Tak lama kemudian, Aira dan Keno pun kelelahan. Mereka menuju ke kamar masing- masing. Keno akan mandi dan bersih- bersih. Sedangkan Aira ia merebahkan tubuhnya di kasur. Seperti biasa, ia memandangi foto neneknya. Rindu mungkin menghampiri Aira. Sejak ia kelas dua SD neneknya sudah meninggal. Ia sangat sedih ketika mengetahui kalau neneknya pergi meninggalkan dirinya. Bagaimana tidak, sejak bayi ia diasuh oleh neneknya itu bukan Mama, jadi ia sangat dekat dengannya. Setelah nenek meninggal, Aira baru ikut dengan mama dan papanya.
Ceklek.
Suara pintu kamar terbuka, dan membuyarkan lamunan Aira.
"Ken..."
"Boleh aku masuk?"
"Masuk saja."
Keno pun masuk dan duduk di sofa samping Aira. Ia melihat Aira yang sendu dan juga foto yang Aira pegang.
"Foto siapa ini?"
"Nenek."
"Terus anak kecil yang digendongnya siapa?"
"Aira Madali," jawabnya ketus.
"Pffttt, kau lucu sekali." Keno tertawa ketika melihat foto Aira yang bergaya seperti kanguru.
"Jangan meledekku." Pipi Aira merah seketika.
"Ehm, kau sayang banget ya sama nenekmu itu."
"Tentu saja, kenapa memangnya?"
"Tidak, apa yang membuatmu bisa sesayang itu?" tanya Keno penasaran.
"Entahlah, dari bayi aku diurus sama dia. Dia sangat menyayangiku. Dia mengurusku dengan baik. Kemana- mana aku selalu diajak, selalu digendong. Dulu aku sakit- sakitan, nenek selalu berusaha agar aku sembuh. Ia rela bekerja di masa tuanya demi bisa membayar pengobatanku. Nenek tidak pernah mengeluh, tidak pernah lelah walaupun harus bekerja dan mengurusku. Perjuangannya sangatlah luar biasa, aku menyayanginya lebih dari aku menyayangi orang tua ku sendiri." Aira sedikit bercerita, tak terasa ia meneteskan air matanya.
"Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu sedih," ucap Keno lirih.
"Tidak apa," jawab Aira sembari menyeka air matanya.
"Tapi kenapa sejak bayi kau diurus sama nenek mu bukan mama mu?"
"Mamaku sendiri tidak menginginkan aku hadir di dunia ini," ucap Aira tersenyum.
"Ia belum bisa menerimaku, Mama dan papa menikah karena perjodohan kakek dan nenek. Kata nenek, Dulu mama tidak tahu kalau dirinya akan dijodohkan. Mama bekerja di luar kota. Tidak ada satu pun yang memberitahu Mama, h-1 pernikahan Mama hanya disuruh pulang ke rumah oleh kakek. Sampai di rumah ternyata kakek telah menyiapkan pernikahan untuknya.
Terkejut bukan main, semua sudah terjadi. Mama sempat memberontak tapi keinginan kakek untuk menjodohkan Mama sangatlah kuat. Mama dan Papa pun akhirnya menikah tanpa kenal satu sama lain. Tak lama kemudian Mama hamil, ia belum siap menerima kehamilannya. Ia selalu berusaha menggugurkan kandungannya, tapi nenek selalu menjaganya. Ia berkata kalau nanti yang akan mengurus bayinya itu adalah nenek sendiri. Mama akhirnya mau mengandungku selama sembilan bulan," ujar Aira panjang lebar.
"Lalu, bagaimana perlakuan mama kepadamu sekarang?" tanya Keno.
"Ya seperti yang kau tahu, mama berusaha untuk menerima dan menyayangi ku. Ia mendidikku keras, tidak seperti nenek. Aku selalu dikekang olehnya, tak jarang kalau aku ngelunjak pasti Mama akan memarahi ku habis- habisan, terkadang aku juga dipukuli. Walaupun aku juara kelas, jadi reporter tv ternama, punya toko kue, bisa hidup mandiri sekarang, Mama tidak pernah bangga kepadaku."
"Yang paling menyakitkan itu waktu aku masuk ke perguruan tinggi. Saat itu aku diterima di Universitas negeri ternama dengan jurusan Sastra Indonesia, Mama tidak setuju jika aku mengambil jurusan itu. Yang mama mau aku itu mengambil pendidikan biar bisa jadi guru. Nah, karena mama engga setuju, ia tidak mau membayar kuliahku. Ya walaupun uang mama punya itu uang papa, ia bersikeras tidak mau membantuku. Papa hanya bisa menurut dengan Mama. Jadi aku harus kuliah sambil bekerja agar bisa membayar kuliahku sendiri. Sejak itu aku malas pulang ke rumah dan belajar hidup mandiri."
"Menyedihkan sekali, bagaimana dia bisa setegar ini." gumam Keno.
"Tapi, kenapa Mama bisa tidak bangga denganmu? Padahal dulu kau selalu juara kelas, memenangkan berbagai lomba, bahkan kau bisa membiayai kuliahmu sendiri," seru Keno.
"Menurut Mama, aku ini memang tidak ada yang bisa dibanggakan, aku selalu kalah dengan adikku, Hana. Aku tidak ada apa- apanya dengannya. Mama sangat bangga dengannya dan aku hanya seperti anak tirinya saja," ucap Aira dengan tertawa kecil.
"Aku tidak menyangka kalau Mamamu tidak menyayangi dan memperlakukanmu tidak baik selama ini."
"Kau jangan begitu, semua Mama pasti menyayangi anak- anaknya. Cara mereka menyayangi berbeda- beda. Dan Mamaku memperlakukan aku seperti itu karena ya itu bentuk kasih sayangnya," jelas Aira.
Keno terdiam mendengar cerita yang menyedihkan tentang hidup Aira. Ia yang selalu mendapat kasih sayang yang berlebih dari mamanya malah tak dihiraukan.
"Kau jangan bersedih terus, kalau ada apa- apa kau bisa menceritakannya padaku. Tidak perlu sungkan," hibur Keno.
"Memangnya aku bersedih? Tidak kan, lihat aku selalu ceria dan tersenyum terus," ujar Aira ia tak henti- hentinya tersenyum.
"Ya, kau memang pandai menyembunyikan kesedihanmu itu, Aku akan belajar tegar seperti kau menjalani hidupmu selama ini." batin Keno.
"Kau belum mengantuk?" tanya Aira.
"Belum."
"Sebaiknya kau tidur sekarang biar besok bangun pagi. Biar kau tidak terburu- buru besok."
Tidak menggubris, Keno malah membaringkan tubuhnya di sofa dan bermain ponsel.
"Sofa di kamarku tidak senyaman ini, tapi kenapa disini nyaman sekali," ucap Keno.
"Bagaimana bisa, sofanya kan sama. Sudah sana ayo ke kamarmu," ucap Aira.
"Tidak, aku akan tidur disini. Lagi pula ini kan rumahku."
"Cihh, sombongnya kumat."
"Ya sudah kalau begitu, kau tidur disini. Jika kau sudah tidur aku akan pindah ke kamarmu," seru Aira.
"Kita tidur bareng saja, seranjang maksudnya," goda Keno.
"Tidakkkkk!" bentak Aira yang wajahnya mulai memerah. Keno tertawa terpingkal- pingkal melihat wajah merah merona Aira.
"Lihat, wajahmu lucu kalau merah begini." Keno tertawa. "Aku senang melihatnya, kalau begitu aku akan menggoda mu terus," ucap Keno dan semakin tertawa.
"Aaaaaa akan ku bunuh kau."
"Bunuh saja kalau berani," tantang Keno. Aira pun semakin kesal. Ia segera menina bobok kan bayi besar itu. Ia membiarkan Keno tidur di sofanya.
"Bayi besar, tidurlah sekarang ya ini sudah malam," ucap Aira sembari menutup mata Keno dan mengelus kepala Keno dengan kasar.
"Jangan kasar, kalau begitu aku tidak akan tidur nanti. Yang lembut, begini...." Keno memegang tangan Aira dan memberi contoh ke Aira bagaimana mengelus dengan benar. Jantung Aira seperti mau copot.
Waaaah, kenapa deg- degan begini.
Tak lama kemudian Keno tertidur di sofa kamar Aira. Aira mengambil selimut di lemari dan menyelimuti Keno.
"Tampan sekali, lucu, dan menggemaskan," ucapnya samar. Ia mengelus pipi Keno dan sesekali menusuk memainkannya. Keno belum tidur ia hanya memejamkan matanya jadi ia mendengar ucapan Aira. Ia sangat senang, Keno berfikir Aira juga masih memiliki perasaan yang sama. Tapi kembali lagi, Aira adalah kekasih Raka.
"Aku akan memperjuangkanmu, Ra. Aku akan memberi kebahagiaan untukmu, selalu." ucapnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Istianah Ulfah
ayoo Ken..tikung Aira di sepertiga malam..sblum jamur kuning melengkung Ken..
2022-06-29
0
Elly Mei
kalo hati sama2 dag dig dug berati msh ada cinta lah.. meski dulu hny pacaran sehari...CLBK nih
2020-12-07
6
🥀🖤
so sweet😁
2020-11-23
2