💫💫 4 Hari kemudian 💫💫
Aulia sedang menyandarkan dagunya di atas meja kerja, jari-jemari tangan kanan terus bermain di atas meja hingga mengeluarkan nada dari meja kerjanya. Andra yang duduk di sofa hanya menatap wajah kusut yang di pancarkan oleh wajah Aulia.
“Awas loh, jika di tekuk terus wajahnya akan berubah menjadi nenek tua.”
“Biarin,” sahut Aulia segera menyimpan wajahnya di balik kedua tangan yang ia luruskan sepanjang meja. “Habisnya Om Tarjok tidak ada menelpon. Apa dia sudah lupa dengan diriku, apa dia sudah mendapatkan putri baru yang lebih cantik dariku, apa dirinya sudah mendapatkan pekerjaan baru, apa gajinya yang aku kasih kurang banyak, atau…..”
“STOP!” Tahan Andra menyelinap 'kan tangan kanannya dari bawah, menutup mulut Aulia yang terus berbicara tanpa henti. “Jika kamu cemas, mari kita telpon Papa!” Andra meraih benda pipih dari dalam saku jas miliknya.
Tut!!!
Tuutt!!!
[“Halo! Assalamualaikum.”] Ucap salam Tarjok menjawab panggilan telpon dari Andra.
[“Wa’alaikumsalam.”] Sahut Aulia datar dari sebrang sini.
[“Bagaimana keadaan kamu di sana. Apa semua pekerjaan kamu berjalan dengan lancar?”]
[“Urus saja urusan Om di sana. Aku bukan anak kecil, jadi jangan tanya tentang keadaanku.”]
[“Hahaha. Tarjok, apakah kamu sudah siap?”] Di tengah tawa Tarjok yang masih menerima panggilan telpon dari Aulia, terdengar suara cukup familiar yang sangat Aulia ingat.
[“Pa-papa! Apa itu tadi suara Papa?”]
[“I-itu tadi hanya suara Detektif yang bertugas menyelidiki pelaku utamanya. Oh, Om akhiri panggilan telponnya dulu, karena Om masih ada urusan untuk pergi ke sel tahanan yang berada di….”]
Tut!!! Tut.
[“Om, om Tarjok.”] Teriak Aulia di depan ponsel milik Andra yang sudah padam.
“Mungkin sinyalnya jelek,” ucap Andra, tangan kanan menepuk bahu kanan Aulia, “Jangan memikirkan Om Tarjok terus, Papaku adalah seorang pria tangguh dan cukup kuat. Jadi dia akan baik-baik saja di luar sana, meski aku tidak bersamanya.”
“Bu-bukan itu maksudku. Tapi, kalau aku tidak salah dengar, ada suara mendiang Papa saat bersama Om Tarjok. Apa…”
Andra melambaikan tangan kanannya, “Tidak mungkin, mana mungkin mendiang tuan Agung bisa hidup kembali.”
“Iya juga ya!” Aulia berdiri, kedua telapak menghentak di atas meja, “Daripada mikirin suara yang mirip dengan mendiang Papa, lebih baik kita makan,” ucap Aulia bersemangat.
“Ba-baru jam berapa ini!” ucap Andra menunjukkan jam tangan yang ada di pergelangan tangan kirinya.
“Wanita yang sedang datang bulan biasanya memang harus makan banyak, dan makan yang manis-manis agar hidupnya penuh warna.”
“Oh” Sahut Andra mengangguk.
Aulia dan Andra menuju kafe yang tak jauh dari kantor, 30 menit kemudian Aulia dan Andra pun akhirnya sampai. Mulai dari pintu masuk sampai Aulia dan Andra duduk, ada sepasang bola mata memakai kontak lensa berwarna coklat bersembunyi di bali daftar menu makanan. Sepasang bola mata berlensa coklat terus menatap Aulia dari atas sampai bawah, sudut bibir yang merah merona tersenyum penuh makna.
Drtt!! Drtt.
Benda pipih milik Andra yang bersembunyi di balik jas terus berdering, tangan kanan mengambil benda pipih tersebut dari dalam saku jas, kedua mata menatap panggilan telpon Luar Negeri.
“Siapa?”
“Tidak tahu, nomornya seperti nomor Luar Negeri,” Andra menunjukkan layar ponsel yang terus menyala, “Nih, lihat.”
Aulia langsung menyambar ponsel dari tangan Andra, tangan kanannya dengan cepat menekan tombol merah. Aulia mengulurkan tangan kanannya, “Jika nomor itu menelpon kembali, kamu jangan mengangkatnya.”
“Loh, kenapa?”
“Sudah jangan banyak tanya, itu pasti seorang penggemar yang ingin mendengar suaraku!” Sahut Aulia melambaikan tangan kanannya.
Tit!!
E-mail masuk ke dalam ponsel kantor yang Andra pegang.
Dahi Andra mengerut saat membaca isi pesan dari e-mail yang masuk, perlahan tatapan dingin mengarah ke Aulia yang sedang bermain ponsel miliknya.
“Aulia!” Panggil Andra berwajah suram.
‘Kenapa wajahnya mendadak suram, apa karena aku selalu memerintahnya.’ Batin Aulia, lirikan tajam dari ujung ekor mata menatap sejenak wajah Andra, kemudian ia arahkan ke lain tempat. ‘Sangat mengerikan. Tatapannya seperti hendak menelanku hidup-hidup.’
“Iya, Abang Andra,” sahut Aulia manis, senyum terpaksa membuat jejeran gigi putih terpampang jelas di mata Andra.
“Sejak kapan kamu menyuruh Venus kembali ke Paris untuk menyelesaikan masalah kamu?” tanya Andra bersuara dingin.
Aulia berdiri, “Sepertinya aku kebelit pipis.”
“Aku temani,” sela Andra, tangan kanan menggenggam erat pergelangan tangan kanan Aulia.
“Ti-tidak, aku tidak jadi pipis,” Aulia duduk kembali, wajah cemberut ia tunjukkan ke Andra, jari telunjuk saling bertemu di depan dada, “Sejak Maya mengajak Venus ke Hotel.”
“Hotel! Ma-maya mengajak Venus ke Hotel?” tanya Andra mengulang kata ‘Maya’.
Aulia mengangguk, 2 jari ia arahkan ke langit-langit. “Suer! Selain itu…..Aulia tidak ingin meninggalkan perusahaan mendiang Papa yang ada di sini hanya untuk pergi ke sana. Aulia juga tidak ingin jauh dari Andra. Aulia cinta sama Andra.”
Deg!deg.
Ucapan tulus membuat degup jantung Andra berdegup kencang, kedua pipi Andra mendadak merona saat melihat wajah tulus dan polos Aulia saat berkata, ‘Aulia cinta sama Andra’. Kalimat manis, namun sangat mematikan.
Merasa malu akan perkataan yang baru saja ia ucapkan, Aulia segera berdiri, kedua kaki melangkah menuju toilet.
Andra menatap kepergian Aulia. ‘Kenapa gadis ini terus menyatakan cinta kepadaku. Apa dia beneran suka denganku. Bagaimana jika perkataan itu hanya sebuah lelucon sesaat nya untuk menghilangkan ketegangan. Tapi, bagaimana jika perkataan itu serius, haruskah aku menerimanya.’
“A-ayo kita kembali,” ajak Aulia yang baru saja sampai ke meja.
“Ta-tapi kita belum ada memesan menu makan apa pun di sini.”
“Aku ingin makan masakan tante Ningrum!” Ucap Aulia, tangan kanan memegang pergelangan tangan Andra.
“Ma-masakan Mama?”
“Iya, ayo!” sahut Aulia, tangan kanan terus menarik pergelangan tangan Andra sampai beranjak dari bangku.
.
.
✨✨1 jam kemudian✨✨
Aulia dan Andra yang baru saja turun dari mobil saling menatap satu sama lain, saat melihat Ningrum duduk bersama seorang wanita paruh baya. Merasa tidak nyaman saat melihat Ningrum duduk orang yang tak di kenal, kedua kaki Aulia dan Andra melaju cepat mendekati Ningrum.
“Tante.”
“Mama, siapa wanita ini?”
Wanita tersebut berdiri, tangan kanan berkutek merah dengan hiasan berlian putih mengulur, “Saya adalah Dhani. Saya kerabat dari mendiang Ibu kamu!” Ucap wanita bernama Dhani saat memperkenalkan dirinya.
Ningrum menatap wajah Andra, dan Aulia, manik matanya perlahan bergerak melihat Dhani dari atas sampai bawah. Karena dirinya telah dipercaya Tarjok untuk memperhatikan Aulia, kaki kanan Ningrum maju beberapa langkah mendekati Dhani, tatapan serius ia arahkan ke Dhani yang sedang memberikan senyum penuh makna.
“Kamu siapa sebenarnya?” tegas Ningrum.
“Loh, aku pikir tadi tante sudah kenal dengan wanita ini.”
“Siapa kamu?” sela Andra tegas.
Dhani menundukkan sedikit tubuhnya, tangan kanan di letakkan di depan dada, “Maafkan saya, tadi saya belum sempat memperkenalkan diri saya kepada Anda!” Dhani berdiri tega, kedua matanya mengarah ke Aulia, Ningrum dan juga Andra yang sedang berdiri sejajar. “Saya adalah kerabat jauh dari mendiang Ibu kamu.”
“Setahu aku, nona Marsya tidak memiliki kerabat, karena kehidupannya yang dulu cukup kelam dan dia adalah anak satu-satunya,” ucap Ningrum memperjelas siapa Marsya dulunya.
“Oh, mungkin dia tidak mengenal saya karena kami jarang bertemu,” sahut Dhani berbohong.
Jari telunjuk tangan kanan mengarah ke pagar rumah, “Silahkan pergi dari rumah saya!” tegas Aulia sopan.
“Saya sudah jauh-jauh datang ke sini, kamu malah mengusir saya!” Wanita tersebut mengeluarkan air mata buaya, kedua kaki melangkah cepat mendekati Aulia, meraih kedua tangan Aulia dan menatap wajah Aulia dengan tatapan pilu. “Apa kamu tega membiarkan wanita paruh baya pulang setelah berlayar sampai 2 hari 3 malam.”
Aulia memijit pelipisnya yang tegang. Rasa iba tiba-tiba bergelut di hatinya, “Baiklah, untuk malam ini aku akan membiarkan kamu tinggal di rumahku!” Jari telunjuk tangan kanan mengarah pada Dhani, “Tapi ingat, aku tetap tidak percaya jika kamu adaah kerabat dari mendiang Mamaku.”
“Aulia, apa kamu serius dengan keputusan kamu untuk membiarkan wanita ini tidur semalam di rumah kamu?” tanya Ningrum yang terlihat cemas saat mengetahui Aulia menerima orang lain untuk tidur di rumahnya.
Andra berbalik badan, tangan kanan mengambil benda pipih dari dalam saku jas miliknya, dan mengirim pesan singkat kepada Tarjok. Tidak sampai 5 menit, Tarjok sudah membalas isi pesan Andra.
Isi pesan Tarjok :
“BIARKAN DIA BERMAIN SEJENAK.”
Itulah isi pesan singkat dari Tarjok.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Denry_Den Den
semoga itu beneran Papa nya.
2022-12-29
0
Nindira
Aduh hati Andra tertembak panah cintanya Aulia nih😍🥰😘💘💘💘💘💘
2022-10-17
1
~~N..M~~~
Isi pesan yang membuat aku penasaran
2022-10-10
0