🍃🍃Pukul 19:30 malam🍃🍃
Aulia, Tarjok, Ningrum dan Andra sedang menikmati santap makan malam di rumah Andra. Tangan kanan Aulia terus mengaduk nasi yang sudah bercampur dengan sayur dan lauk. Tatapan kosong menatap lurus ke depan tanpa berkedip.
‘Pa, Ma. Putri semata wayang Papa dan Mama sudah berhasil mendapatkan kontrak kerja sama di hari pertama aku memimpin rapat. Kontrak kerja sama dari Perusahaan terkenal dan ternama yang ada di Luar Negeri, yaitu kota “P”. Meski Papa dan Mama sudah tidak lagi tinggal bersamaku, aku berharap Papa dan Mama akan terus mendukungku dari atas sana,’ Batin Aulia.
“Kenapa tidak di makan, apa kamu tidak suka dengan masakan Mama Ningrum?” tanya Andra memecah lamunan Aulia.
“Eh, anu…” Ucap Aulia mendadak salah tingkah sekilas ia menatap Ningrum yang terlihat cemas menatap dirinya, kemudian Aulia mengalihkan pandangannya ke atas piring yang berisi nasi campur seperti makan bebek. Tidak ingin melihat wajah Ningrum terus cemas seperti itu, Aulia segera menciduk nasi bebek yang ada di atas piringnya dan melahap dengan cepat nasi bebek yang sudah dingin. Aulia kembali menatap wajah Ningrum dengan mulut penuhnya. “Hem, ternyata masakan tante sama enaknya dengan masakan mendiang Mama,” ucap Aulia memecah suasana yang tadinya suram menjadi lucu saat beberapa butir nasi keluar dari mulut Aulia.
Ningrum, dan Tarjok tertawa melihat Aulia makan seperti anak kecil. Andra berdiri, ia berjalan ke arahku dan duduk d sebelah kursi kosong yang ada di sisi kiri. Tangan kanan Andra meraih tisu yang ada di tengah meja, “Dasar gadis manja. Apa perlu setiap kamu makan aku yang menyuapi kamu dari mulutku sendiri?” ucap Andra sambil membersihkan sisa makanan yang ada di pinggiran bibir Aulia.
“Eh!”
“Adegan apaan nih?”
Tarjok dan Ningrum terkejut mendengar perkataan Andra. Tarjok dan Ningrum saling menatap, kepala mereka serentak mengangguk sambil berkata.
“Oooh! Kami berdua sudah paham.”
“Paham apa Pa, Ma?” tanya Andra polos.
Aulia merasa paham dengan ucapan Andra dan paham maksud Tarjok dan Ningrum, kedua pipi Aulia mendadak merona. Pikiran kotor mulai menari-nari di kepalanya, dan mengkhayalkan tentang dirinya yang akan berciuman dengan Andra.
Ctak!
Satu selentikan mendarat tepat di dahi Aulia. Andra menarik kursinya mendekatkan ke Aulia, wajahnya ia dekatkan ke wajah Aulia, “Pasti pikiran kamu sudah melambung tinggi mengenai hal mesum. Maksud aku tadi adalah, apa kamu mau aku suapi?” tegas Andra, padahal di dalam hatinya. ‘Bodoh! Bodoh. Apa kamu sadar dengan ucapan yang baru saja kamu lontarkan. Kamu membuat diri kamu malu sendiri, Andra.’
Bam!
Satu kotak tisu melayang dan mendarat tepat di wajah Andra.
Tarjok berdiri dari kursinya, tangan kanan ia kepal di depan dada, dahi mengerut, tatapan suram mengarah ke Andra. “Dasar anak mesum. Sejak kapan kamu bertingkah seperti pria penggoda.”
Andra tersenyum lebar, tangan kanan menggaruk rambut belakang yang tak gatal, “He he he. Maaf, tapi ini semua ajaran dari Papa.”
Di sela-sela bercanda, telepon milik Tarjok berdering. Tarjok segera mengambil benda pipih dari saku kemeja miliknya, tatapan heran menatap nomor panggilan yang ada di layar ponsel, kemudian beralih ke Aulia, dan terakhir ke Ningrum.
“Om permisi dulu,” ucap Tarjok meninggalkan ruang makan untuk mengangkat panggilan telepon nomor panggilan dari Luar Negeri.
“Apakah itu dari klien?” Tanya Aulia setelah melihat Tarjok pergi dengan wajah yang cukup serius.
“Tidak tahu, sebaiknya kita tunggu saja Papa kembali.”
“Eh, tante lupa. Tante tadi buat pudding buah sebagai pencuci mulut. Aulia suka pudding, ‘kan?” sambung Ningrum mengalihkan pembicaraan.
“Iya, dulu mendiang Mama sering membuat pudding buah buat Aulia!” Sahut Aulia polos.
“Kalau begitu akan tante ambilkan di kulkas!” Ucap Ningrum, kedua kakinya beranjak pergi mendekati kulkas 2 pintu dan mengambil beberapa pudding buah yang tampak terlihat segar.
“Aulia lagi, Aulia lagi. Aku seperti anak yang tak di anggap jika putri kesayangannya datang ke rumah ini!” Keluh Andra merasa cemburu kepada Aulia.
“Ha ha ha. Kamu ini, bukannya kamu senang kalau Aulia sering datang kemari.”
“Kalau hanya untuk mengambil perhatian Papa dan Mama, aku tidak suka.”
Aulia berdiri, ia membungkukkan tubuhnya mendekati wajah Andra, jari telunjuk tangan kanan mutar-mutar di depan wajah Andra. “Kamu cemburu ya? Kalau begitu biarkan aku menjadi calon istri kamu. Abang Andra.”
“Sudah gila kamu, ya.”
Aulia kembali duduk, ia melipat kedua tangannya di depan dada. “Iya, aku memang sudah tergila-gila dengan kamu!” Aulia kembali mendekatkan wajahnya ke daun telinga Andra, bibirnya bergerak sambil berkata, “A B A N G ANDRA!,” Ucap Aulia kembali satu persatu menyebutkan nama Andra.
Andra memalingkan wajahnya yang merona. ‘Suara lembutnya langsung menusuk ke jantungku. Iblis kecil ini mulai menggodaku. Tahan-tahan, dia itu adalah adik kamu. Meski aku dan Aulia tidak sedarah dan bersaudara, tapi kedua orang tua kami sudah menjadi saudara. Lagian mana mungkin aku jatuh cinta kepada Aulia, besar dan tumbuh di lingkungan yang sama.’ Batin Andra berusaha mewaraskan dirinya setelah mendengar ucapan lembut yang melelehkan hatinya.
“Emang Aulia mau menjadi menantu tante?” tanya Ningrum sedikit bercanda saat melihat putranya mendadak kaku.
Aulia mengangguk, “He he. Aku memang suka sama anak tante, tapi jika dia tidak suka padaku, buat apa aku memaksakan dirinya untuk hidup bersamaku. Aku tidak seperti mendiang Ayah, yang memaksakan cinta mendiang Mama hanya untuk Papa.”
“Tapi mendiang Papa kamu berhasil loh, menjadikan mendiang Mama kamu cinta mati kepadanya,” Ningrum menyandarkan tubuhnya di badan kursi, kedua tangan di lipat di depan dada, pandangan lurus ke depan seperti sedang mengingat sesuatu. “Kisah cinta mereka tentang “GARIS DUA BUAT PRESDIR”, sangat membuat semua orang terharu," sambung tante Ningrum mengingat kisah tentang “GARIS DUA BUAT PRESDIR”.
.
.
💫💫Di ruang tamu💫💫
[“Halo! Ada apa?”] tanya Om Tarjok kepada seseorang yang ada di telepon.
[“Bagaimana keadaan di sana?”] tanya seorang pria dari sebrang sana.
[“Baik.”] Sahut Om Tarjok.
.
.
.
✨✨Sedangkan dari tempat lain✨✨
Berdiri seorang pria di depan jendela kamar, kain gorden berwarna putih menjuntai bebas di atas lantai. Seorang pria bertubuh kekar, tangan kanan memegang tongkat yang terbuat dari besi ringan. Pria tersebut berdiri menghadap jendela, tangan kirinya segera menutup panggilan teleponnya dan menggenggam erat benda pipih miliknya.
“Bersiaplah, karena permainan akan segera di mulai,” ucap pria misterius tersebut dengan sudut bibir menaik.
Siapa pria misterius yang memakai tongkat tersebut?
Apakah Tuan Agung dan nona Marysa masih hidup?
...Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Nindira
Aulia piktor juga ya🙄😅
2022-10-13
1
~~N..M~~~
Kayaknya season satunya keren. kapan-kapan aku mampir kak.
2022-10-07
0
Elisabeth Ratna Susanti
hadir 😍
2022-08-16
0