"Apa kau bahagia dengannya, hingga melupakan aku?" tanya Raka.
Aira hanya menyunggingkan senyumnya. "Ternyata dia engga pernah berubah, selalu saja cemburu," gumam Aira.
"Mana mungkin aku bisa melupakanmu, aku tidak akan bisa melupakan pria dodol sepertimu, sayang," ucap Aira.
Raka yang menerima pesannya itu senang, tapi ia kembali mengingat jika ia tidak akan menemani Aira lebih lama lagi. Ia berusaha untuk membahagiakan Aira meskipun tinggal beberapa hari lagi sebelum pertunangannya dengan pilihan papa Raka.
"Hm baiklah pacarnya si dodol, karna kau sudah membuat aku cemburu maka aku akan menghukummu."
"Boleh silakan saja Tuan Raka Permana, wekaweka."
"Ehm tapi untuk apa kau pergi ke pasar malam dengan Keno, sayang? Apakah kau tahu hatiku sakit melihatmu dengannya," ucap Raka lebay.
Aku harus balas apa ya, aku juga engga tau kenapa dia bisa sama aku tadi. Dan tadi aku juga senang sekali bisa dekat dengannya. Ahh, aku tidak mengerti perasaanku mengapa jadi begini. ucap Aira dalam hatinya. Aira lalu mengetikkan pesan kepada Raka.
"Maaf sayang, tapi ini sekedar menemaninya tadi. Dia kan menyuruhku untuk mengikuti kemanapun dia pergi. Tidak bermaksud apa- apa, tenang saja aku tidak akan berpaling darimu Raka."
"Lagi pula aku tidak senang berjalan dengannya, aku hanya akan senang jika berdua dengamu sayang," tambah Aira. Sebenarnya ia sangat senang bersama Keno tadi, tapi karena menjaga perasaan Kekasihnya itu ia pun berbohong.
"Baiklah aku percaya padamu, ayo kita video call," ajak Raka. Mereka pun bercakap- cakap melalui video call.
Tak disangka, ternyata ada sesorang yang menatap Aira dari pintu kamarnya. Ia memperhatikan Aira yang senang sedang bercanda dengan pacarnya. Orang itu tak lain adalah Keno. Keno yang melihat Aira bermesraan, bercanda, dan tertawa bersama Raka hanya bisa diam, hatinya sedikit sesak. Ia lalu meninggalkan kamar Aira.
Keno merebahkan tubuhnya dengan kasar. Hatinya sakit melihat orang yang ia cintai mencintai yang lain, bukan dirinya.
"Harusnya aku tidak mencintainya lagi," teriak Keno.
"Harusnya aku juga sadar kalau Aira tetap akan bersama Raka. Aku tidak akan pernah bisa mengisi hati Aira," teriak Keno lagi, kali ini ia meluapkan emosinya dengan melempar barang- barang yang ada disekitarnya. Kamarnya kini menjadi seperti kapal pecah.
Baru saja ia berbahagia dengan Aira tapi seketika pula ia harus tersakiti. Tak lama kemudian Keno memejamkan matanya. Wajahnya sendu, ia tak pernah seperti ini sebelumnya.
***
Keesokan paginya seperti biasa setelah Aira bersiap ia menuju ke kamar Keno. Ia terkejut melihat isi kamar Keno yang seperti kapal pecah.
"Astaga, kenapa seperti ini, bukankah ia sangat mencintai kerapian. Apa yang terjadi dengannya," ucap Aira pelan.
"Keno, ini sudah pagi nanti kau akan terlambat ke kantor." Aira membangunkan Keno dengan menepuk pipi dan mengelus kepala Keno.
Keno akhirnya bangun, ia langsung beranjak mengambil handuk dan ke kamar mandi. Ia tidak menganggap Aira di kamar itu.
Kenapa dia kembali dingin, semalam saja terlihat hangat. Huh dasar, manusia itu memang seperti bunglon, sifatnya kadang baik kadang menjengkelkan. gumam Aira. Ia kemudian membereskan kamar Keno dan menyiapkan pakaiannya.
Keno keluar dari kamar mandi dan mengambil pakaian yang sudah disiapkan Aira, ia masih tidak menggap keberadaan Aira.
Setelah siap, Aira langsung memakaikan dasi Keno. Keno tetap diam walaupun jantungnya berdebar- debar.
Kenapa tetap berdebar, baiklah mulai sekarang aku akan berhenti mencintainya. Aku akan membiarkan Aira bersama Raka.
"Sudah siap, sekarang mari sarapan. Aku sudah membuatkan nasi goreng untukmu," ucap Aira dengan menampilkan senyum yang terlihat gigi rapinya itu.
"Tidak, aku akan sarapan di kantor saja," tolak Keno.
"Kalau begitu akan ku siapkan, kau bisa memakannya di kantor."
"Tidak perlu, Kau hari ini berangkatlah bersama mang Dadang. Aku ada urusan," tolak Keno lagi.
"Tidak perlu, aku akan memesan ojek saja. Kau berhati- hatilah," ucap Aira lembut.
Aira pun mengantar Keno ke depan. Hari ini Keno akan pergi bersama Frido. Frido sudah berada di depan rumah Keno.
"Selamat pagi, Tuan," sapanya. Frido mengernyitkan dahinya ketika melihat atasannya kembali seperti biasanya padahal akhir- akhir ini Keno sering tersenyum.
"Frido, apa yang terjadi dengan atasanmu itu? Dari tadi dia mendiamkanku," bisik Aira.
"Ya mana ku tahu, kau kan yang tinggal bersamanya kenapa malah tanya aku," jawab Frido yang langsung meninggalkan Aira menuju mobil. Aira pun jengkel melihat Frido mengabaikannya juga.
"Dasar, eh tapi kenapa aku mengkhawatirkannya. Biarkan sajalah. Aku akan membawakannya sarapan ke kantornya, kasihan juga ia belum makan," ucap Aira. Ia segera menyiapkan sarapan. Ia pergi menuju ke kantor Keno.
Sesampainya ke kantor ia melihat Frido dan segera menghampiri asisten Keno itu.
"Heyy Frido tunggu," teriak Aira. Frido yang mendengar teriakan itu berhenti melangkahkan kakinya.
"Ada apa, kenapa kau mengikutiku? Jangan menyukaiku, kau kan tahu kalau aku sudah mempunyai istri," ucap Frido dengan tampang sangarnya. Aira kesal dengan perkataan Frido itu, ia pun mencubit perut Frido.
"Cihhh, siapa yang mengikutimu, aku kesini ingin mengantar sarapan untuk Keno, dia belum sarapan tadi."
"Kenapa tidak bilang dari tadi."
"Kau saja bicara terus, bagaimana aku memberitahumu. Dasar bodoh !"
"Kau yang bodoh." Frido berlalu meninggalkan Aira.
"Hei katakan dulu, apakah Tuan mu itu ada di ruangannya sekarang?" teriak Aira.
"Pergilah, dia ada disana," ucap Frido yang terus berjalan ke arah luar.
"Dasar manusia sombong," Aira meneriaki Frido, Frido hanya terkekeh tak membalasnya. Pikirnya tidak akan ada habisnya jika dia meladeni Aira.
Aira pergi menuju lift menekan tombol ke ruang Presdir. Ia ingat betul kejadian pertamanya dengan Keno yang sampai- sampai Aira hampir dipecat dari pekerjaannya. Sesampainya di depan pintu ruangan presdir, Aira mengetoknya terlebih dahulu.
Tok-tok-tok !
"Masuk!" saut orang yang berada di dalam.
Aira melihat Keno yang sedang sibuk dengan laptopnya itu, ia berjalan menghampiri Keno dan berdiri di samping Presdir itu. Keno tidak mengetahui kalau Aira yang masuk, ia tetap sibuk menatap laptopnya itu.
"Kenapa kau kembali, Frido? Apa sudah selesai pekerjaanmu?" tanya Keno yang tetap saja bergeming dengan laptopnya.
"Dia menganggap aku Frido ternyata, hihihi. Biar saja dulu lah," ucap Aira terkekeh dalam hatinya.
"Frido, semalam aku mendengar Aira dan pacarnya itu sedang bermesraan lewat Video Call, mereka seperti tidak dapat dipisahkan saja. Mendengar itu rasanya sakit sekali, apakah aku benar- benar jatuh cinta lagi ya sama Aira? Jantungku terus berdebar- debar jika dekat dengannya," curhat Keno.
"Apa ! Dia jatuh cinta lagi sama aku? Dan apa katanya? Jantungnya juga berdebar- debar ketika dekat denganku?" Aira tersenyum senang mendengar apa yang di katakan Keno.
"Ehm kamu tolong belikan saya sarapan, saya lapar belum sarapan," perintah Keno.
"Ini sudah saya bawakan, Tuan." Aira menyodorkan nasi goreng dan susu ke meja Keno. Keno kaget dengan suara Frido yang berubah menjadi cewek, ia langsung memalingkan wajahnya mencari sumber suara itu.
"Lohh Airaa..." kaget Keno ketika melihat Aira berada di sampingnya.
"Kenapa?"
"Kenapa dia di sini? Sejak kapan, jangan bilang kalau dia mendengar ucapanku tadi," cemas Keno dalam hatinya. Ia salah tingkah dan langsung menatap laptopnya lagi.
"Aku tidak lapar, aku sibuk kau pergilah," pinta Keno.
"Tadi katanya lapar," goda Aira dengan menampilkan senyum manisnya.
"Tidak, kau pergilah nanti kau telat."
"Aku pergi setelah kau sarapan."
"Aku tidak ma---"
Ucapan Keno terhenti ketika Aira menyendokkan nasi goreng ke mulut Keno. Keno pun mengunyahnya.
"Hm, anak manis makan yang banyak ya..." ucap Aira sembari mencubit hidung Keno. Ia senang akhirnya Keno makan juga.
"Kalau begini, aku rasa aku akan jatuh cinta terus padamu, Aira." batin Keno. Jantungnya berdetak cepat.
Aira menyuapi Keno hingga tak terasa nasi goreng itu pun habis.
"Anak pintar, Anak manis sekarang aku pulang dulu ya. Semangat kerjanya," pamit Aira sembari membereskan wadah bekalnya itu.
"Terima kasih," ucap Keno dengan senyum merekah di wajah tampan itu. Aira mengangguk dan tersenyum ia lalu keluar dan menuju ke kantornya untuk siaran jam sembilan nanti.
Keno tidak percaya kalau Aira sangat perhatian dengannya sampai- sampai rela mengantarkan sarapan dan menyuapinya.
Tak lama kemudian Frido masuk ke ruangan bosnya, dilihatnya Keno yang tertawa sendiri membuatnya merinding.
"Tuan, kenapa anda tertawa dan tersenyum sendiri?" tanya Frido.
"Tadi Aira kemari, ia membawakan sarapan untukku dan ia juga menyuapiku," ucap Keno yang tidak berhenti tersenyum.
Frido pun ikut tersenyum melihat atasanya senang.
"Wahh, Aira memang hebat, ia mampu mencairkan gunung es Tuan Keno," gumam Frido.
"Oh ya Tuan, ternyata Toko kue yang sering dikunjungi Aira itu punya dia," cerita Frido.
"Benarkah? Tapi dia tidak pernah mengatakannya kepadaku."
"Untuk apa dia mengatakannya, Aira kan tidak sombong tuan, tidak seperti Anda," Frido tertawa terbahak- bahak.
"Cihh, mau ku robek mulutmu itu?" kesal Keno.
"Tidak, Tuan." Frido berhenti tertawa dan segera melanjutkan pekerjaannya.
***
Tepat jam dua siang Aira telah menyelesaikan pekerjaannya, ia segera menuju ke toko kuenya karena Raka telah menunggu di sana.
"Hai, Raka," suara Aira yang mengagetkan Raka.
"Eh udah datang. Ngagetin aja, kalau jantungku copot gimana."
Aira tertawa, "Lagian kamu sih ngalamun aja, mikir apa?"
Raka terdiam, ia belum berani menceritakannya kepada Aira.
"Tidak, tidak apa...Kamu udah makan siang belum, sayang?"
"Udah kok. Oh ya bentar ya, aku ambilin kue kesukaanmu," pamit Aira.
Tak lama kemudian, Aira membawa nampan berisi sepotong red velvet dan secangkir cappucino kesukaan Raka.
"Wah kamu ini ya, kalau kesini pasti disuruh makan itu. Ntar kalau aku gendut gimana."
"Ya gapapa, malah lucu dong. Malah tambah sayang hahaha," ucap Aira.
"Bagaimana bisa aku meninggalkanmu Ra, aku akan menikah dengan orang lain aku enggak sanggup Ra." batin Raka.
Aira menyuapi Raka dengan penuh cinta. Keduanya membuat para pengunjung Toko beserta Cafe itu iri melihat kemesraan mereka. Obrolan mereka pun berlanjut hingga jam 4 sore. Raka harus pergi dahulu karena ada urusan.
***
Aira masih di toko, ia kepikiran dengan Keno. Ia akan membawakan kue untuk Keno dan tak lupa dengan Bi Ijah dan mang Dadang.
"Ehm aku bawain kue ah, sekali- sekali," ucap Aira senang. Setelah mengambil empat potong rainbow cake ia langsung pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, ia langsung menuju ke dapur untuk menyimpan kue tadi di kulkas. Dilihatnya bi Ijah sedang memasak untuk makan malam.
"Bi, Keno belum pulang ya?" tanya Aira kepada Bi ijah.
"Belum nak Aira, mungkin sebentar lagi."
"Oh ya Bi, tadi aku bawain kue buat Mang Dadang dan juga Bi Ijah. Jangan lupa dimakan ya."
"Wahh, terimakasih nak, nak Aira baik deh," gemas bi Ijah sembari mencubit pipi Aira.
"Sama- sama Bi, aku mandi dulu ya. Nanti aku kesini lagi bantuin bibi," pamit Aira. Bi ijah pun mengagguk.
Tak lama kemudian Keno pun pulang. Ia melihat Aira yang sedang asyik memakan Rainbow cake, ia langsung menghampirinya dan merebut garpu yang dipegang Aira, duduk di kursi samping Aira dan memakan kuenya.
"Ehh, jangan itu kan udah aku pakai."
"Tidak apa, rasanya malah tambah enak kalau bekas bibirmu," ucap Keno tersenyum.
Aira yang mendengarnya tersipu malu. Pipinya merah, semerah tomat.
"Aaaaa ada apa denganmu Keno? Kau membuatku salah tingkah saja," lirih Aira dalam hatinya.
"Kenapa pipi mu merah?" tanya Keno pura- pura tak tahu kalau Aira sedang malu dengan ucapannya.
"Ti- tidak, tidak apa." Aira memalingkan wajahnya.
"Enak sekali," ucap Keno yang telah menghabiskan kuenya.
"Apa kau suka?"
"Tentu saja, ini kue kesukaanku."
Keno terlihat belepotan, sudut bibirnya terdapat cream kue. Aira mengambil tissue dan membersihkan mulut Keno.
"Kau ini seperti anak kecil makannya, belepotan," ucap Aira. Mereka saling bertatapan. Keno tersenyum jantungnya tak beraturan lagi, ia memegang tangan Aira dan membuat Aira jadi salah tingkah.
"Ak- aku akan ambilkan kue untuk mu lagi, di kulkas masih ada."
"Boleh." Senyum menyeringai tampak di wajah Keno.
Aira pergi mengambilkan kue lagi untuk Keno, ia senang ternyata ini adalah kue kesukaan Keno. Ia lalu menyodorkannya ke hadapan Keno. Keno pun langsung memakannya.
"Pantas saja Toko Kue mu itu laris, enak ternyata," ucap Keno.
"Apa yang kau katakan?" kaget Aira.
"Itu toko dan cafe milikmu kan," ucap Keno santai sembari mengunyah kue.
"Pasti dia akan mengejekku, dia pasti akan mengakatan toko kue dan cafe itu kecil, biasa- biasa saja, bla bla bla."
"Hm iya, memang kenapa?" ketus Aira.
"Tidak apa, Toko mu itu kecil dan aku rasa dekorasinya tidak menarik biasa- biasa saja," ucap Keno dingin.
"Kan benar apa yang aku rasa tadi," ucap Aira dalam hatinya.
"Kalau tidak menarik, lalu kenapa pengunjung selalu ramai. Mereka juga suka berfoto- foto di sana," balas Aira dengan senyum kemenangan.
"Hm sudah habis, aku akan mandi. Siapkan baju dan air hangat," Keno jadi kalah suara, ia pun mencari alasan untuk menghindari Aira. Aira terkekeh melihatnya.
"Hey, katakan dulu kenapa toko kue ku itu tidak menarik?" tanya Aira sambil terkekeh kecil.
"Sudah jangan di bahas. Aku lelah. Oh ya, bawakan aku kue tiap hari ya."
"Tidak mau!" goda Aira.
"Kenapa? Ya sudahlah, lagi pula kue tadi tidak begitu enak kau tidak perlu membawanya lagi besok." Keno kesal karena Aira menolak.
"Kalau tidak begitu enak kenapa kau habis dua potong." Aira tertawa terbahak- bahak.
"Ya- ya karena aku menghargaimu."
"Ohh, aku kira karena itu gratis jadi kau sampai nambah lagi, hihihi," goda Aira lagi. Keno hanya terdiam dan memainkan game di ponselnya.
"Sudah sana mandi !"
"Bentar, aku sedang bermain."
"Mainnya nanti juga bisa, kan."
"Tidak bisa. Kau diam saja."
Lima belas menit sudah berlalu, tapi Keno belum beranjak dari meja makan dan masih memainkan game di ponselnya itu.
"Ken."
"Hm."
"Keringat mu banyak, bau. Cepatlah mandi, nanti dilanjut lagi."
"Enak saja kau bilang aku bau, kalau pun dua hari aku tidak mandi aku masih akan tetap wangi," ucap Keno kepedean.
"Hm, iya terserah kau saja. Kalau pun seminggu tidak mandi juga tetap akan wangi. Tapi boong," ucap Aira dan ia pun tertawa terbahak- bahak.
"Kau membuatku kesal saja," seru Keno.
"Maaf maaf." Aira tidak berhenti tertawa ketika melihat ekspresi Keno yang lucu itu.
Kemudian Bi ijah datang dan membawa makanan untuk makan malam nanti.
"Tapi bener loh, Tuan. Mana ada orang yang seminggu tidak mandi akan wangi." Bi ijah menimpali dan ikut tertawa.
"Iya Bi, bener. Anak kecil juga tahu lah kalau itu."
"Bi, harusnya bibi dukung aku lah, bukan Aira," seru Keno kepada Bi Ijah yang sudah dianggap seperti ibunya sendiri.
"Dasar anak manja," saut Aira.
Keno kemudian berlari mengejar Aira, mereka kejar- kejaran di dapur hingga mang Dadang dan bi Ijah kewalahan menghadapi mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Mas Widodo
hemmmz 👍😁
2021-03-30
0
Aylaqeva Rahma
nggak bosen deh bacanya alurnya ashiiiiiiik...... ❤❤
2021-02-12
0
Aina
syuka banget dengan ceritanya
2021-01-18
1