Sena sudah sampai di rumah bahkan mobilnya sudah masuk garasi namun dia penasaran dengan mobil anaknya yang tak biasanya ada di dalam garasi.
Sena mengelilingi mobil itu dan saat pas di depan mobil sang anak dia melihat bercak darah di dekat lampu depan mobil anaknya. Darah yang lumayan banyak menempel dimobil anaknya.
Sena mengingat kejadian tentang Sani yang ditabrak plat mobil ya dia mengingat plat mobil itu, Sena langsung berlari ke arah belakang dan melihat plat mobil anaknya sama dengan mobil yang menabrak Sani.
"Berarti semalam yang menjalankan mobil dengan cepat itu adalah Alvaro. Alvaro yang menabrak Sani"
Sena yang marah pada anaknya segera berjalan ke arah rumah "Alvaro Alvaro Alvaro kamu dimana"
Sena kembali berjalan masuk ke dalam kamar anaknya dan membuka pintunya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Alvaro yang sedang berganti pakaian bingung kenapa tiba-tiba ayahnya masuk begitu saja dengan wajah yang marah.
"Papih dari mana saja "
"Kemarin malam kau menabrak siapa"
"Maksud papih apaan sih, Aku kan udah bilang sama Papih kalau aku kemarin mau pulang dan aku gak pulang malam ko pih "
"Papih tidak pernah mengajarkanmu untuk menjadi anak yang suka berbohong dan tidak bertanggung jawab"
"Tapi aku sudah berkata jujur pih, apa yang harus Alvaro bilang sama papih "
"Lalu darah siapa yang menempel di depan mobil mu"
Tiba-tiba saja ingatan Alvaro kembali saat dirinya lupa untuk mengelap darah orang yang dia tabrak.
"Darah, Darah ya pih"
"Iya darah, apa lagi papih bertanya siapa semalam yang kau tabrak dan kenapa kau kabur "
Alvaro binggung apakah harus jujur atau tidak, apakah papihnya tau dirinya menabrak siapa.
"Alvaro " teriak ayahnya kembali
"Yah maafkan Alvaro kemarin Alvaro berbohong pada papih kalau Alvaro akan pulang secepatnya. Alvaro kemarin balapan dan tak sengaja menabrak seseorang tapi Alvaro gak tahu siapa orang itu"
"Papih tak pernah mengajarkan mu untuk berbohong dan tidak bertanggung jawab Lalu kenapa kau tidak menolong orang itu"
"Alvaro takut pih takut nanti tiba-tiba dia lapor polisi atau dia mati pih "
"Emang dengan cara kamu kabur akan menyelesaikan semua masalah itu"
"Engga pih "
"Sekarang kamu ikut papih "
"Mau ke mana pih ini udah hampir malem "
Namun Sena ta berbicara dia mengusur anaknya, memasukannya kedalam mobil dan melajukan kembali mobilnya ketempat yang ingin dia datangi.
**
Sani didalam ruangannya hanya diam saja, melamun, melamunkan bagaimana dirinya nanti, apakah akan dikeluarkan dari pekerjaan dan bagaimana pulang dengan sekolahnya.
"Kenapa aku ceroboh sekali sampai-sampai bisa kecelakaan seperti ini, untuk bulan depan bagaimana mau beli obat ayah. Apakah aku masih bisa bekerja di tempat itu"
Sani yang sedang melihat kearah jendela, tiba tiba dikagetkan dengan pintu yang terbuka dan tiba-tiba saja ada laki-laki yang didorong oleh om om yang menolongnya dia tersungkur di bawahnya.
Namun saat laki laki itu mendongakan kepalanya Sani langsung menundukan kepalanya. "Apa ini pih, kenapa ada anak miskin ini"
"Kamu tahu siapa yang kamu tabrak dia yang kamu tabrak"
"Oh dia ya pih aku kira orang lain kalau dia sih tenang aja gak mungkin dia laporin aku polisi, San kenapa sih lo gak mati aja kemarin"
Saat mendengae anaknya berkata seperti itu Sena langsung menampar anaknya " apakah pantas kamu berkata seperti itu pada seorang perempuan"
"Pih kenapa sih papih bela banget Suni" sambil pergi dari hadapan papihnya dan juga Sani.
Sena yang mau mengejar tak jadi, dia duduk dihadapan Sani, menyugar rambutnya dan mengusap wajahnya, kenapa anaknya menjadi seperti itu.
"Maafkan anak saya karena telah berkata seperti itu padamu"
"Tidak apa-apa Om aku baik-baik saja aku tidak akan pernah tersinggung dengan apa yang Alvaro katakan "
"Lalu apakah kau akan melaporkan Alvaro ke polisi"
"Tidak akan, Aku tidak akan melaporkan Alvaro, ini hanya kecelakaan bukan kesengajaan aku tidak mau memperpanjang masalah ini om"
Sena menghembuskan nafasnya, padahal anaknya sangat membenci Sani, tapi Sani dengan mudahnya membiarkan Alvaro bebas begitu saja.
"Hatimu terbuat dari apa "
"Maksudnya om "
"Kenapa kau baik, dan malah membiarkan Alvaro bebas begitu saja, aku tak akan melarangmu jika kau akan melaporkan Alvaro"
"Alvaro adalah temanku di sekolah aku tidak mungkin mempermalukan dia dan melaporkan dia ke kantor polisi, itu pasti akan memalukan sekali untuk nya jadi aku tidak mau membuat Alvaro makin membenciku"
"Kalian mempunyai masalah apa sampai Alvaro membencimu seperti itu"
"Aku pun tidak tahu dari pertamaku masuk Alvaro sudah membenciku, mungkin karena aku miskin dan tidak pantas untuk berada di sekolah itu, aku pun mengakuinya kalau aku tidak sebanding dengan mereka-mereka yang sekolah di sana, aku masuk ke sana hanya karena prestasi ku karena jalur beasiswa aku bisa masuk dan bisa bergabung dengan mereka"
"Om lalu kapan aku bisa keluar dari sini aku harus sekolah dan harus bekerja juga"
"Di saat dirimu sedang begini kau masih memikirkan itu semua"
"Karena aku tidak bisa berleha-leha. Ayah sedang sakit dan aku harus secepatnya menyelesaikan sekolahku agar nanti aku bisa cepat-cepat mencari pekerjaan yang gajinya lebih besar dari yang sekarang, aku harus mengurus Ayahku dan mencukupi semua kebutuhannya"
"Aku akan membantumu aku akan mencukupi semua kebutuhan ayahmu dan dirimu "
"Tidak jangan om, aku tidak mau menyusahkan dirimu ini saja aku sangat berterima kasih. Tapi aku janji akan mengganti uangnya nanti setelah aku keluar sekolah aku akan mencicil semuanya, tapi untuk sekarang aku mohon jangan sekarang. Aku juga tidak tahu apakah aku masih bisa bekerja di sana"
"Aku sudah bilang kan aku tidak mau diganti dengan uang dan untuk yang ini aku tidak akan menagih nya karena ini kesalahan aku juga telah menabrak mu, jadi aku bertanggung jawab atas semua kebutuhan mu dan semua apa yang terjadi padamu"
Sani hanya diam saja, sudahlah sepertinya om om ini keras kepala "kenapa kau diam "
"Lalu apa yang harus aku katakan lagi"
"Kau manis aku tertarik padamu "
"Tertarik padaku, ingat om istri dirumah "
"Aku tidak punya istri, "
"Begitu ya, mungkin Om rabun tertarik padaku ku ini yang bukan perempuan cantik, coba om cuci muka terlebih dahulu mata om kayaknya banyak debunya deh "
Sena hanya terkekeh saja, mengusap rambur Sani dan pergi begitu saja.
"Aneh sekali om om itu, ada apa dengannya tiba tiba tersenyum lalu pergi begitu saja dan malah tertarik padaku, perempuan yang seumuran dengan anaknya apakah tidak salah "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments