"Saniii " teriak Mira sambil membuka ruangan Sani
"Shutt Sani sedang tidur "
Mira hanya cengegesan masuk dan mendekati Fatimah "maaf kamu siapanya Sani "
"Saya di sini disuruh oleh tuan untuk menunggu Saani makanya saya di sini dan kamu siapa? "
"Aku Mira temannya Sani, bila kau ingin pulang tak apa biar aku saja disini menunggu Sani "
"Aku tidak akan pergi sebelum tuan menyuruh ku "
"Hemm kenapa begitu, aku tak akan melakukan apa apa pada Sani, dia teman ku, dia sahabatku "
"Tidak bisa, kalau kamu ingin disini duduklah "
Mira yang tidak mau memperpanjangn semuanya akhirnya duduk didekat Sani, memegang tangannya dan mengusap ngusapnya dengan sayang.
**
"Halo kenapa Alvaro "
"Pih tolong aku, aku ditangkap polisi, pasti ini kelakuan anak miskin itu, dia berbohong tak akan melaporkan ku, tapi dia melakukannya pih "
"Papih akan kesana tunggu papih "
"Baiklah pih aku menunggu mu "
Sena mengembuskan nafasnya " Sani melaporkannya mana mungkin dia kan tidak mempunyai ponsel lalu siapa yang menghubunginya . Apakah Fatimah tidak dia tidak mungkin melakukan itu kalau tidak aku perintahkan"
Sena setelah perfikir panjang, langsung saja pergi kekantor polisi, selama perjalanan dirinya memikirkan membantu anaknya atau membiarkannya agar dia mendapatkan pelajaran, agar dia sadar.
Sena sudah sampai dan langsung masuk kedalam kantor polisi, disana sudah ada anaknya yang menunggu, Sena tak langsung menghampiri sang anak, namun langsung pada polisinya duduk dan saling menatap.
"Saya tidak akan menebus anak saya, silahkan masukan dia kepenjara "
"Pih kenapa begitu pih, aku kan udah minta maaf sama Sani pih "
Namun Sena tak mendengarkan teriakan anaknnya dia langsung saja pergi, setelah mengatakan itu pada polisi, dan anaknya langsung ditarik dimasukan kedalam sel.
"Maafkan papih nak, ini demi kebaikan mu, agar kau bisa lebih bertanggung jawab atas semua kesalahanmu dan tak melakukan hal ceroboh lagi seperti ini"
Sani kembali masuk kedalam mobil, dan melajukan mobilnya kerumah sakit, ingin menanyakan tentang penangkapan anaknya pada Sani, jika menang Sani melaporkannnya dirinya tak masalah.
**
"Miraa "
"Iya Sani, kamu gak apa apa kan "
"Aku baik baik aja Mir, kamu kenapa ada disini "
"Aku denger kamu ditabrak oleh Alvaro aku tahu karena mereka mengobrolkannya waktu di kelas, makanya saat pulang sekolah aku langsung ke sini aku kira kamu menghilang kemana karena kata ibu tiri kamu, kamu sama laki-laki kabur, aku gak percaya sama sekali atas ucapannya, makannya aku mencari tahu dan ya akhirnya pelakunnya sendiri yang bicara "
"Untung aja kamu gak percaya kata-kata Ibu aku mungkin dia emang maunya aku pergi dan menghilang dari hidup mereka"
"Yaudah kamu pergi aja dari sana "
"Terus gimana sama ayahku, Ayah gak mungkin mau ninggalin ibu gitu aja, dan aku juga gak tahu aku bakal dikeluarin dari kerjaan aku atau enggak, karena aku udah enggak masuk beberapa harikan, kalau sampai aku dikeluarin aku gak tahu harus cari kerja dimana lagi dan kalau pergi aku harus tinggal dimana sama ayah "
"Yaudah untuk sementara kau bertahan sama mereka dulu pasti Tuhan akan memberikan sesuatu yang istimewa untukmu, tidak mungkin kan tuhan selalu memberikanmu ujian, dibalik ujian itu pasti ada kebahagiaan yang disiapkan oleh Tuhan"
"Aminnn makasih udah mau jadi temen aku dan repot repot kemari "
"Iya gak usah bicara kaya gitu, aku pasti akan selalu bantu kamu kok "
Mira lali melihat jam tangannya "aku gak apa apa pulang ya, nanti aku kemari lagi "
"Iya kamu hati hati ya dijalannya "
"Iya San, aku pergi, mba aku duluan "
Fatimah hanya mengangguk dan kembali fokus pada laptopnya mengerjakan tugasnya dan pintu kembali terbuka ternyata itu Sena, Fatimah langsung berdiri dan menunduk hormat.
"Kamu pulang saja Fatimah "
"Baik saya pulang dulu tuan, permisi "
Sena hanya menatapnya sekilas dan kembali fokus pada Sani "kapan aku pulang om, aku harus bekerja dan sekolah "
"Tunggu kau sampai sembuh baru kau bisa melakukan aktifitasmu, tak usah bekerja lagi semua kehidupan keluarga mu aku yang menanggung "
"Bukannya aku menolak tapi aku masih mampu untuk bekerja dan mencari nafkah untuk keluargaku om, jadi rasannya tidak perlu "
"Kau yakin menolak pemberianku "
"Iya karena aku tidak mau berhutang budi terlalu banyak padamu, dan meskipun anakmu yang menabrakku aku akan tetap mengganti uangmu nanti"
"Aku sudah bilang aku tak mau uang, uangku sudah banyak, aku akan menangihnya suatu saat, jadi kau tunggu saja waktunya, ayo aku akan membantumu membersihkan badanmu "
"Tidak usah om, aku bisa sendiri, tolong antarkan aku kedepan kamar mandi saja "
Sani dengan susah payah segera menurunkan kakinya, namun Sena langsung memangkunya dan mendudukan Sani dikursi yang memang sudah Sena siapkan.
"Kenapa om masih disini "
"Aku akan menunggumu disini "
"Tidak mau aku bisa sendiri om, tolong jangan kau keras kepala"
"Baiklah aku akan menunggumu diluar "
Sani mengangguk dan Sena menutup pintunya namun baru juga Sani mau membuka pakaiannya Sena sudah membuka kembali pintunya "ommm " teriak Sani dengan marah.
Sena dengan tertawa renyah kembali menutup pintunya dan menunggu Sani diluar, "Kenapa aku sesenang ini, hanya karena menjahili anak kecil itu, sadar Sena dia masih kecil umurnya masih 17 tahun sadar, apakah kau mau menjadi Pedofil sadar sadar aku 38 dan dia 17 tahun jauh sekali, "
Sena mengeleng gelengkan kepalanya "tapi bagaimana aku sangat tertarik dengannya, kenapa ucapan ku menjadi kenyataaan saat berkata pada mom, dasar ini mulut menyebalkan, aku harus bisa menahannya jangan sampai ketertarikan itu berubah menjadi cinta jangan sampai "
Pintu tiba tiba terbuka dan Sani berjalan dengan pincang dan untuk kedua kaliannya Sena langsung memangku Sani dan kembali membaringkannya.
Mengusap wajah Sani dengan tisu, Sena sampai terpaku dengan wajah lugu Sani, dan tatapan sayunya seperti mengoda saja.
Sena langsung memutuskan pandangannya dan melihat kearah lain, namun mata nakalnya lagi lagi ingin menatap wajah manis itu.
"Om apakah om baik baik sjaa " tanya Sani yang aneh karena om om ini dari tadi membuang pandangannya darinya dan kembali menatapnya.
"Aku baik-baik saja. Apakah kau yang melaporkan Alvaro pada polisi tentang tabrak lari "
"Aku tidak melakukannya bagaimana aku melakukannya sedangkan aku saja di rumah sakit, ponsel saja aku tidak punya dan aku pun tidak tahu nomor polisi itu berapa untuk apa aku melaporkannya. Aku sudah memaafkan Alvaro"
"Alvaro sekarang di penjara"
"Lalu kenapa om masih di sini kenapa kamu tidak melepaskannya kasihan kan dia di sana"
"Biarkan saja agar dia berfikir dan tak akan pernah melakukan hal itu lagi "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments