Kesedihan Mendalam

Aira menuju ke kamar Hana, karena sejak sampai dia belum bertemu adik yang menjelma musuh itu.

Aira langsung masuk ke kamar Hana tanpa mengetuknya dulu.

"Kyaaa...kenapa engga ngetok dulu sih, gue kan lagi mau ganti baju," teriak Hana yang semakin mengeratkan handuk di tubuhnya.

"Ya sorry, gue kan juga engga tau kalau elo lagi mau ganti baju. Salah siapa engga dikunci, wleee."

Hana bergegas ke kamar mandi untuk berganti baju dengan perasaan kesal.

"Cieee yang ntar malem mau tunangan..." goda Aira.

"Apaan sih."

"Siapa sih orangnya, kok gue kepo ya."

"Engga tau, katanya dia tentara, ya sama kaya pacar lo."

"Gue udah putus sama dia." Wajah Aira berubah menjadi sendu ketika mengingat Raka.

"Kok bisa sih, katanya kalian udah dua tahun pacaran dan lo bakal kenalin sama keluarga."

"Semalem dia ngajak putus, dia mau dijodohin."

"Sabar ya, sory gue malah buat lo sedih."

"It's okey, gue cuma engga nyangka aja. Kita saling mencintai tapi takdir berkata lain haha..."

"Lo yang sabar ya..." Aira menganggukkan kepalanya.

Tiba- tiba ada seseorang masuk.

"Eh Aira sudah dateng ternyata," ucap Tante Ratna, Mama Hana langsung memeluk Aira.

"Iya, Tante."

"Mama mau ngapain kesini."

"Ini mama bawain baju buat nanti malam, buat Aira juga ini," ucapnya menyodorkan dua dress.

"Cantik tante, makasih."

"Iya, tante ke bawah dulu ya mau nyiapin yang lain." Mama Hana pun neninggalkan kamar.

"Perasaan gue dari tadi pagi engga enak banget, kak."

"Kenapa? Takut kalo calon suami lo gasuka sama lo karena lo galak?" ledek Aira.

"Ihh bukan, engga tau kenapa. Kaya bakal ada sesuatu gitu."

"Udahlah berdoa aja, engga ada apa- apa." Mereka melanjutkan ngobrol hingga sore hari.

Tak terasa malam pun sudah tiba, tepat pukul 7 keluarga calon tunangan Hana akan sampai. Orang yang ada di rumah itu pun semakin sibuk kesana kemari untuk menyiapkan segalanya.

Begitupun dengan Hana dan Aira. Mereka sibuk berdandan.

***

Di rumah Raka, Raka sudah terlihat tampan dengan jas bewarna abu muda tapi wajahnya sangat murung.

"Kamu tampan sekali nak sudah siap, kan?" tanya Mamanya.

"Ingat ya Raka, kamu jangan malu- maluin. Ingat juga apa yang harus kamu ucapkan nanti," timpal Papa Raka.

Raka hanya diam tak menanggapinya. Mereka segera melajukan mobil ke rumah calon besan itu. Di dalam perjalanan Raka hanya diam tidak bergeming, ia menatap kejalanan dengan tatapan kosong dan bergumam dalam hatinya.

"Apa aku sanggup nanti, apa aku akan benar- benar kehilangan Aira. Tuhan tolong aku."

Raka tidak menyadari kalau jalan yang mereka lewati merupakan jalan ke rumah Aira, tatapannya sangat kosong jadi tidak menyadarinya. Mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di rumah yang tak begitu besar tapi cukup mewah. Mereka disambut dengan penuh kehangatan. Tak lama kemudian lamaran dimulai. Hana dan Aira segera turun untuk menemui keluarga yang lain.

"Wahh cantik sekali kalian," ucap Mama Raka.

Raka dari tadi menundukkan wajahnya tidak mau melihat calon istrinya.

"Kenapa calon suami Hana nunduk terus sih, aku kan pengen lihat mukanya," batin Aira yang sedari tadi memperhatikan Raka.

"Ini pasti Hana?" tanya Mama Raka sembari membelai rambut Hana.

"Iya calon besan, itu anak saya. Disebelahnya itu anaknya mbak Mira."

"Ohh halo nak..." sapa Mama Raka dan Aira menyalaminya.

"Iya jeng, itu anak saya. Dia reporter dan punya toko kue sekarang namanya Aira," jelas Bu Mira.

Mendengar nama Aira, Raka langsung mendongakkan kepalanya melihat wanita yang disebut itu.

"Aira!!" teriak Raka kaget melihat Aira.

"Raka!!!" Aira juga tak kalah kagetnya melihat Raka yang ternyata calon suaminya Hana. Jantung mereka seakan berhenti berdetak.

"Kalian saling mengenal, ya?" tanya Pak Andi.

Raka tidak bisa berkata apa- apa saat ini, dia begitu syok ternyata Aira adalah saudara calon istrinya itu.

"Oh iya, kita pernah kenalan. Cuma sebatas kenal saja tidak lebih hehe," jawab Aira bohong. Wajahnya sendu, matanya berkaca- kaca.

"Tuhan ternyata yang dijodohkan sama Hana adalah Raka. Kenapa bisa begini, hiks hiks." tangis Aira dalam hatinya.

"Oh ya nak, sampaikan keinginan kamu kesini," ucap Papa Raka.

"Ya ampun, ganteng banget calon suamiku ini, kalau begini aku engga akan nolak," ucap Hana dalam hatinya. Ia tersenyum- senyum bahagia berbeda dengan Aira.

Raka menarik nafas dalam, ia tidak sanggup mengatakannya apalagi di sana ada Aira yang tak jauh darinya. Tapi ia berusaha untuk tidak memalukan Papanya.

"Sebelumnya, saya mau mengucapkan terima kasih karena sudah menerima kedatangan keluarga saya kemari."

Pak Andi, Bu Mira, dan Mamanya Hana mengiyakan dengan mengangguk dan tersenyum.

"Niat dan tujuan Raka kemari ingin mengutarakan niat baik Raka, untuk melamar Hana menjadi istri saya. Apakah kalian menerima niat baik saya," sambung Raka

Deg. Aira seperti dihantam batu besar mendengar ucapan Raka. Matanya mengeluarkan air mata tapi ia buru- buru menyekanya. Raka yang melihat Aira sangat sedih.

"Ra, maafin aku, Ra. Maaf," batin Raka yang sedari tadi melihat Aira menyeka air matanya.

"Semua saya serahkan sama Hana, bagaimana Hana, apakah kamu menerima niat baik nak Raka ini?" tanya Mama Hana kepada putrinya.

"Iya mah, bismillahirohmanirohim saya menerima lamaran Raka," ucap Hana bahagia.

"Alhamdulillah," ucap semua yang mendengarnya kecuali Raka dan Aira.

"Ya Allah, ini sangat menyakitkan, kenapa harus Hana yang menjadi calon istrinya Raka. hiks hiks." Aira terisak dalam hatinya.

"Raka, pasangkan cincin ke tangan Hana, Nak," pinta Mama Raka.

Raka mengambil kotak cincin yang disodorkan mamanya dan mengambil cincinnya.

Tangan Raka gemetar, ia tidak sanggup memasangkannya.

"Ayo, Nak..."

Raka pun memasangkan cincin itu di jari manis Hana, air matanya menetes.

"Sekarang, Hana yang memasangkan cincin ke jari Raka."

Dengan semangat Hana memakaikan cincin ke jari manis Raka.

"Alhamdulillah...." seru semuanya.

"Raka pasti sangat terharu dia sampai menangis, haha," ucap Mama Hana. Mereka pun tertawa senang.

"Kalau begitu ayo kita makan malam dulu, sudah kami siapkan," ajak Pak Andi.

Semua menuju ke meja makan. Raka dan Hana duduk bersampingan dan Aira berada tepat di depan Raka. Ia canggung, Aira terus menundukkan kepalanya melihat Raka dengan Hana ia tidak sanggup.

Di tengah makan malam mereka, sesekali disisipi canda dan obrolan.

"Bagaimana kalau pernikahan diadakan bulan depan, bukankah lebih cepat lebih baik," ucap Papa Raka.

Kaget dengan perkataan itu, Aira dan Raka menghentikan aktivitas makan mereka.

"Aku engga bisa pa. Lebih baik kita batalkan saja perjodohan ini," ucap Raka.

***

"Tidak bisa, pernikahan akan tetap berlangsung," tegas Papa Raka.

"Pah, aku engga bisa, aku hanya mau nikah sama Aira cuma dia yang aku cinta."

Semua mata langsung tertuju kepada Aira, Aira meneteskan air matanya lagi.

"Ada hubungan apa kamu dengan anak saya?" tanya Pak Andi.

"Om, saya sama Aira berpacaran. Sudah dua tahun ini, kami saling mencintai, jangan pisahkan kami."

Semua terkejut, mereka membulatkan matanya. Begitupun dengan Hana, ia tidak menyangka kalau calon suaminya itu pacarnya Aira.

"Apa benar yang dikatakan itu, Aira? Lalu siapa Keno?" tanya Bu Mira.

"Maaf semuanya, apa yang dikatakan Raka itu benar. Kami memang sempat pacaran dua tahun ini." Aira menghela nafas.

"Kalian tidak perlu memikirkan saya, disini saya yang akan mengalah. Lagi pula saya tidak mencintai Raka semenjak saya tahu ia akan dijodohkan," tambah Aira tersenyum.

"Aira kamu pasti bohong, aku yakin kamu masih mencintaiku, kan? Aku akan memperjuangkanmu, Ra."

"Tidak, kita bukan siapa- siapa lagi sekarang. Kau harus menikah dengan Hana. Lupakanlah aku," Aira berat sekali mengataknnya.

"Saya sudah selesai, Mari semuanya," pamit Aira tersenyum dan langsung meninggalkan meja makan.

Papa dan Mama Aira juga merasa sedih dengan kenyataan ini.

"Maaf atas kejadian yang tidak terduga ini," ucap Pak Andi.

"Tidak apa, saya juga tidak mengira kalau Raka pernah berpacaran dengan Aira. Yang penting pernikahan akan tetap berlangsung."

"Iya, kita akan segera menyiapkan semuanya, sehingga bulan depan mereka bisa menikah."

"Baik, kalau begitu saya sekeluarga pamit dulu," pamit Papa Raka.

Hana masih merasa bersalah dengan Aira, ia menuju ke kamar Aira tapi ternyata Aira tidak di kamarnya.

"Sedih sekali melihat Aira tadi," lirih Bu Mira.

"Dia pasti sangat sakit melihat orang yang ia cintai harus menikah dengan saudaranya sendiri," tambahnya.

"Saya juga sedih mbak, tapi mau bagaimana lagi, ini sudah menjadi perjanjian antara Almarhum suami saya dengan Pak Permana. Saya tidak bisa berbuat banyak, mbak," ucap Mama Hana.

"Jujur, aku juga kaget mendengarnya, tapi biarkan saja. Aira pasti akan menerima semuanya. Dia anak yang kuat dan tegar," ucap Pak Andi sendu.

"Mahh, Om, tante..." teriak Hana.

"Ada apa, kenapa teriak dan menangis?" tanya Mama Hana.

"Kak Aira tidak ada di kamarnya, dia pasti sangat terluka mah. Aku enggak tega. Hiks hiks."

"Pah gimana ini." tanya Bu Mira cemas.

"Dia pasti akan pergi sebentar menenangkan diri, aku tahu dia. Dia tidak akan terus berlarut dalam kesedihan, Papa yakin," ucap Pak Andi menenangkan istrinya.

Hana terus menelfon Aira dan mengirimkan pesan kepadanya, tapi tak ada satu pun yang di jawab Aira.

***

Aira menenangkan diri di taman kompleks. Ia duduk bersila di bangku taman. Tatapannya kosong dan air mata tak berhenti mengalir. Sungguh ini sangat menyakitkan bagi Aira.

Kehilangan orang yang sangat dicintai memang sangat menyakitkan, tapi kalau takdir sudah tidak memihak kita hanya bisa menerimanya. Mengakhiri hubungan tidak semudah yang dipikirkan.

Kenangan yang telah tercipta, perjuangan yang telah dilalui, waktu yang telah dihabiskan bersama terasa sia- sia ketika semuanya harus diakhiri.

"Tuhan, apakah ini yang terbaik untukku. Apa memang aku harus mengikhlaskan Raka untuk Hana. Sakit sekali, Tuhan," ucap Aira dalam isak tangisnya dadanya semakin sesak.

"Kenapa Kau terus merebut kebahagiaanku Hana. Kenapa.." ucapnya kepada langit yang dipenuhi bintang malam itu.

"Bahkan, tadi saat mereka melihatku menangis tidak ada satu pun yang menguatkanku. Orangtuaku sendiri tidak pernah membelaku, terus saja Hana yang ada di pikiran mereka. Harusnya aku bukan dia," tambahnya lagi.

"Dari kecil aku harus mengalah dengan Hana, aku terus berjuang untuk bisa membanggakan Mama dan Papa. Tapi apa yang aku lakukan tidak ada artinya, mereka hanya bangga dengan anak itu. Anak itu selalu saja beruntung. Beda sekali denganku, yang dari kecil sudah tidak diharapkan mama sampai sekarang. Tidak ada yang menginginkanku."

"Hanya nenek yang mengertiku, tolong kembalikan nenekku. Aku tidak perlu semuanya aku hanya butuh nenek. Nenek kembalilah." Tangis Aira semakin menjadi. Ia yang selalu tampil ceria, tersenyum, kini ia menangis meratapi nasib yang tak pernah ia bayangkan.

Tak disangka, Mama dan Papa Aira ternyata berada di taman itu. Mereka mendengar semua yang dikatakan anaknya. Mereka tersentuh hatinya. Mama Aira ikut menangis.

"Pah.."

"Papa jadi merasa bersalah dengan Aira, papa kejam sekali dengannya."

"Mama juga, Pah."

Mereka berdua kembali pulang dan meninggalkan Aira. Mereka pikir Aira masih membutuhkan waktu untuk sendiri.

Malam semakin larut, menunjukkan pukul 11.00. Seperti tidak ada kehidupan lagi, hanya sepi dan sunyi. Aira melangkahkan kakinya untuk pulang. Berat rasanya melangkah, ia berjalan dan masih tetap menangis.

Sesampainya di rumah, ternyata semua belum tidur mereka masih sibuk membereskan rumah. Semua orang rumah menyapa Aira dan berusaha mengajaknya bicara, tapi tak ada satu pun yang Aira pedulikan. Aira sedang tidak marah dengan semuanya, ia hanya kesal dengan nasibnya yang seakan dipermainkan takdir. Ia langsung masuk ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya. Tak perlu waktu lama mata Aira sudah terpejam.

Mama Aira masuk ke kamar anaknya, ia melihat wajah sendu Aira. Biasanya ia melihat anaknya itu selalu ceria tapi kini kesedihan menyelimuti wajah anaknya. Ia meneteskan air matanya.

"Maafin Mama, Nak. Mama tidak bisa melakukan apapun untukmu. Tapi ketahuilah, Mama selalu mendoakan untuk kebahagiaanmu," lirih Bu Mira membelai pipi anaknya dan menyelimuti tubuhnya.

***

Mentari pagi pun menyapa setiap insan. Aira membuka matanya, tapi belum beranjak dari tempat tidurnya. Ia menatap langit- langit kamarnya. Terus berusaha mengumpulkan semangatnya agar tidak terus bersedih.

"Aku harus ikhlas jika Hana menikah dengan Raka. Bagaimanapun pernikahan akan tetap berlangsung, aku akan berhenti mencintaimu Raka, terima kasih telah hadir dalam hidupku. Terima kasih telah mengisi hari- hariku," gumam Aira.

Aira langsung bangkit dari tempat tidurnya, ia mandi dan bersiap untuk membawakan berita. Ia duduk di depan meja rias untuk memoles tipis wajahnya.

Tok-tok- tok !

Suara ketukan pintu kamarnya terdengar.

"Masuk." Mendengar perkataan Aira, ia pun segera masuk.

"Hana, kenapa?" tanya Aira santai.

"Aku membawakanmu sarapan, ini," ucapnya menyodorkan nampan berisi nasi goreng dan segelas susu hangat.

"Terima kasih, tapi aku akan sarapan di kantor, aku buru- buru," tolak Aira dengan tersenyum seolah tidak terjadi apa- apa dengannya.

"Apa kau marah denganku, Kak?" tanya Hana.

"Untuk apa aku marah denganmu?"

"Karena Raka akan menikah denganku," lirih Hana sembari menundukkan kepalanya.

"Tidak, aku tidak marah. Aku ikhlas kok kalau kamu sama Raka."

"Benarkah?" Aira hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Hana memeluk Aira dengan erat.

"Kak terima kasih, maaf telah merusak kebahagiaanmu," ucap Hana.

"Kau tidak merusak kebahagiaanku, kau jangan sedih," ucap Aira air matanya hampir menetes namun ia segera menahannya.

"Apa kau suka dengan Raka?" tanya Aira.

"Sejak pertama bertemu aku sudah menyukainya, Kak," jawab Hana.

"Ehh aku berangkat dulu ya, takut telat," pamit Aira yang langsung mengambil tas dan ponselnya.

Terpopuler

Comments

Aska Varo

Aska Varo

mewek😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

2021-12-20

0

imas elis

imas elis

aku pernah ngalamin sperti itu tpi aku dpt pngganti yg bner2 tlus syang hee

2021-12-16

0

kiki

kiki

klo jodohny orng lain mah gk mslah, nah ini sodara sndiri

2021-08-12

0

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan Tokoh
2 Sial
3 Sangat Kejam
4 Menjadi Budak
5 Ada yang Aneh
6 Hal Konyol
7 First Kiss
8 Perhatian Kecil
9 Sedikit Bercerita
10 Ungkapan Cinta
11 Kolam Renang
12 Menyimpan Rasa
13 Berpisah
14 Calon Menantu
15 Kesedihan Mendalam
16 Menikahlah dengan Putraku
17 Lelaki Misterius
18 Sepiring Berdua
19 Hantu Kurang Ajar
20 Nenek Baru
21 Bertemu
22 Bentuk Cinta
23 Kencan
24 Masalah Kantor
25 Pereda Amarah
26 Kedatangan Mama
27 Helm Sialan
28 Warung Mie Ayam
29 Berebut
30 Double Date
31 Cemburu
32 Pemberian Mama
33 Kotak Menyebalkan
34 Bertemu Teman Baru
35 Sama- sama Menyedihkan
36 Cieee Nikah
37 Senja di Ujung Pantai
38 Mengatakan yang Sebenarnya
39 Diperlakukan Istimewa
40 Mungkin Hanya Kebetulan
41 Kembali ke Rumah
42 Tidak Seperti Biasa
43 Aku Membutuhkan Dia
44 Dia Mengkhawatirkan Aku
45 Tetap Berlangsung
46 Merasa Bersalah
47 Berusaha Menerima Kembali
48 Maaf Telah Melupakan
49 Sepucuk Surat
50 Rindu Masakanmu
51 Lebih Memilihnya
52 Ada Kesempatan
53 Tidak Mencintainya Lagi
54 Marah dan Cemburu
55 Nostalgia
56 Selamatkan Dia
57 Terlanjur Kecewa
58 Pasangan Serasi
59 Jangan Lakukan
60 Selamat Jalan
61 Penyesalan
62 Hello Jepang
63 Menyusulnya
64 Jangan Jadi Pengacau
65 Akan Selalu Berjuang
66 Penolakan
67 Jangan Pergi
68 Salah Sangka
69 Aku Tidak Cemburu
70 Memilih Melepaskan
71 Jangan Dibatalkan
72 Sudah Tak Sabar
73 Pernikahan Impian
74 Sesuatu yang Tertunda
75 Menyebalkan
76 Permainan di kamar
77 Dunia Malam
78 Kebersamaan
79 Jangan Tidur Denganku
80 Pencitraan
81 Belum Rezeki
82 Mati Rasa
83 Anehnya Semakin Aneh
84 Jus Jeruk
85 Kehilangan Kesadaran
86 Kabar Bahagia
87 Jarak Jauh
88 Sudah Pulang
89 One Month
90 Bazar
91 Dia Pergi
92 Surprise
93 Banyak Gaya
94 Memanjat Pohon
95 Orang Asing
96 Sangat Marah
97 Tidak Datang
98 Pertengkaran
99 Meratapi Kesalahan
100 Masih Mengacuhkannya
101 Pengadilan Agama
102 Semua Berlalu
103 Empat Bulan
104 Tendangan Si Kecil
105 Kelahiran
106 TAMAT
107 My Presdir
108 Novel Baru
109 Extra Part 1
110 Extra Part 2
111 Extra Part 3
112 Extra Part 4
113 Extra Part 5
114 Aksa Menghilang
115 Supermarket
116 Tak Boleh Ikut
117 Let's We Go
118 Aksa Manja
119 Keluarga Kecil
120 Rainbow Cake
121 Malam Hari
122 Surat Cinta
123 Selalu Kesepian
124 Hanya Kecewa
125 Perfect Duda
126 Sahabat Pemikat Hati
127 REBUTAN JODOH
128 Perebut Hati
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Pengenalan Tokoh
2
Sial
3
Sangat Kejam
4
Menjadi Budak
5
Ada yang Aneh
6
Hal Konyol
7
First Kiss
8
Perhatian Kecil
9
Sedikit Bercerita
10
Ungkapan Cinta
11
Kolam Renang
12
Menyimpan Rasa
13
Berpisah
14
Calon Menantu
15
Kesedihan Mendalam
16
Menikahlah dengan Putraku
17
Lelaki Misterius
18
Sepiring Berdua
19
Hantu Kurang Ajar
20
Nenek Baru
21
Bertemu
22
Bentuk Cinta
23
Kencan
24
Masalah Kantor
25
Pereda Amarah
26
Kedatangan Mama
27
Helm Sialan
28
Warung Mie Ayam
29
Berebut
30
Double Date
31
Cemburu
32
Pemberian Mama
33
Kotak Menyebalkan
34
Bertemu Teman Baru
35
Sama- sama Menyedihkan
36
Cieee Nikah
37
Senja di Ujung Pantai
38
Mengatakan yang Sebenarnya
39
Diperlakukan Istimewa
40
Mungkin Hanya Kebetulan
41
Kembali ke Rumah
42
Tidak Seperti Biasa
43
Aku Membutuhkan Dia
44
Dia Mengkhawatirkan Aku
45
Tetap Berlangsung
46
Merasa Bersalah
47
Berusaha Menerima Kembali
48
Maaf Telah Melupakan
49
Sepucuk Surat
50
Rindu Masakanmu
51
Lebih Memilihnya
52
Ada Kesempatan
53
Tidak Mencintainya Lagi
54
Marah dan Cemburu
55
Nostalgia
56
Selamatkan Dia
57
Terlanjur Kecewa
58
Pasangan Serasi
59
Jangan Lakukan
60
Selamat Jalan
61
Penyesalan
62
Hello Jepang
63
Menyusulnya
64
Jangan Jadi Pengacau
65
Akan Selalu Berjuang
66
Penolakan
67
Jangan Pergi
68
Salah Sangka
69
Aku Tidak Cemburu
70
Memilih Melepaskan
71
Jangan Dibatalkan
72
Sudah Tak Sabar
73
Pernikahan Impian
74
Sesuatu yang Tertunda
75
Menyebalkan
76
Permainan di kamar
77
Dunia Malam
78
Kebersamaan
79
Jangan Tidur Denganku
80
Pencitraan
81
Belum Rezeki
82
Mati Rasa
83
Anehnya Semakin Aneh
84
Jus Jeruk
85
Kehilangan Kesadaran
86
Kabar Bahagia
87
Jarak Jauh
88
Sudah Pulang
89
One Month
90
Bazar
91
Dia Pergi
92
Surprise
93
Banyak Gaya
94
Memanjat Pohon
95
Orang Asing
96
Sangat Marah
97
Tidak Datang
98
Pertengkaran
99
Meratapi Kesalahan
100
Masih Mengacuhkannya
101
Pengadilan Agama
102
Semua Berlalu
103
Empat Bulan
104
Tendangan Si Kecil
105
Kelahiran
106
TAMAT
107
My Presdir
108
Novel Baru
109
Extra Part 1
110
Extra Part 2
111
Extra Part 3
112
Extra Part 4
113
Extra Part 5
114
Aksa Menghilang
115
Supermarket
116
Tak Boleh Ikut
117
Let's We Go
118
Aksa Manja
119
Keluarga Kecil
120
Rainbow Cake
121
Malam Hari
122
Surat Cinta
123
Selalu Kesepian
124
Hanya Kecewa
125
Perfect Duda
126
Sahabat Pemikat Hati
127
REBUTAN JODOH
128
Perebut Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!