Sani hanya bisa diam melamun tak bisa melakukan apa-apa, rasanya dirinya sudah sangat bosan berbaring seperti ini terus-menerus dan kapan dirinya akan sembuh.
Bisa bekerja lagi dan sekolah lagi itu yang selalu ada dalam fikirannya, apa lagi untuk bulan depan dirinya harus membeli obat untuk ayahnya dan biaya hidup sehari-hari,apakah dirinya akan dikeluarkan dari tempat kerjanya karena tak masuk-masuk.
Sedang asyik-asyiknya melamun malah datang seorang perempuan cantik tersenyum padanya Sani hanya bisa mengernyitkan dahinya.
"Maaf apakah kau salah kamar " ucap Sani dengan binggung.
"Kau Sani kan "
"Ya aku Sani "
"Aku Fatimah asistennya tuan Sena, saya diutus kemari untuk mrmbawakan anda buah buahan dan juga menemani anda disini"
"Sena ? om om itu "
"Om "
"Iya om om yang membantukukan ayahnya Alvaro "
"Iya benar om om itu " sambil cengegesan
"Hemm baiklah tapi kurasa lebih baik kau jangan menunguiku, aku baik baik saja dan aku bisa sendiri "
"Ini perintah dari tuan Sena dan saya tidak bisa membantahnya, maafkan saya nona "
"Iya tapi aku tidak apa sendiri, kau bilang saja pada tuan mu itu kalau aku mampun sendiri "
"Tapi "
"Sudah nona aku ingin sendiri "
Fatimah menghembuskan nafasnya dan keluar dari rungan Sani, mengeluarkan ponsel dan menelfon tuannya.
"Ada apa, apa ada masalah "
"Maaf tuan, nona Sani ingin sendiri, tak mau ditemani oleh siapa-siapa saya disuruh keluar dan bilang pada anda kalau dia ingin sendiri tanpa ada gangguan dari siapapun. Jadi saya harus bagaimana tuan "
"Berikan ponselnya padannya "
"Baik tuan "
Fatimah masuk kembali dan memberikan ponselnya pada Sani "apa "
"Ini tuan ingin berbicara dengan mu "
Sani mengambil ponsel itu dan ingin segera mendengarkan apa yang akan dibicarakan oleh om om ini.
"Ada apa denganmu kenapa kau tak ingin ditemani oleh asisten ku. Apakah kau sangat keberatan"
"Om aku ingin sendiri jadi tolong hargai privasi ku, aku bisa mengurus diriku sendiri tanpa bantuan siapapun"
" Baiklah kalau begitu aku akan mengambil obat obat ayahmu yang kemarin"
"Kau mengancamku "
"Sama sekali tidak, ditemani atau aku akan mengabulkan kata-kataku tadi "
"Baiklah "
Sani langsung mematikan ponselnya dan memberikannya pada Fatimah, Fatimah yang melihat itu membelalakan kedua bola matanya dengan kagum " kau hebat sekali mematikan sambungan dari tuan kalau aku tak berani, bisa bisa aku dipecat dan akan dimarahi habis habisan "
"Apa dia sejahat itu"
"Bukan jahat sih tapi dia itu sangat galak angkuh dan sedikit menyebalkan"
"Pantesan waktu ketemu sama aku dia angkuh banget, arogan lagi dan semaunya "
"Kalian berdua punya hubungan apa"
"Tidak sama sekali aku dan Om itu tidak punya hubungan, hanya saja kebetulan dia menolongku saat aku di tabrak lari orang anaknya Alvaro"
"What Alvaro, lalu kenapa kau tak melaporkannya kepolisi "
"Aku ini orang kecil mana mungkin aku melaporkan dia ke polisi yang ada dia bisa membayar dengan uang supaya bebas dari sana, dan Alvaro juga membenciku, aku tak mau sampai dia makin membenciku "
"Kenapa Alvaro bisa membenci anak manis seperti mu "
"Entahlah aku tidak pernah tahu apa alasan dia membenciku, mungkin karena aku miskin, dari awal kita bertemu dia sudah membenciku tapi itu tidak membuatku sakit hati ataupun apalah yang terpenting di sana ku hanya ingin menuntut ilmu itu saja"
"Bagus bagus kau bagus, jangan hiraukan orang seperti itu ok "
Mereka berdua akhirnya mengobrol dan mulai akrab lagi, tadinya memang Sani tak mau ditemani tapi karena ancaman itu baiklah tak apa.
**
Sena yang belum selesai bicara melihat sambungannya yang sudah terputus, "kurang ajar berani beraninya dia mematikan sambunganku, kalau saja tak banyak pekerjaan seperti ini aku akan menyusulnya dan memberi pelajaran padannya. "
Tok tok
"Masuk "
Gea yang sudah dipersilahkan masuk segera membuka pintu dan berjalan kearah tuannya.
"Ada apa "
"Maaf tuan ini data keungan yang anda mau, saya sudah memperbaiki semuanya"
"Dari awal kau mengerjakannya. Aku tidak mau ada lagi kesalahan satu pun itu, aku tak akan menerimanya "
"Iya aku mengerjakannya dari awal tuan, aku jamin semuanya beres dan tak ada kesalahan "
"Awas saja kalau ada kesalah aku akan memecatmu, sekarang kau kembalilah keruanganmu, aku akan mengeceknya dulu "
"Baik tuan"
Sena satu persatu mengeceknya, melihat lihat satu persatu, membacannya dengan serius, mencari cari kesalah dari karyawannya..
**
"Mohon maaf untuk Alvaro dan Bella bisa ikut Ibu sebentar, maaf pak saya mengganggu pelajaran bapak"
"Oh iya tidak apa apa bu Sesil ada apa ya "
Bu Sesil menghampiri pak Budi dan membisikan sesuatu "baiklah bu silahkan bawa mereka, "
"Terimakasih pak, ayo Alvaro dan Bella ikut ibu"
Mereka bedua segera pergi mengikuti bu Sesil, sedangkan orang yang ada dibelakang tersenyum senang, pasti polisi sudah ada dan akan menjemput mereka merdua.
Saat Alvaro dan juga Bella masuk kedalam ruangan dia dihadapkan dengan dua polisi.
"Sayang kenapa ada polisi "
Alvaro tak menjawab hanya diam saja duduk dan berhadap hadapan dengan kedua polisi itu.
"Alvaro dan Bella "
"Iya "
"Saya kemari ingin menangkap anda atas tabrak lari pada Sani teman anda sendiri "
"Hah saya, kapan saya nabrak dia, saya sama sekali tak pernah menabraknya. Dia pasti sudah fitnah saya pak saya sama sekali gak tahu coba Bapak tanya dengan pacar saya kami berdua tidak tahu kalau dia tertabrak "
"Jangan mengelak kembali, anda bisa menjelaskannya dikantor ayo ikut kami "
"Tidak tidak, saya tidak bersalah, saya ingin menelfon papih saya dulu "
"Anda bisa melakukannya disana ayo iku kami kekantor polisi "
Polisi segera memborgol Alvaro dan saat akan memborgo Bella Alvaro mengelengkan kepalanya " Jangan bawa pacar saya dia tidak tahu apa-apa, bawa saya saja tak usah bawa-bawa dia"
"Baik ayo "
Alvaro dengan pasrah mengikuti polisi, diluar sudah banyak yang melihat Alvaro, dan menyoraki, video itu sudah tersebar di grup masing-masing kelas entah siapa yang membagikan nya.
Rizki dan juga Arzan menghampiri Bella yang menangis "kenapa ini bisa terjadi Bell, kenapa " tanya Rizki
"Gak tau aku juga gak tau "
Arzan membuka ponselnya dan melihat Vidio tentang percakapan mereka berempat.
"Lihat buka ponsel kalian ada yang memvideo kita saat kita tadi sedang ngobrol"
Rizki segera mengambil ponsel Arzan dan melihatnya dengan serius " Siapa orang yang berani-beraninya menyebarkan Ini sialan ada penguntit di sini apakah ini ulah Mira ? "
Rizki menghampiri Mira yang ada dikelas di ikuti oleh Arzan takut Rizki kelepasan pada Mira.
"Mira Mira, Mira "
Mira mendongakan kepalanya dan menatap Rizki " Ada apa denganmu berisik sekali. Aku ini tidak tuli jadi tidak usah berteriak "
"Kau yang sudah melaporkan Alvaro hah "
"Iya kenapa masalah buat lo "
"Tuh kan bener perempuan sialan ini "
Rizki akan memukul Mira dan Arzan langsung menahannya " jangan main kekerasan dia perempuan"
"Awas aja kau Mira kau akan habis di tanganku. Aku tidak akan melepaskan mu "
Mira hanya menangapinya dengan sebuah senyuman, Arzan menarik Rizki keluar dari dalam kelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments