Sena yang melihat ponselnya berdering melihat dahulu siapa yang menghubunginya ternyata ini bu Sesil, ada apa lagi apa yang diperbuat Alvaro.
"Selamat siang bu Sesil "
"Siang tuan Sena, maaf saya mengganggu waktu tuan, saya ingin membicarakan tentang alvaro yang membuat ulah lagi apakah tuan bisa datang ke sekolah sekarang "
"Ya ampun apalagi yang dia perbuat, apa dia membuli perempuan bernama Sani lagi "
"Iya Tuan malah sekarang lebih parah dia menampar Sani "
"Baiklah saya akan kesana dan saya juga ingin tahu Sani itu yang mana. Saya ingin ketemu dengan dia juga, waktu itu saya tidak sempat bertemu dengan anak itu"
"Baik tuan, nanti Sani akan ada disini "
Sambungan pun terputus, Sena segera bersiap siap dan keluar dari ruanganya. Fatimah yang sedang duduk langsung berdiri dan menunduk hormat kearah Sena "aku akan pergi dulu kesekolah Alvaro, kalau ada apa apa cepat hubungiku, dan jangan sampai ada masalah, dan oh ya bilang pada Gea jangan lupa simpan apa yang aku mau dimejaku "
"Baik Tuan "
Sena segera pergi dengan angkuh dan Fatimah bernafas lega saat tuannya itu pergi "ya allah jantunhku bisa saja jatuh, "
**
Sena turun dari dalam mobil memakai kaca mata hitamnya dan berjalan kedalam sekolah Alvaro, semua murid melihat kearah Sena, bahkan murid murid perempuan sampai terpesona dengan apa yang mereka lihat.
Berwajah tampan dengan badan yang tegap penuh otot, karena Sena membuka jasnya dan hanya memakai kameja dan juga dasi saja. Serta lengan kamejanya di lipat makin menambah ketampanan Sena.
"Siapa itu, wah tampan sekali siapa dia " bisik seorang siswi
"Entalah aku pun tak tau tampan sekali "
Namun Sena sama sekali tak terpengaruh dia hanya fokus kedepan untuk sampai keruang bk.
Setelah ada didepan pintu itu, Sena segera masuk dan disambut oleh bu Sesil "tuan silahkan masuk "
Sena masuk dan duduk berhadapan dengan seorang perempuan yang menundukan kepalanya serta salah satunya sedang mengusap punggung perempuan itu.
Tak lama kemudian datang alvaro yang terengah engah dan duduk disamping papihnya "Papih ngapain disini "
"Kalau kau tak membuat ulah papih tak akan ada disini "
"Pasti ini gara gara perempuan miskin ini kan pih " tunjuk Alvaro pada Sani.
"Alvaro papih tak pernah megajarkan mu untuk tidak sopan pada orang lain "
"Maaf pih "
Varo menurunkan tangannya dan menatap sengit kearah Sani "jadi bagaimana ini bu Sesil apa saya harus membayar yang telah anak saya lakukan "
"Tidak pak, bukan seperti itu, saya disini tidak mau ada pembulian lagi, entah ada masalah apa Varo pada Sani dia selalu saja membulinya, Sani angkat wajahmu "
Sani dengan perlahan mengakat kepalanya, tatapannya langsung bertabrakan dengan kedua bola mata Sena yang berwarna buru kelam dan tajam.
Sena mengakat salah satu alisnya, menatap Sani dari atas sampai bawah lalu kembali bertatapan dengan mata Sani yang berwana coklat muda dan bening.
Sena sama sekali tak melepaskan tatapannya, dia mengamati setiap lekuk tubuh Sani dan melihat wajah mungil yang manis dengan hidung mancung kecilnya, serta mata bulatnya dan bulu mata yang lentik belum lagi alis yang sudah terbentuk dengan bangus, tidak tebal tidak tipis dan jangan lupa bibirnya yang merah dan sedikit penuh.
"Tuan Sena "
Sena langsung memutuskan pandangannya dan menatap bu Sesil "baiklah bu Sesil saya akan memberi pengertian pada Varo, apakah boleh saya bicara berdua dengan Sani "
"Pihh apa apaan sih "
"Sudah diam kamu pergi kemobil sekarang juga, tak ada bantahan "
"Pih aku mau latihan basket "
"Papih bilang masuk kedalam mobil "
Varo yang kesal segera pergi dengan terburu buru "sayangg " panggil Bella.
Namun Varo sama sekali tak mendengarnya dia pergi begitu saja tak mau mendengar siapa pun memanggil namannya.
"Baik tuan, ayo Mira kita keluar dulu "
Bu Sesil menutup pintunya dan meninggalkan Sani berdua dengan Sena.
Sena masih diam terpaku menatap Sani "Kau Sani Zea Amanda "
Sani terbelalak "kau tau nama ku "
"Tentu kenapa tidak aku tau siapa kau, orang tua mu dan dimana kau tinggal "
"Tolong jangan apa-apa kan keluargaku ku, aku janji tidak akan melaporkan lagi anakmu pada Bu Secil ataupun saat bu Sesil akan melaporkannya pada mu tentang Alvaro yang selalu membuliku, aku akan melarangnya tolong jangan lakukan apa apa pada keluargaku "
"Hemm baiklah aku ingin selalu melaporkan apa yang Alvaro lakukan padamu padaku langsung "
Sani yang binggung malah melongo "pada anda tuan "
"Ya padaku, "
"Tidak tidak aku tidak mau, aku tidak mau berurusan lagi dengan Alvaro "
"Apakah kau mempunyai ponsel "
Sani mengelengkan kepalanya dan menundukan kepalanya lagi, Sena langsung mengeluarkan dompetnya dan memberikan satu kartu atm pada Sani.
Sani mendongakan kepalanya "apa ini "
"Kau ambil kartu ini dan beli ponsel yang kau mau "
Sani yang tidak terima langsung menolaknya "maaf tuan saya tidak menerima apa yang tuan beri pada saya, saya tidak suka diberikan sesuatu dengan cuma-cuma, dan saya tak butuh uang tuan untuk membeli ponsel "
"Ayolah jangan menolak, aku tau pasti kau mau, oh ya kau bilang kau tak menerima sesuatu dengan cuma cumakan " Sena makin mendekat dan mendekat sampai sampai Sani tak bisa bergerak.
Dia bersandar ditembok dan Sena langsung membisikan sesuatu "bagaimana kalau kau menjadi simpanaku "
Sani segera mendorong Sena, entah dari mana dia mempunyai kekuata seperti itu "asal tuan tau, aku memang miskin tapi aku tidak akan melakukan pekerjaan yang sangat menjijikan itu, aku tak akan melakukan itu hanya demi uang, jadi tuan cari saja perempuan yang mau menjadi simpanan tuan "
"Apa tuan tidak tau umur, aku ini semurun dengan anak mu, dan aku juga tidak mau jadi orang ketiga, aku bukan perempuan yang haus dengan uang "
Sani segera pergi membuka pintu dan melengos begitu saja, Mira yang khawatir segera mengejar sahabatnya itu.
Sedangkan Sena dia menyeringai dengan apa yang Sani lakukan padanya, menarik juga bocah itu, tungu dulu apa kata katanya yang tadi diucapkan pada ibunya terkabul.
Tapi tidak mungkin dirinya hanyat tertarik saja dengan wajah dan juga badan yang dimiliki Sani, munggil namun mengoda. Baru kali ini dia tertarik kembali pada seorang perempuan setelah 18 tahun lamanya.
"Tuan apa anda tidak apa apa " taya bu Sesil sambil melambai lambaikan tangannya.
"Ya aku baik baik saja, Sani apakah dia yang memegang beasiswa yang aku beri "
"Iya tuan benar, Sani orangnya "
"Baiklah aku ingin kau melakukan sesuatu "
"Apa itu tuan "
"Kau belikan dia belikan dia ponsel dan bilang kalau itu fasilitas dari sekolah, aku akan memberikan uangnya padamu "
"Tapi tuan Sani sedikit sulit kalau menerima barang dengan begitu saja "
"Kau bilang saja, karena nilainya bagus makannya sekolah memberikan ponsel itu untuknya dan jika Alvaro kembali membuat ulah selalu hubungi aku "
"Baik tuan "
Sena keluar dari ruangan itu, dan disebrang sana dia menatap Sani yang duduk sambil melamun melihat kearah lapangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Sani manggil papi nya Varo,KAU???!!Gak soan banget,panggil pak kek tuan kek..Duh..Umur kalian jauh beda 17 dan 38 tahun,Adtaga..🙆🏻♀️🙆🏻♀️
2023-04-26
0
Qaisaa Nazarudin
Pandangan dr mata lelaki dewasa dan pangangan mata anak abege emang jauh beda ya 😅😅😜😜
2023-04-26
0