Tuan, kenapa Anda senyum- senyum sendiri melihat hp anda?" tanya Frido terheran.
"Lihatlah, lucu bukan." Keno menunjukkan aksesoris hp nya itu.
"Hah?" Frido semakin heran kenapa bos nya seperti sudah gila dengan akasesoris kecil di hp nya itu.
"Ini barang couplean sama Aira. Aira juga menempelkan ini pada hp nya," jelas Keno tak bisa berhenti tersenyum.
"Tuan, bukannya Anda tidak menyukai hal seperti itu. Kalau orang lain melihat kekonyolan anda pasti harga diri anda akan turun," seru Frido.
"Sudah diamlah. Kerjakan pekerjaanmu itu."
"Anda sudah benar- benar jatuh cinta dengan wanita itu."
Mereka pun segera melanjutkan pekerjaan. Di sela- sela menyelesaikan, Keno curhat terus dengan Frido.
Aira membawakan minuman dan camilan untuk kedua orang tersebut. Entah kenapa ia mau membawakannya untuk mereka.
Tok- tok- tok !
"Masuk," saut orang di dalam.
Aira masuk dan meletakkan nampan berisi makanan dan minuman itu di meja Keno.
"Wahh, kau tahu saja kalau aku sedang haus," ucap Frido.
"Idih pd sekali kau, aku tidak membawakannya untukmu," ketus Aira.
"Lalu, untuk siapa dua gelas jus ini? Pasti untuk aku dan Keno, kan?"
"Iya ini untuk Keno, yang satunya untukku. Kalau haus pergilah ke kamar mandi minum disana," goda Aira.
"Minum dari keran air sana," goda Keno kepada Frido.
Aira tertawa melihat ekspresi polos Frido.
"Hei buanglah wajah jelekmu itu. Sudah ini minumlah," ucap Aira menyodorkan gelas kepada Frido dan tak berhenti tertawa.
"Kalau aku jelek mana mau Niken nikah sama aku," balas Frido.
"Mungkin mata mbak Niken itu rabun, ahahah."
"Kau yang rabun, jelas- jelas aku ini tampan malah dibilang jelek."
"Kalian diamlah!" teriak Keno menggedor meja. Sontak Aira dan Frido kaget. "Frido selesaikan pekerjaanmu dulu, kau Aira kalau tidak ada yang kau perlukan pergilah dari sini. Kepalaku pusing mendengar kalian berdebat terus," ucap Keno.
Aira menatap tajam ke arah Frido dan memukul lengannya. "Awass kau..." bisik Frido kepadanya. Aira kemudian pergi meninggalkan ruang kerja Keno.
***
Setelah solat maghrib Aira berencana untuk menemui Keno meminta izin keluar malam ini. Ia melihat Keno sedang bermain gitar dan bernyanyi di teras rumahnya.
"Malam Keno..."
"Eh kau, Ra"
Aira pun duduk di kursi samping Keno.
"Ken, aku mau izin keluar malam ini."
"Mau kemana?"
"Ke taman."
"Kenapa tidak mengajakku?" Aira hanya diam mendengarnya. "Oh pasti kau mau berkencan dengan Raka ya."
Aira menganggukkan kepalanya dan raut wajah Keno berubah menjadi tidak senang mendengar Aira akan berkencan dengan Raka.
"Jam berapa ke sana? Jangan pulang malam."
"Jam tujuh, iya pasti engga malam kok. Tenang saja," jawab Aira.
"Kenapa raut wajah Keno berubah sih padahal tadi dia terlihat senang, apa dia tidak suka ya kalau aku berkencan dengan Raka. Eh, tapi masa iya, mana mungkin dia cemburu denganku. Apa yang harus aku lakukan...." gumam Aira dalam hatinya.
"Kenapa tidak main gitar lagi," tanya Aira mengalihkan pembicaraan.
"Sudah tidak mood," ucap Keno ketus.
"Mood ku hancuurrr, tau kamu mau pergi sama Raka," kesal Keno dalam hatinya.
"Benar sepertinya dia cemburu hahaha, mungkin dia jatuh cinta lagi sama aku. Ehh, tidak tidakkkk itu tidak mungkin," batin Aira.
"Bagaimana kalau kau bernyanyi untukku."
"Boleh." Keno pun mulai bernyanyi dan memainkan gitarnya. Keno menyanyikan lagu Menyimpan Rasa, Ia memang sengaja memilih lagu tersebut karena menceritakan isi hatinya saat ini.
*Kau ...
Diam-diam aku jatuh cinta kepadamu
'Ku ...
Bosan sudah 'ku menyimpan rasa kepadamu
Tapi tak mampu ku berkata di depanmu
Aku tak mudah mencintai tak mudah bilang cinta
Tapi mengapa kini denganmu aku jatuh cinta
Tuhan tolong dengarkanku beri aku dia
Tapi jika belum jodoh aku bisa apa*
Saat menyanyi Keno sesekali melihat Aira dan senyum kepadanya. Aira terbawa dalam lagu tersebut ia merasa bahwa lagu tersebut ungkapan hati Kenk untuk dirinya.
"Sepertinya lagu itu menggambarkan isi hati Keno saat ini, dan sepertinya dia memang jatuh cinta lagi denganku. Aaaaa kenapa begini," batin Aira.
"Kenapa, Ra, jangan nangis." Keno melihat air disudut mata Aira ia buru- buru menyekanya agar tidak jatuh.
"Tidak, aku hanya terbawa suasana saja. Hm, apa lagu ini sedang menggambarkan hatimu sekarang?" tanya Aira.
"Iya, aku sedang jatuh cinta sama seseorang tapi dia sudah punya pacar. Dan sepertinya dia tidak bisa lepas dari pacarnya itu," sindir Keno.
Degg deggg. Jantung Aira berdetak cepat.
"Siapa orang itu, apa aku boleh tau?"
"Kau," ucap Keno lalu ia pergi meninggalkan Aira.
"Aahh, benar kan apa yang aku pikirkan, ia jatuh cinta denganku. Sebenarnya aku juga sempat memiliki perasaan yang sama denganmu tapi mulai aku hilangkan karena aku juga tidak mau menyakiti Raka. Maafkan aku Ken, maaf." Aira terisak dalam hatinya.
Keno pergi ke kamarnya. Ia terus saja memikirkan perkataannya tadi. Yang seharusnya tidak ia ucapkan agar Aira tidak memikirkan yang macam- macam.
"Ahh bodoh, kenapa aku jatuh cinta sama orang yang sudah punya pacar," teriak Keno sembari mengacak- acak rambutnya.
"Tuhan, kalau aku memang tidak berjodoh dengan Aira maka hilangkanlah perasaanku ini," lirih Keno.
Di sisi lain, Aira merasa sangat bersalah sekali dengan Keno. Ia tidak berani berpamitan kepadanya, ia hanya pamit kepada Bi Ijah dan Mang Dadang untuk pergi sebentar dan akan kembali sebelum jam sembilan malam. Aira langsung pergi ke taman untuk menemui Raka walau hatinya sedang kacau saat ini.
***
Hari ini hari terakhir bagi Raka dan Aira. Rencananya ia akan mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih di taman yang sering mereka kunjungi. Ia sangat bingung bagaimana caranya ia mengatakan kepada Aira kalau dirinya akan menikah tapi bukan dengan Aira. Di kamar Raka, ia terlihat sangat gelisah belum berani bertemu dengan Aira.
"Bagaimana aku bisa meninggalkan Aira."
"Apa yang harus ku lakukan, aku tidak mungkin menyakiti Aira. Aku sangat mencintainya, aku sudah berjanji untuk menikah dan menua bersamanya," ucap Raka sembari mengusap- ngusap wajahnya. Raka memandangi foto kebersamaannya dengan Aira. Ia mengingat hari- hari yang ia lalui bersama Aira. Memori tentang Aira tidak akan hilang begitu saja.
Flash Back On
Dua bulan lalu, tepat dua tahun usia pacaran mereka, Aira dan Raka berlibur di puncak. Mereka menghabiskan waktu seharian di sana. Puncak yang menjadi tempat Raka mengutarakan perasaannya kepada Aira yang menjadi saksi ikatan cinta mereka.
Aira dan Raka sampai di puncak pukul 8 pagi. Hari mereka dimulai dari memetik strawberry di sana. Terlihat wajah gembira dari keduanya. Sudah dua tahun mereka berpacaran tapi tidak pernah ada percekcokan diantara mereka.
Setelah memetik dan menyantap strawberry mereka melanjutkan untuk berkeliling kebun teh. Tak sedikitpun momen yang terlewatkan, mereka selalu mengabadikan momen dengan berfoto bersama. Setelah puas berjalan- jalan di kebun teh, mereka kembali ke vila milik Raka untuk membersihkan diri. Malam pun tiba, rencananya mereka akan pulang jam 7. Sebelum pulang mereka membakar jagung di depan vila.
"Hm, dingin banget kalau malam," ucap Aira sambil menggosok- gosokkan telapak tangannya.
"Kamu di dalam aja kalau gitu, Ra. Nanti kalau udah matang jagungnya, aku panggil."
"Tidak, aku akan menemanimu," sahut Aira sembari menunjukkan gigi putih dan rapinya itu.
"Kau janji akan menemaniku sampai ajal menjemput kan?" tanya Raka
"Tentu saja, Raka."
Raka pun senang mendengarnya ia pun membelai rambut Aira dengan penuh cinta.
Sembari membakar jagung, Raka menyanyikan sebuah lagu.
Ada hati yang termanis dan penuh cinta
Tentu saja 'kan kubalas seisi jiwa
Tiada lagi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu
Aira menikmati lagu yang dibawakan Raka, walaupun suaranya tidak sebagus Judika tapi tidak merusak pendengaran Aira.
"Aku akan menikahimu dan kita akan menua bersama nanti. Aku tidak akan membiarkanmu bersedih," janji yang diucapkan Raka untuk Aira sembari memegang kedua tangan Aira dan memeluknya. Aira pun senang sekali bisa menemukan lelaki seperti Raka. Tak lama kemudian mereka tersadar kalau masih membakar jagung.
"Eh, Raka sayang, nanti jagungnya gosong loh," ucap Aira yang segera melepas pelukannya.
"Astaga, sedang romantis begini ada saja yang mengganggu," ucap Raka kesal. Aira yang mendengarnya pun tertawa.
"Kau menertawakan pacar tampanmu ini?"
"Tidak sayang, hahaha."
"Awas ya..." Raka mengejar Aira yang berlari menghindarinya. Mereka tertawa lepas dan penuh dengan kebahagiaan.
Flash Back Off
Raka masih saja mengingat hari- hari yang ia lalui dengan Aira. Bagaimanapun juga Aira adalah bagian dari hidupnya, dia tidak akan bisa menghilangkan rasa cinta dan sayangnya kepada reporter cantik itu. Aira jugalah yang selama ini menyemangatinya, mengajarkan hal kecil tapi bisa merubah hidup Raka yang dulunya terasa pahit.
Ia kemudian mengemudikan mobilnya ke taman untuk menemui Aira. Sesampainya di sana, ternyata Aira belum datang. Ia menunggu dan duduk di salah satu bangku panjang berwarna putih. Ia terus melamun mengingat kebersamaannya di taman itu bersama Aira. Berlari, bercanda, tertawa bersama, bernyanyi. Semua, semua hal kecil dan sederhana tapi bisa membuat kedua insan itu larut dalam kebahagiaan.
***
"Tuhan, sulit sekali ingin mengatakan semuanya. Aku tidak sanggup. Aku mencintainya," lirih Raka.
Setelah lima belas menit menunggu, akhirnya Aira sampai ia terlihat begitu ceria. Ia langsung menghampiri Raka dan duduk disampingnya.
"Hai, sayang," sapa Aira penuh semangat dan senyum.
"Hai, Aira," balas Raka lalu mengelus kepala Aira lembut.
"Kau kenapa? Apa sedang ada masalah? Kenapa kau terlihat sedih dan pucat?"
"Tidak, badanku sedang tidak enak saja," ujar Raka berbohong.
"Kalau tidak enak kenapa mengajakku ketemuan disini, harusnya kau istirahat." Aira terlihat khawatir. "Badanmu dingin semua, wajahmu pucat sekali."
"Tidak, aku tidak apa. Kau tak perlu cemas."
"Tunggu sebentar, akan ku belikan minuman jahe untukmu dulu. Kau baik- baik disini," ucap Aira sembari memegang pipi Raka. Raka pun menganggukkan kepalanya.
"Ra, bagaimana bisa aku meninggalkan orang seperti dirimu. Kau sangat menyayangiku, begitupun denganmu. Aku enggak rela kalau harus kehilangan wanita sebaik dirimu," batin Raka.
Tak lama, Aira sudah kembali dengan dua cup minuman jahe.
"Minumlah sayang, biar badanmu hangat." menyodorkan satu cup minuman kepada Raka.
"Terima kasih, sayang." Raka pun meminumnya, tak terasa Raka meneteskan air matanya.
"Sayang kenapa kau menangis, apa ada yang sakit?" tanya Aira menyeka air mata Raka.
Raka langsung menyenderkan kepalanya di bahu Aira.
"Biarkan seperti ini sebentar saja, Ra." Aira menganggukkan kepalanya dan ia mengelus kepala Raka.
"Ada apa dengamu Raka. Kenapa kau seperti ini, kau tidak pernah bersedih selama ini." batin Aira.
"Andai takdir tidak begini, aku pasti akan bahagia bersamamu, Ra. Kau telah merubah hidupku yang tadinya gelap sekarang menjadi berwarna." Raka berbicara dalam hatinya. Ia menangis.
"Sayang, kenapa kau menangis. Cerita padaku, kalau sakit kita ke dokter sekarang ya," ucap Aira khawatir.
Raka malah semakin menjadi, ia tidak sanggup memendamnya. Ia terus menangis di pundak Aira.
"Hm baiklah, menangislah dulu. Mungkin kau akan lebih baik nanti. Kalau sudah lebih baik, ceritakan semuanya padaku," ujar Aira. Ia menjadi sedih melihat kekasihnya itu menangis.
"Aku tahu kau sedang tidak sakit, kau sedang ada masalah sepertinya. Tapi kenapa kau tidak mengatakannya padaku, apa yang kau sembunyikan," batin Aira.
"Ra..." lirih Raka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Jaya Asih
😭😭😭😭😭
2021-04-04
0
Leni Ani
kasihan taka jd ikut nangis deh😭😭😭😭😥😥🥺🥺
2020-12-19
0
🥀🖤
huhh jadi ikut nangis juga😩😖
2020-11-23
0