Sani menatap kedua keluarnya dan kakaknya suster yang sedang mengecek Sani sampai kaget dan akan membangunkan kedua perempuan yang tertidur di tempat tidur Sani, namun Sani menolaknya.
"Sebenarnya di ruangan ini siapa yang sakit yang menunggu atau kau"
"Aku sebenarnya tidak sakit suster ya mungkin kakiku saja yang sakit, tapi mungkin mereka lelah karena mengerjakan pekerjaan rumah yang banyak makanya sampai tertidur seperti itu dan harus menjaga aku juga, sudahlah biarkan mereka suster "
"Ya tetap aja kau yang sakit mana boleh seperti itu nanti kakimu malah sakit Sani dan akan lama untuk sembuh, apa kau ingin seperti itu "
"Tidak mau aku ingin cepat sembuh sus "
"Ya sudah aku akan mengambilkan tempat tidur baru untukmu. Jadi kau tak perlu tidur di kursi seperti ini dan kaki mu malah tertimpa timpa tunggu aku di sini"
Saat suster itu membuka pintu dihadapannya sudah ada Sena, Sena langsung masuk dan melihat Sani yang sedang duduk dikursi " Kenapa dia bisa duduk di kursi dan dua orang itu tidur di tempat tidur" tanya Sena pada sang suster dan menjuk Sani serta kakak dan ibunya.
Suster hanya bisa menundukan kepalanya dan tak menjawab apa apa.
Sena langsung mengebrak meja dan membuat kakak serta ibu tiri Sani bangun "Sani kau ini apa apaan kenapa begitu berisik, mengebrak meja apakah kau tak tau kami berdua sedang tidur "
"Bangun kalian berdua bedebah, kenapa malah kalian yang tidur disini bangun " marah Sena
Mereka berdua bangun dan melihat kearah Sena "em tuan Sena ini Sani yang mau coba kau tanya pada Sani "tunjuk ibu tirinya.
"Sani "
"Iya om aku yang menyuruh mereka "
Namun Sena tak percaya, langsung saja dia menghampiri Sani, menundukan padangannya dan langsung berhadap hadapan dengan Sani, lalu mencekal rahang Sani dengan kasar.
"Aku tidak suka orang yang berbohong Sani "
"Le pas kan om ini sakit "
Dengan kasar Sena melepaskannya, kembali menatap kedua orang itu lalu berjalan kembali kearah sana, mengusur dua orang itu dan mendorongnya keluar dari ruangan Sani.
"Jika ingin tidur bukan di sini kalian hanya mengganggu saja, pulang atau celaka "
Sena langsung menutup pintunya, namun dia melihat ada barang barang kedua orang itu dan memberikannya sambil melemparnya dan kembali menutup pintunya.
Sani takut dengan Sena segera bangkit dan memundurkan dirinya apa yang sekarang akan Om ini lakukan padanya, Sani sudah terpojok tak bisa mundur ke mana-mana lagi, namun tiba-tiba saja Om itu malah mengangkatnya dan membaringkannya di tempat tidur.
"Kau jangan terlalu baik aku tidak suka"
"Tapi mereka berdua adalah keluargaku aku tidak mungkin jahat pada mereka dan tidak mengalah"
" Sampai kapan kau akan mengalah untuk mereka berdua, sedang sakit saja kau yang harus mengalah apa tidak salah aku tidak suka dengan kau yang terlalu lembek saat menghadapi mereka berdua"
"Mereka lebih tua dariku dan aku sudah menganggap Ibu Sarah adalah ibu kandungku sendiri. Jadi tidak mungkin kan aku melawannya aku tidak mau durhaka dengan orang tua itu saja"
"Ternyata percuma yah kau mendapatkan beasiswa tapi otak mu sangat bodoh tetap saja dia itu sudah kasar padanya. Seharusnya kau melawannya tidak seperti ini"
"Akan sulit rasannya, aku tak bisa jadi aku akan terima apa yang mereka lakukan asalkan mereka senang dan bahagia"
"Bodoh " sambil mendorong jidat Sani.
Sani langsung menundukan kepalanya, Sena yang melihatnya langsung merasa bersalah, Sena mengangkat dagu Sena dan dan mengusap rahang Sani yang memerah.
"Tidurlah, jangan menundukan kepalamu saat bersamaku, ayo segeralah tidur "
Sena membantu Sani membaringkan tubuhnya dan Sena langsung menyelimuti Sani, sambil mengusap rambut Sani dengan sayang.
Tak lama kemudian Sani tertidur, rasanya dirinya seperti diusap oleh ibunya saat tertidur, karena dulu saat Ibunya masih ada ibunya selalu mengusap dirinya seperti ini.
"Kau terlalu baik Sani, janganlah selalu mengalah untuk orang lain pikirkanlah dirimu aku kasar padamu karena aku peduli padamu"
Sena memegang tangan Sani, menciumnnya beberapa kali, lalu kembali menatap wajah Sani yang polos namun manis dan lucu sekali, rasannya dirinya sedang menjaga anak perempuannya.
"Apakah aku pantas bila menginginkan mu Sani "
Sena langsung melepaskan tangan Sani, membuka jendela dan merokok disana, masih binggung dengan pilihannya, apa yang harus dia pilih siapa yang harus dia pilih.
**
"Bu kenapa kita seperti ini, padahal aku sedang nyenyak nyenyak ya tidur, sangat nyaman sekali lalu dibangunkan begitu saja dan diusir seperti sampah, apakah tak berarti "
"Makanya kau coba rayu tuan Sena itu, siapa tahu kau bisa mendapatkan hatinya. Kita bisa jadi orang kaya mendadak , gak papa lah nikah sama orang tua yang penting dia kan tampan banyak uang pula gak akan rugi lah nikah sama dia"
"Ya bener juga bu tapi aku tidak mau dia terlalu kasar, aku tak suka diperlakukan seperti tadi "
"Apakah kau ingin uang, ingin pakaian yang bagus dan mahal dan barang barang yang lainnya "
"Tentu aku mau, aku sangat ingin bu, aku mau sekali "
"Udah kau buatlah tuan Sena cinta padamu nanti juga lama-lama tidak akan kasar"
"Baiklah bu, rasannya aku tak sabar untuk mendapatkan uang yang banyak"
"Hemm sayang, sebentar ibu akan membuka pintu rumah dulu "
"Iya bu "
Pintu terbuka dan mereka berdua langsung masuk, suaminya ada disana menatap mereka berdua yang pulang.
"Anggia ibu, kenapa pulang bukannya menjaga Sani, kenapa kalian pulang tengah malam begini "
"Tanya saja pada anak mu itu, sepertinya dia sudah memberikan dirinya pada tuan Sena makannya tuan Sena sangat tunduk padannya dan menuruti apa mau Sani, kami di usir oleh Sani, bahkan kami berdua disuruh tidur dibawah, anak mu itu terlalu angkuh "
"Mana mungkin Sani melakukan itu tak mungkin bu, pasti kalian salah Faham kan"
"Sudahlah capek berbicara dengan ayah yang selalu membela anaknya itu. Ayah seharusnya jangan seperti itu adil lah pada Anggia pula, jangan menyayangi salah satu anak saja karena Anggi juga sekarang sudah menjadi anakmu meskipun cuman Anak Tiri adillah "
"Aku dari dulu selalu adil bahkan Sani selalu mengalah dan memberikan barang-barangnya pada Anggia, apa itu kurang adil apa anakku tidak mengalah untuk anak mu Anggia, jadi kamu pun perlakukan Sani seperti Anggia jangan selalu membeda bedakannya, dia juga ingin disayangi oleh mu "
Setalah mengatakan itu, ayah Sani langsung pergi dan masuk kedalam kamarnya.
"Kau lihat itu tua bangka tak berguna itu selalu saja begitu rasanya ibu ingin sekali meninggalkannya ",
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Itu namanya bukan terlalu baik,karena dia takut,Jadi itu namanya cewek Lemah..
2023-04-26
0