1 Hari setelah kepergian Papa dan Mama.
Aku sedang berdiri di depan meja rias milik Mama, tangan kanan memegang foto milik Papa, Mama dan diriku. Foto yang terlihat hangat dan juga sangat nyaman di lihat. Tangan kananku membelai lembut foto Papa, aku dan Mama yang tersenyum manis.
“Ma....Pa. Aulia berharap Papa dan Mama tenang di sisi Allah. Aulia berjanji akan menjadi wanita yang lebih baik dan mandiri. Aulia juga tidak akan menangis dan terus bersedih karena Papa dan Mama sudah meninggalkan Aulia begitu cepat. Aulia juga berjanji akan mengurus semua perusahaan Papa dan Mama dengan sangat baik. Aulia janji.” Ucapku lembut.
Tok!Tok.
“Masuk saja.” Sahutku menolehkan wajah ke pintu kamar yang masih di ketuk.
Pintu kamar terbuka, aku melihat seorang pria yang sedang berdiri di depan pintu kamar mendiang Papa dan Mama. Pria tersebut adalah Andra.
“Sudah saatnya makan siang, aku sudah membawakan kamu makan siang yang di buat oleh Mama Ningrum.” Ucap Andra mengulurkan tangan kanan yang membawa rantang makanan.
“Baik.” Aku meletakkan foto Mama dan Papa kembali ke tempatnya, kedua kakiku melangkah menuju pintu kamar dan meninggalkan kamar mendiang Mama dan Papa. Tak lupa aku mengunci kamar Papa dan Mama dari luar agar tidak ada orang lain yang masuk ke dalam kamar kecuali aku.
.
.
.
Di ruang makan.
Aku dan Andra menikmati santap makan siang yang di buat oleh tante Ningrum. Setelah selesai makan siang, kedua tanganku mengelus pelan perut yang sedikit membuncit karena kekenyangan.
“Alhamdulillah.” Ucapku merasa bersyukur karena sudah kenyang.
“Nona muda.” Panggil Om Tarjok dari ruang masuk khusus ruang makan, tangan kanan memegang dokumen tebal.
“Panggil Aulia saja Om, jangan nona muda.” Sahutku. Karena Om Tarjok sudah aku anggap seperti saudaraku, aku merasa tidak enak mendengar Om Tarjok memanggilku dengan sebutan nona muda.
“Baik.” Sahut Om Tarjok.
Aku segera berdiri, aku mendekati Om Tarjok. “Ada apa Om?” Tanyaku.
“Karena mendiang tuan Agung banyak janji dan banyak pertemuan penting hari ini, saya ingin mengajak Aulia pergi bersama saya untuk mengurus bisnis mendiang tuan Agung atau Papa kamu yang saat ini sedang berlangsung.”
“Tapi Om! Aku tidak bisa.” Aku meletakkan tangan kananku di depan dada. “Aku belum terlalu mahir mengurus bisnis milik Papa.”
“Kamu tenang saja, nanti Om akan mengajarkan kamu bagaimana cara menangani bisnis milik mendiang tuan Agung atau Papa kamu.” Om Tarjok memberikan dokumen tebal kepadaku. “Ini semua dokumen penting yang harus kamu baca sebelum kita pergi menemui klien dan rapat penting.”
Aku mengambil dokumen yang di berikan Om Tarjok. “Banyak sekali.”
Om Tarjok memukul pelan bahu kiriku. “Ini belum seberapa dari yang mendiang tuan Agung lakukan, dan kamu harus mulai terbiasa dengan semuanya. 2 jam lagi Om jemput kamu dan kita akan pergi rapat ke Restauran yang tak jauh dari sini.” Ucap Om Tarjok serius. Om Tarjok berbalik badan, kedua kaki melangkah meninggalkan aku dan Andra.
“Baik Om.” Sahutku lesu. Aku berbalik badan, kedua kaki mendekati Andra yang masih duduk di kursi makan. Aku mengulurkan tangan kanan yang memegang dokumen tebal. “Ajarin.” Pintaku manja.
Andra mengambil dokumen tebal, ia berdiri, tangan kiri memegang puncak kepalaku. “Dasar gadis manja.”
.
.
.
2 jam kemudian.
Aku dan Andra sedang berdiri di depan teras rumah, aku meminjamkan salah satu jas baru yang belum pernah mendiang Papa pakai sebelumnya. Aku mengajak Andra pergi bersamaku karena aku takut menghadapi bisnis yang sama sekali belum pernah aku kerjakan. Sedangkan Andra, aku pernah melihat beberpa kali di ajak Papa untuk menemani dirinya saat Om Tarjok sedang sakit atau sedang ada urusan lain.
Om Tarjok tercengang di samping mobil mewah serba hitam milik mendiang Papa.
“Andra.” Ucapnya.
“Pa. Andra bisa jelaskan.” Ucap Andra gugup.
Om Tarjok berjalan mendekati Andra, kedua tangan kekar memegang kedua pipi Andra yang bersih dan juga mulus. “Ka-kamu sangat cocok memakai stelan jas seperti ini. Kamu terlihat tampan dan juga gagah, nak.”
“Benar kan! jas ini memang cocok buat Andra. Mulai hari ini kamu akan aku angkat menjadi Asisten pribadi milikku khusus perusahaan milik mendiang Papa.”
Aku sengaja berkata seperti itu karena aku merasa tidak sanggup jika mengurus perusahaan secara bersamaan, dan aku juga percaya jika Andra dan Om Tarjok adalah orang yang tepat untuk mengurus bisnis dan perusahaan Papa yang sudah masuk hampir mendunia.
“Maaf. Kalau soal itu sepertinya aku tidak bisa.” Sahut Andra menolak lembut permintaanku.
Aku memalingkan wajahku ke sisi kanan, kedua mata sendu menatap ke bawah. “Aku tidak punya siapa pun lagi di dunia ini yang harus aku percaya. Aku hanya punya kamu, Om Tarjok dan tante Ningrum di dunia ini. Hanya kalian yang aku percaya dalam hal apa pun. Jika kamu tidak mau membantu aku menjalankan salah satu bisnis, maka aku terpaksa akan menjual bisnis milik Mama yang berada di Paris.
“Jangan.” Ucap Om Tarjok serius, wajah terlihat gugup.
Andra menghela nafas berat. “Baiklah. Aku akan menerima permintaan kamu.”
Aku segera memeluk tubuh kekar milik Andra, bibir tersenyum manis. “Terimakasih.”
“Lepaskan Aulia. Aku bukan anak kecil yang bisa kamu peluk di depan Papa ku.”
“Hehe.” Om Tarjok tertawa geli.
Aku menggandeng tangan Andra. “Ayo kita berangkat.”
.
.
2 jam kemudian.
Aku, Andra dan Om Tarjok keluar dari dalam mobil. Aku melihat beberapa penjaga yang berada di depan Restauran menundukkan pandangannya saat mobil milik kami berhenti.
Andra membuka pintu mobil milikku.
Aku segera keluar dengan anggunnya, tak lupa tangan kanan membawa dokumen penting buat menjalani rapat penting yang akan segera berlangsung. Aku berdiri di samping mobil, kedua mata menatap ke arah pintu restauran. Aku menarik nafas panjang, aku merasa kaku dan grogi karena baru kali ini aku melakukan rapat besar dan memegang perusahaan yang cukup besar yang sudah mendunia.
Aku, Andra dan Om Tarjok melangkah secara bersamaan memasuki Restauran mewah yang sudah di pesan oleh mendiang Papa jauh hari sebelum rapat khusus berlangsung. Kami terus berjalan menuju ruangan VIP khusus mengadakan jumpa atau rapat penting. Kedua kakiku terhenti di depan pintu ruangan serba putih.
Tangan kanan Andra membuka pintu ruangan, aku segera masuk dengan langkah anggun dan penuh wibawa layaknya seorang Presdir.
Semua mata klien memandangi diriku mulai dari berjalan masuk hingga duduk di kursi utama. Aku meletakkan dokumen penting di atas meja, aku menundukkan sedikit tubuhku dengan sopan.
“Maaf sudah membuat kalian menunggu lama.”
Semua mata klien menatapku tanpa berkedip, bibir terus berdecak kagum. Banyak ku dengar suara orang yang di dalam ruangan memuji diriku.
“Cantik sekali.”
“Ia. Sangat sopan dan juga Anggun.”
“Dengar-dengar dia adalah putri semata wayang milik mendiang Presdir Agung Laksmana dan nona muda Marsya Aulia.”
“Jadi gadis cantik dan anggun ini adalah anak dari mereka berdua. Pantes saja sifat dan sikapnya tidak jauh berbeda dengan mendiang kedua orang tuannya.”
Ucap klien saling menatap satu sama lain.
“Ehm.” Aku berdehem kuat untuk memecah suasana yang sedikit rame. Setelah semua diam dan tertib aku mulai memperkenalkan diriku. Aku meletakkan telapak tangan kananku di depan dada, kedua mata menatap satu persatu klien yang duduk tertib. “Saya, Laksmana Aulia. Putri semata wayang milik Almarhum Presdir Agung Laksmana dan nona Marsya Aulia. Mulai hari ini saya yang akan mengurus perusahaan milik Papa, yaitu tambang minyak.” Aku mengulurkan tangan kanan ke sisi sebelah kananku dimana Andra sedang berdiri tegak. “Dan di sebelah kanan saya adalah Asisten pribadi saya. Namanya Andra, dia yang akan membantu saya dalam melakukan tugas apa pun dan jika kalian ingin bertanya sesuatu hal silahkan kepada Asisten Andra.” Ucapku serius, aku mengambil dokumen tebal yang berada di atas meja. “Aku akan memulai rapat.”
Rapat terus berlangsung dengan tenang, Andra tersenyum manis menatap diriku yang serius memimpin rapat penting di depan layar tancap. Sedangkan Om Tarjok berdiri di dekat pintu ruangan, kedua tangan di letakkan di depan perut, bibir tersenyum manis menatap diriku yang sedang mempresentasikan dokumen dan data yang sudah di buat mendiang Papa.
Andra menatap diriku serius, kepala mengangguk, bibir mengulas senyum tipis.
‘Ternyata kamu sangat dewasa dan cukup elegan saat memimpin rapat. Pantes saja perusahaan yang kamu pegang semuanya berjalan dengan lancar dan sukses besar di Luar Negeri.’ Batin Andra kagum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Denry_Den Den
Ini keren...
2022-12-18
0
Nindira
Aulia luar biasa👍💪
2022-10-17
0
Inru
Aulia ... yang kuat ya, Kamu 😥
2022-10-14
0