"Ehm tapi kalau bapak hanya sekedar membeli kue saya masih bisa layani pak." ucap Aira lagi.
"Bagaimana, Pak?" tanya Aira lagi.
"Pak?"
Lelaki tersebut akhirnya membalikkan badannya menghadap Aira.
"Kau !!!!" Aira terkejut.
"Sialan kau, kenapa tidak menjawab dari tadi. Apa urusan mu kemari !" teriak Aira sembari memukul lengan lelaki tersebut, yang tak lain adalah Frido, asisten bodoh.
"Hei, jangan memukuliku, aku bisa mati nanti," kata Frido. Aira pun menghentikan pukulannya.
"Biar saja kau mati, sungguh kau itu sangat menyebalkan," ucap Aira melipat kedua tangannya di dada.
"Apa yang kalian lakukan berdua? Kenapa terlihat seperti sedang bertengkar," tanya Keno yang mengejutkan Aira.
"Bukan hanya bertengkar, Tuan. Dia hampir saja membunuhku," rengek Frido.
"Hiihh kau ini, aku cuma memukuli lenganmu saja kenapa kau pandai memutar fakta," ucap Aira melototkan matanya ke arah Frido.
"Sudahlah Frido kau ini seperti anak kecil saja, apa gunanya badan besar dan otot kekarmu kalau dipukuli wanita saja kau mengadu padaku," tutur Keno.
Aira terkikik karena melihat ekspresi Frido.
"Kau ini seperti sedang memarahi anakmu saja Ken, lihatlah wajahnya ketakutan karena telah di marahi ayahnya." Aira tertawa terbahak- bahak.
Frido dan Keno menatap Aira dengan tatapan membunuh karena telah menertawakan mereka. Sehingga Aira langsung diam.
"Oh ya kalian kenapa ke sini? Tokoku sudah tutup, pergilah sana," ketus Aira.
"Sombong, beraninya mengusir kami !" sahut Frido.
"Apa kau, mau kupukuli lagi," gertak Aira.
"Hei kau sudah selesai belum? Ayo pulang !" seru Keno.
"Aku akan pulang sendiri, kau tidak perlu menjemputku seperti ini lain kali."
"Suka- suka aku dong," ucap Keno dan langsung melangkah masuk ke toko.
"Hei kenapa kau malah masuk?" teriak Aira tapi Keno tak menggubrisnya. Frido pun juga ikut masuk dan meninggalkan Aira.
"Hei bodoh, kenapa kau juga ikut masuk !!!"
Aira memutar mata jenuhnya melihat dua orang tak tahu malu itu main masuk ke toko orang saja padahal sudah tutup. Tak lama, ia pun ikut masuk.
Dilihatnya Keno sedang mengambil rainbow cake dan duduk menikmatinya, sedangkan Frido juga ikut mengambil beberapa kue dan memasukkannya ke dalam paper bag.
"Hei apa yang kau lakukan?" tanya Aira menghampiri Frido.
"Sedang memilih kue dan memasukkannya ke dalam paper bag ini," jawab Frido santai.
"Kenapa banyak sekali, sudah jangan ambil. Ikut aku ke kasir."
"Kenapa ke kasir aku tidak akan membayarnya. Aku di suruh Tuan Keno !"
"Hei, tapi ini tokoku, aku bisa rugi nanti," teriak Aira dan lagi- lagi tidak digubris oleh Frido.
Di sisi lain Keno nampak tenang menikmati rainbow cake kesukaannya, padahal sedang ada keributan di sana. Aira semakin jengkel di buatnya.
"Hei Aira, cepat selesaikan pekerjaanmu. Ayo pulang," ucap Keno datar.
Aira yang jengkel hanya diam dan meninggalkan kedua orang tersebut. Ia beranjak ke ruang kerjanya dan segera mengambil tasnya. Ia tak henti- hentinya merutuki kedua lelaki tersebut.
"Ayo pulang sekarang aku sudah selesai, kalau kalian berlama- lama di sini entah apa yang akan terjadi dengan tokoku nanti."
"Mari Tuan, singa galaknya sudah selesai marah- marah," ucap Frido.
"Kenapa kau bawa banyak sekali kue, aku saja hanya memakan dua slice."
"Hehe, buat stok di rumah. Niken pasti senang, Tuan."
Aira menepok jidatnya, "Aduh rugi banyak," ucapnya.
Keno terkekeh melihatnya "Baiklah ayo kita pulang Frido, sepertinya singa galak memang sudah marah," goda Keno.
"BODOAMAT!"
Mereka pun segera pulang, di dalam mobil Aira terlihat masih kesal. Ia hanya diam tak bersuara. Setengah jam kemudian, mereka sudah sampai di kediaman Keno.
"Tuan, saya pamit pulang dulu, ya," pamit Frido kepada Keno.
"Iya."
"Oh ya nona Aira, terima kasih kue nya. Besok saya akan datang lagi ke sana dan akan mengajak Niken juga," goda Frido.
Aira menghela nafas, "Silakan tuan Frido, besok kau bisa datang kesana untuk membeli kue lagi dan membayar untuk yang hari ini sekalian ya," ucap Aira dan terpaksa tersenyum. Keno tertawa dan langsung masuk ke dalam.
"Huh dasar perhitungan kau ini," seru Frido.
"Pulang sana, enyah kau dari hadapanku," usir Aira sembari melepas sneakersnya dan ingin melemparkan ke wajah si bodoh itu.
Melihat Frido sudah meninggalkannya, ia segera ke kamarnya.
"Huh dasar, mereka itu sangat menyebalkan sekali," ucap Aira, ia tak henti- hentinya menggerutu.
"Nak Aira kenapa?" tanya Bi Ijah.
"Tidak apa, Bi." ucap Aira tersenyum. "Ada yang bisa aku bantu, Bi?" Aira membantu bi Ijah memasak untuk makan malam.
"Airaaaaaaaa !!!"
"Astaga !" kaget Bi Ijah dan Aira.
"Ke- kenapa teriak? Kau tak punya malu ya, keluar hanya terlilit handuk saja," seru Aira dan melanjutkan memasaknya.
"Kau belum menyiapkan bajuku," ucap Keno datar.
"Astaga, kau kan bisa mengambilnya sendiri. Apa kau tidak bisa lihat aku sedang apa?"
"Tidak," ketus Keno.
Aira dan bi Ijah terkekeh melihat Keno yang manja.
"Nak, siapkan baju untuk tuan saja. Biar saya yang melanjutkan," bisik Bi Ijah.
"Biar saja, Bi. Kita pura- pura sibuk saja, hihi," bisik Aira tertawa kecil.
"Aira apa masih lama kau memasaknya?" tanya Keno.
"Tentu saja, bahkan kami baru memulainya. Jadi masih akan lama sekali," ucap Aira tertawa.
"Hm baiklah. Jangan lama- lama," ucap Keno datar.
"Bi, kita pelan- pelan aja ya biar Keno nunggu lama," bisik Aira.
"Iya siap, Nak Aira."
"Apa masih lama?" tanya Keno lagi.
"Sebentar aku cuci tangan dulu. Bi, udahan ya. Nanti kita kerjain Keno lagi, kasian juga dia udah nunggu 30 menit ahahah."
"Iya nak, Ternyata seru ya ngerjain tuan," ucap bi Ijah.
"Ayo anak manis, anak manja ganti baju dulu, nanti kau masuk angin loh," goda Aira.
Keno menurut dengan Aira. Entah ada apa dengannya, biasanya ia tidak mau menurut dengan siapa pun bahkan ia suka membantah orang tuanya sendiri.
"Ini pakailah," menyodorkan baju untuk Keno.
"Pakaikan," goda Keno dan ia tertawa. Wajah Aira merona seketika.
"Pakailah sendiri anak manja, kalau sudah turunlah makan malam," ketus Aira.
"Huh dasar. Aku akan balas kamu karena udah membuatku menunggu lama." batin Keno.
Keno pun turun untuk makan malam, ia sudah duduk di kursi seperti biasanya. Tapi ia tidak segera makan, ia malah asyik dengan laptopnya.
"Matikan laptopmu, makanlah dulu ini," menyodorkan makanan untuk Keno.
"Tidak."
"Sudah matikan dulu, makanlah," ucap Aira.
"Apa kau tidak lihat aku sedang sibuk," ucap Keno yang terus menatap laptopnya.
"Setelah makan kan juga bisa dilanjut."
"Tidak bisa, aku harus menyelesaikannya seka-" ucap Keno terpotong karena Aira sudah menyendokkan nasi ke mulut Keno.
"Banyak bicara!"
Keno tertawa melihat Aira kesal dengannya. Aira terus menyuapi bayi besar itu sampai habis dan tak bisa berhenti menggerutu kepada Keno. Tapi Keno malah senang dengan kecerewetan Aira.
"Kau sibuk apa sih, sampai tidak bisa makan sendiri?" tanya Aira dan berusaha melirik laptop Keno.
"Ihh jangan lihat," ucap Keno menyingkirkan laptopnya.
"Apa biar aku lihat." Aira membelalakkan matanya ketika melihat laptop Keno.
"Astaga kau ini !!! Kau hanya main game ternyata," teriak Aira.
Keno nyengir dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ini kan juga sibuk namanya."
"Tahu begitu aku tidak akan menyuapimu biar kau kelaparan. Berikan laptopnya biar aku hapus gamemu," ucap Aira dan berusaha mengambil laptop Keno.
"Jangan."
"Berikan!"
"Tidak akan, kejarlah kalau kamu bisa." Keno berlari meninggalkan Aira.
"Awas saja kau nanti !" teriak Aira.
"Ck Dasar Keno ingin sekali aku memotong tanganmu biar kau benar- benar tidak bisa makan sekalian. Menyebalkan." gerutu Aira.
***
Keno terlihat begitu serius dengan beberapa dokumen di depannya. Ia memang penggila kerja, kerjaan sesulit apapun pasti dilahapnya.
Tok-tok-tok !
"Masuk"
"Tuan, 15 menit lagi kita akan bertemu dengan client di Restoran Jepang waktu itu sekalian makan siang," ucap Frido.
"Baiklah, kau tunggu sebentar."
Tak lama kemudian mereka sudah sampai di Restoran yang dimaksud.
"Maaf pak kami terlambat sedikit," ucap Keno menjabat tangan clientnya itu.
"Tidak masalah tuan Keno. Silakan duduk."
Mereka memilih untuk makan siang terlebih dahulu sebelum membahas sebuah proyek.
"Sudah selesai pak, Mari kita mulai pembahasannya tentang proyek ini." Mereka pun membahas proyek selama setengah jam.
"Saya rasa sudah cukup, Tuan, semoga proyek ini berhasil saya pamit dulu," ucap client.
"Semoga pak, berhati- hatilah di jalan."
Setelah semua selesai, client itu pun pulang dan tinggal Keno dengan Frido untuk mengobrol sembari menikmati kopi yang sangat nikmat.
Ternyata Aira, Mega, dan Sandi juga akan makan siang di resto itu. Mereka tidak mengetahui kalau Keno dan Frido juga ada di sana.
"Tuan, ada Aira. Apa kita harus menyapanya."
Keno menatap ke arah Aira, ia pun berfikiran untuk mengerjai.
"Biarkan saja, kita kerjain saja Aira," ucap Keno tersenyum nakal.
"Mau mengerjai bagaimana?"
Keno pun membisikkan idenya kepada Frido. Frido menyetujui dan melaksanakannya.
Aira dan kedua sahabatnya sedang asyik mengobrol tiba- tiba dikejutkan dengan lelaki bermasker yang menghampiri mereka.
"Halo sayang..." sapa lelaki itu kepada Aira.
"Kau siapa? Maaf saya tidak mengenalmu," ucap Aira cuek. Ia benar- benar tidak mengenalinya bahkan suaranya.
"Siapa, Ra?" tanya Mega.
"Mana ku tahu." Aira mengangkat kedua bahunya.
"Sayang, apa kau lupa kalau aku ini pacarmu," ucap pria itu dan duduk di bangku kosong samping Aira.
"Hei apa yang kau lakukan, carilah tempat yang lain. Masih banyak yang kosong," seru Aira.
"Apa kau tidak memperbolehkan pacarmu sendiri duduk di sebelahmu."
"Pacar apa sih, Eh Aira itu jomblo ya. Engga usah ngada- ngada deh," saut Mega.
"Iya nih orang udah gila apa gimana sih, ganggu makan kita aja," timpal Sandi.
"Sayang, apa kau tidak mau mengenalkanku pada mereka? Aku kan pacar baru kamu," ucap Pria itu lagi.
Di meja lain, Keno menahan tawanya ketika melihat aksi Frido menggoda Aira.
"Pergilah, Tuan. Kau mengganggu makan siang kami," ucap Aira.
"Sayang jangan begitu, masa kau mengusir pacar mu sendiri," ucap pria itu sembari memegang dagu Aira.
Aira menepis tangan pria itu. Brakkkk !!!! Aira menggebrak meja. "Jangan menyentuhku ! Aku tidak mengenalmu, pergilah jangan mengaku sebagai pacar saya."
"Tenang Ra..." kata Sandi dan Mega menenangkan.
"Sayang, ayolah jangan marah begitu," ucap lelaki misterius itu dan kali ini ia menangkup kedua pipi Aira.
Plakkkkkk plaakkkkk
Aira menampar pipi kanan dan kiri pria brengsek itu. Ia sudah kehilangan kesabarannya. Mega berusaha menahan Aira, dan Sandi ikut geram melihat pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
kiki
rasain tuh frido, niat ngerjain malah dapet tamparan😂😂😂
2021-08-12
0
Tati Sukenti
wadidaw...auto elus2 pipi
2021-08-09
0
Elly Watty
wadidaw.....fredo dpat bonus 2 tmpolan
2021-08-01
0