Pagi pagi sekali Sena sudah pergi bekerja, banyak sekali yang harus dirinya kerjakan, bahkan menumpuk sekali.
Bahkan Sena pergi tak membangunkan anaknya kasian dia sedang tidur biarkan dia terkejut atas apa yang dirinya lakukan pada Alvaro.
Itu adalah hukuman untuk Alvaro, mungkin kata katanya kemarin tak bisa membuat anaknya meminta maaf, mungkin dengan melakukan ini anaknya bisa berubah.
Sena duduk membuka dokumen dokumen yang menumpuk di mejany dan mulai mengerjakannnya satu persatu. Banyak sekali padahal hanya sehari dirinya meninggalkan pekerjaannya.
**
Alvaro sudah siap dengan pakain sekolahnya, lalu keluar dan akan pergi namun mobilnya belum keluar juga.
"Pak dimana mobil saya " tanya Alvaro pada salag satu pegawai disini
"Maaf den, tuan tidak membolehkan aden naik mobil sebelum minta maaf pada nona Sani "
"Apa apaan ini, kenapa bisa begini pasti kau berbohongkan "
"Tidak den, saya tidak berbohong memang itu perintah dari tuan"
Alvaro mengeluarkan ponselnya dan menghubungi papihnya, yang pagi pagi sudah tak ada dirumah.
"Hallo pih maksud Papih apa dengan tidak membolehkan aku memakai mobil ku sendiri kenapa harus aku minta maaf dulu pada Sani, ini tak adil pih "
"Sungguh ini tidak adil untukmu. Lalu bagaimana dengan Sani yang di tabrak begitu saja dan kau tidak ada pertanggung jawabannya sedikitpun mana yang lebih tidak adil"
"Pih Sani juga udah bilang kan kalau dia gak apa-apa dan terima terima aja kan dia udah maafin aku, apa lagi yang harus aku lakuin. Aku kan udah dibawa sama Papih ke sana. Lalu aku harus lakuin apa lagi, apa aku bersujud sama dia "
"Hemm boleh juga coba kamu bersujud sama Sani setelah Sani setuju dan memafkan kamu tentunya, baru papih akan mengembalikan kembali fasilitas yang papih kasih "
"Maksud papih semua yang papih kasih sama aku ATM uang jajan semuanya itu gak papih kasih sekarang cuman gara-gara anak miskin itu"
"Iya papih gak akan kasih itu, papih tidak pernah mengajarkan kamu untuk sekasar itu pada seorang perempuan apa lagi sampai membullynya. Papih tidak suka dengan apa yang kamu lakukan pada Sani, ini untuk peringatan pertama karena kamu sudah hampir saja melenyapkan nyawa seseorang untung saja dia tidak melaporkan mu pada polisi kalau sampai dilaporkan papih tidak akan pernah menembus mu. Biar kamu tahu rasa bagaimana hidup sengsara di sana"
"Semenjak Papih kenal dengan perempuan miskin itu papih lebih membela dia sebenarnya siapa anak papih itu aku atau dia"
"Ini bukan tentang siapa anak papih tapi sebenarnya ini tentang tanggung jawab dan juga tentang kepedulian kamu pada seseorang, misalnya yang tertabrak bukan Sani papih akan tetap membela dia "
"Papih tak adil, sungguh tak adil aku muak dengan papih "
Alvaro langsung mematikan ponselnya dan melihat kearah sekitar rumahnya, saat akan pergi ada yang memanggilnya kembali "den "
"Apa pak "
"Kata tuan, den Alvaro sekolahnya pake itu " sambil menunjuk kepojokan.
Alvaro melihatnya saja sudah tak mau "bapak saja yang pakai, mana mungkin saya naik sepedah yang ada saya malu dan tidak punya wajah dihadapan teman teman saja, jangan membuat saya makin marah pak "
Alvaro kembali berjalan kembali tanpa menengok kearah belakang , masih memikirkan bagaimana membujuk papihnya, apakah harus kabur dari rumah.
**
"Kenapa anak itu menjadi seorang pembangkang aku padahal tidak pernah mengajarkan dia untuk menjadi seperti itu lalu sekarang dia malah menjadi seperti ibunya "
"Tidak tidak aku jangan sampai berkata seperti itu jangan sampai Alvaro sama seperti ibunya tidak tidak boleh"
Fatimah yang tidak tau kalau tuannya ada didalam langsung membuka pintu dan alangkah kagetnya saat melihat tuannya sudah terduduk manis disana.
"Maaf tuan aku tidak tahu kalau tuan sudah datang ke kantor biasanya tuan jam segini belum datang"
"Lalu kenapa kalau aku sudah datang apakah kau keberatan "
"Tidak tuan maaf "
"Ada apa "
"Ini tuan untuk kerjasama yang kemarin kita memenangkannya" ucap Fatimah dengan bangga.
"Baiklah bagus "
Fatimah yang mendengar jawaban bosnya, tiba tiba saja senyumnya memudar. Sena mendongakan kepalanya dan melihat Fatimah.
"Jadi ada apa kau keruanganku "
"Oh iya tuan aku lupa, ini berkas berkas kerja sama kita "
"Baiklah kau boleh pergi "
Fatimah mengangguk dan menutup pintunya, mengusap dadannya "aku kira aku akan di puju karena aku bisa memenangkan proyek ini meski sendiri, tapi nyatanya tidak malah biasa saja "
**
Alvaro keluar dari mobil pacarnya dengan wajah masam, berjalan kearah kelasnya dengan sang pacar yang selalu manja padannya.
Sesampainya disekolah langsung mendudukan bokongnya dan melempar tasnya sembarangan "Kenapa sih datang datang marah marah " tanya Rizki yang penasaran.
Mereka berempat langsung berkumpul dimeja Alvaro dan menunggu Alvaro berbicara.
"Sial banget tau gak sih hidup gue"
"Sial kenapa emamg " makin penasaran saja Rizki
"Sani perempuan miskin itu pembawa sial papih gue gak ngasih gue fasilitas sedikitpun gara-gara dia"
"Kok bisa sih sayang "
"Kamu masih ingat kan yang waktu itu kita tabrak"
"Iya dia perempuan dan ada yang nolong "
"Yaang aku tabrak itu si anak miskin itu dan Papih yang nolong dia, kalau aku gak sujud sama dia dan minta maaf semua fasilitas aku gak akan pernah papih kasih, sial banget kan, dia itu emang perempuan pembawa sial buat siapa pun "
"What pantesan dia gak masuk sekolah itu alesannya toh " Rizki mengangguk angguk dan menatap Alvaro dan Bella " Terus kalian berdua dipenjara gak"
"Sayanggg liat Rizki kok bilang gitu "
"Tenang Sayang Sani gak akan mungkin laporin kita ke polisi karena memang dia juga udah bilang kalau dia gak akan pernah laporin kita ke polisi"
"Bagus deh sayang kalau gitu aku tenang banget, untung ajakan yang kita tabrak anak miskin itu, jadi rasa bersalah aku pun hilang seketika, seneng banget deh aku, sekarang aku bisa tidur nyenyak tanpa ada gangguan sedikit pun "
Namun tanpa mereka sadari ada yang merekam apa yang mereka bicarakan, karena memang suara mereka terdengar, salah sendiri kenapa tidak bisik bisikan, kan akhirnya seperti ini.
Orang itu pergi dari sana, memencet nomor seseorang dan menelfonya "Hallo om "
"Hallo ada apa sayang, kenapa "
"Apa om mau bantu aku, "
"Bantu apa sayang "
"Temen aku dia ditabrak lari dan orangnya bebas gitu aja serta tak ada tanggung jawab sedikit pun, om kan polisi jadi bisa kali bantu aku "
"Kamu punya bukti "
"Tentu bahkan orangnya sendiri yang berbicara kalau dia menabrak Sani "
"Apa Sani yang tertabrak "
"Iya om Sani, tolong bantu dia "
"Baiklah kirimkan barang buktinya, dan om akan mengambil kasus ini "
"Siap om "
Setelah sambungan terputus, orang itu mengirimkan fidionya dan langsung menyembunyikannya "biar tau rasa lo Alvaro, makannya jadi orang jangan angkuh "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments