Setelah puas menatap Sani, Sena memakai kacamatanya dan pergi meninggalkan sekolah anaknya, masuk kedalam mobil dan melajukannya untuk pulang kerumah.
"Pih aku masih ada pelajaran olahraga kenapa tiba tiba pulang "
"Papih ingin bicara dengan mu dirumah "
"Membahas Sani si miskin itu, kenapa harus membahas dia sih pih "
"Itu penting dan harus dibahas "
"Gak penting banget sih pih "
"Udah kamu gak usah banyak bicara Alvaro, papih tak pernah mengajarkan mu kasar pada perempuan apa lagi kau sampai menampar dia "
"Papih gak tau yang sebenarnya "
"Baiklah nanti kau ceritakan yang sebenarnya, kenapa kau tak menyukainya "
"Hemm "
"Berbicara yang benar Alvaro "
"Iya pih iya "
**
"Sani kamu mau kemana "
"Aku harus kerja, aku duluan ya Mira, "
"Mau aku antar "
"Gak usah aku pergi sendiri aja ya, dadah Mira "
Sani berlari kearah jalan dan mencari angkotan umum namun tak menemukan sama sekali, dan pada akhinya Sani berlari untuk bisa sampai ketempat kerjanya.
"Ada apa ini kenapa macet sekali, pantesan gak ada yang lewat angkot, disininya aja macet "
Sani kembali berlari setelah sebentar mengatur nafasnya. Sena yang bosan menunggu kemacetan yang entah apa yang terjadi melihat Sani berlari.
Diperhatikannya terus Sani "mau kemana dia " gumam Sena
"Kenapa pih "
"Gak Varo, gak apa apa, tadi papih liat temen papih "
"Oh kirain aku papih lagi ajak bicara Varo "
"Tidak sayang "
Varo hanya bisa mengangkat bahunya dan kembali fokus membalas chat dari pacarnya Bella.
"Sepertinya aku harus lebih tau lagi tentang kehidupan Sani, mau kemana dia berlari seperti itu, apakah ada sesuatu yang terjadi "
Akhirnya mobil Sena jalan kembali, selama perjalanan Sena celingak celinguk mencari keberadaan Sani siapa tau masih berlari disiang bolong seperti ini.
"Pih kenapa pelan sekali, lihat yang dibelakang dari tadi membunyikan terus menerus klaksonya "
"Iya iya maaf, papih sedang banyak fikiran "
"Mikirin apa sih pih, gak biasannya "
"Ada deh ini urusan orang dewasa "
"Cerita dong pih, apa papih udah suka sama seseorang, bisa kali nanti kita diner bareng berempat sama Bella "
"Nanti kalau sudah dapat papih akan cerita padamu, yang sekarang harus kita bahas kau yang tak menyukai Sani "
"Kembali lagi ketopik itu, sungguh menyebalkan "
Sena hanya bisa tersenyum dan mempercepat laju mobilnya, dan tak lama kemudian sampai juga, gerbang rumahnya sudah dibuka lebar.
Alvaro segera turun meninggalkan papihnya dan Sena yang sudah membereskan semua barang barangnya ikut turun dan masuk kedalam kamar terlebih dahulu untuk menganti pakaian.
Namun selama dia membuka pakaian dan mengantinya, wajah Sani terbayang bayang terus dalam kepalanya, ada apa sebenarnya dengan dirinya.
Kenapa tiba-tiba dirinya ingin sekali memiliki Sani seutuhnya, apakah dia sudah gila Sani adalah teman anaknya. Lalu apakah pantas dirinya mencintai ataupun ingin memiliki bocah itu apa yang akan Alvaro katakan dan parahnya lagi Alvaro menbencinya.
"**** kenapa malah begini sudahlah kau Sani enyah dari fikiranku jangan mengangguku "
Sena membuka pintu kamarnya dan masuk kedalam kamar anaknya "jadi jelaskan pada papih, apa alasan mu membenci Sani dan kenapa kau sampai menamparnya "
"Apakah harus sekarang pih "
"Iya papih ingin sekarang kau bicara "
"Baiklah pertama kenapa aku sangat membenci Sani karena dia orang miskin dan tidak level dengan kami semua, seharusnya tempat dia bukan di sekolah kami pih, dia tidak punya apa-apa hanya bisa membuat malu sekolah saja dan dia sangat menjijikkan dengan menggunakan barang-barang yang tidak setara dengan kami semua"
"Memangnya papih pernah mengajarkan mu untuk berlaku seperti itu, semua orang sama Alvaro tidak ada yang berbeda kau tidak bisa membenci seseorang karena kastanya saja"
" Iya aku tahu pih, papih selalu baik dan menerima semua orang tanpa melihat siapa dia, apakah papih masih ingat bagaimana dulu bekas istri Papih yang miskin itu telah menyakiti Papi dan meninggalkan aku juga begitu saja, dari kecil aku tidak pernah mengenal sosok seorang ibu"
"Tapi tak seharusnya kau membenci semua orang miskin karena semua orang miskin tidak semuanya begitu. Ayah tidak mau lagi mendengar kau membuat ulah pada Sani dia tidak tahu apa-apa jika kau memang membenci ibumu kau juga tidak boleh membenci orang lain"
" Terserah papih saja sekali aku benci pada seseorang aku akan tetap benci pada orang itu jadi maaf saja bila aku melakukan sesuatu kembali pada Sani "
Alvaro langsung pergi meninggalkan papihnya, "anak itu keras seperti diriku, sudahlah nanti akan aku fikirkan kembali carannya, sekarang lebih baik bekerja dulu saja."
Sena segera pergi kearah ruang kerjanya mengerjakan semya tugasnnya yang menumpuk, semua pekerjaannya dia bawa kerumah.
**
"Alvaro gimana malam ini mau balapan gak "
"Iya nanti gue dateng kesana, Rizki ikut kan Arzan "
"Ikut kayanya, gimana loh tadi dimarahin sama papih loh "
"Ya gitu deh, makannya gue kerumah lo, males diceramahin dan gak di bolehin buat lakuin sesuatu lagi sama Sani "
"Bukannya papih lo itu keras banget ya, gak biasanya dia bela orang, apa papih lo suka sama Sani "
" Gila aja loh masa Iya Papih gue suka sama Sani. Dia itu bukan orang yang pantes buat jadi ibu gue, apa lagi umur kita sama yang ada tiap hari gue bully tuh anak kalau sampai bener-bener papih gue suka sama dia, udah ah jangan bilang kaya gitu lagi, gue gak mau sampai itu kejadian, ngebayanginnya aja udah geli gue "
"Yakan siapa yang tahu gue lihat Sani oke juga cantik kok dia badan bagus rambut panjang mukanya imut, pokoknya cantik deh cuman emang nasib dia aja yang nggak beruntung pasti kalau dia kaya lu juga pasti suka Varo"
"Lo bilang perawakan kaya gitu cantik badan bagus apa lo buta atau gimana sih jangan-jangan lo yang suka sama si Sani lagi"
"Siapa nih yang suka sama Sani, gak salah " tanya Bella yang tiba tiba saja datang dan langsung nemplok pada Varo.
"Gak ada yang suka sama Sani kok " jawab Arzan
"Gue kira lo suka Zan, fikir fikir dulu ya jangan sampai lo nanti kaya papihnya Varo ditinggal gitu aja "
"Udah ah ngapain sih bahas s Sani, ayo kita fokus latihan buat balapan nanti malam " rerai Varo
"Varo sayang kamu mau balapan lagi, aku kan udah bilang jangan balapan lagi "
"Tenang sayang, aku hanya ingin menghilangkan rasa bosan saja, jadi kamu bisa tenang ok " sambil mengecuk kening Bella.
"Terus aja tebar tebar kemesraan apa gak liat disini ada orang " rutuk Arzan sambil pergi meninggalakan temannya yang sedang pacaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Alesan yg gak masuk akal,Apa kamu gak mikir kalau kamu berada di tempat dan situasi Sani,Apa hak kamu menghukum Sani seperti itu??!!
2023-04-26
0
Memyr 67
ayah? tadi papi. kok tau tau ada ayah? ngantuk ya ini, pas nulis?
2022-09-02
0