Aulia mengeratkan pelukanku di tubuh kekar milik Andra. “Aku tidak ingin pria lain. Aku hanya ingin kamu!” ucap Aulia pelan.
“Iya-ia,” sahut Andra.
Aulia tahu jawaban 'Ia' yang dikatakan Andra bukan berarti dirinya mau menjadi pasangannya, Andra mengiyakan ucapan Aulia karena dirinya tidak ingin terus menjawab dan berdebat kepada Aulia.
Aulia tak tahu sampai kapan perasaan ini akan di terima oleh Andra, yang jelas Aulia tidak akan mudah menyerah dan tetap terus berjuang untuk merebut hati dan perasaan Andra. Seorang pria yang sudah Aulia cintai sejak kecil. Kehangatan, pelukan, semangat dan senyumnya, rasanya tidak ingin Aulia bagikan dengan wanita lain kecuali dirinya. Dan dia adalah pria kedua dari mendiang Papanya yang terus menjaga dan melindunginya di dunia ini. Aulia berharap dan selalu berharap sampai tua, pria inilah yang akan menggantikan kehangatan mendiang tuan Agung, bukan pria lain. Bukan pria baru yang Aulia kenal yang mencoba mengisi hati dan kekosongan hari-harinya, Aulia tidak ingin itu terjadi.
Mobil melaju pelan, meninggalkan parkiran restauran. Ketakutan yang melanda Aulia perlahan membuatnya lelah, dan menghantarkan dirinya tidur di dalam pelukan hangat Andra. Perlahan Andra meletakkan kepala Aulia di atas pangkuannya, Andra pun menyandarkan kepalanya di badan bangku, tatapan mengarah ke luar.
‘Siapa wanita itu? apa wanita itu adalah salah satu pelaku pembunuhan tuan Agung dan nona Marsya. Dan kenapa wanita itu juga mengincar Aulia. Aku tidak bisa membiarkan semua kejadian buruk terus menimpa Aulia, aku harus terus menjaganya dan selalu di sampingnya. Kasihan gadis manja ini, harus berpura-pura tegar dihadapan kami semua meski sebenarnya dirinya sangat hancur setelah kepergian Papa dan Mamanya.’ Batin Andra mengingat diriku pada malam kepergian Papa dan Mama.
.
.
🍃🍃Kembali 2 hari yang lalu.🍃🍃
Andra duduk tepat di belakang Aulia, kedua matanya terus memandang punggung Aulia yang terus bergoyang. Aulia terus meratapi jasad yang terbujur kaku yang ada dihadapannya. Jasad Mama dan Papa yang tertutup kain putih. Rasa sedih, hancur, hampa dan kekecewaan menyatu jadi satu dalam kenangan yang terus terlintas di kedua kelopak mata kosong Aulia. Ramai suara sekelilingnya terdengar seperti menguatkan dirinya, banyak orang memeluk tubuhnya yang membatu. Namun Aulia hanya fokus dengan kedua jasad yang hampir tidak di kenali yang ada dihadapannya.
Malam hari setelah kepergian mendiang tuan Agung dan Marsya, Andra menemani Aulia tidur dengan kamar terpisah. Sayup-sayup kedua telinga Andra mendengar rintihan tangisan dari depan pintu kamar Aulia yang tidak di tutup. Andra langsung keluar kamar, mengintip dari balik pintu kamar Aulia. Terlihat tubuh gadis sedang meringkuk di atas ranjang, memeluk erat foto tuan Agung dan juga Marsya.
Andra menyandarkan tubuhnya di luar dinding kamar, wajah mendongak ke atas. Rasanya Andra hendak memeluk erat tubuh Aulia, tapi dia sadar tindakan itu tidak tepat untuk saat ini. Perbuatan yang tepat untuk saat ini ialah membiarkan Aulia meluapkan semua isi hatinya.
Keesokan paginya, Andra masuk dengan sopan ke dalam kamar, membawa sarapan kesukaan Aulia, nasi goreng kampung resep milik mendiang Marsya. Perlahan Andra membangun Aulia yang masih bergelut di dalam selimut tebal. Tangan kekar menggoyang tubuh Aulia pelan, "Aulia, bangun."
Aulia terbangun, kedua mata sembab perlahan terbuka. Aulia perlahan duduk di tepian ranjang.
Andra mengulurkan nampan berisi nasi goreng kampung, "Ayo makan!" ucap Andra, bibir tersenyum lebar.
Aulia menepis nasi goreng kampung di atas nampan yang dibawa oleh Andra, "Tidak mau."
Dengan cepat Andra menjauhkan nampan sehingga hanya angin yang ditepis Aulia.
“Aku tidak ingin makan nasi goreng ini lagi,” jari telunjuk tangan kanan Aulia mengarah ke pintu kamar, “Buang! Aku tak ingin melihat masakan seperti ini lagi!” ucap Aulia sekali lagi meninggikan nada suaranya. Kedua mata perlahan memerah, cairan bening hampir memenuhi mata indah Aulia yang sedang menatap wajah Andra.
Andra menundukkan pandangannya, menatap nasi goreng di atas nampan yang sedang ia pegang, “Kenapa harus membuang kenangan indah dari orang yang kita cintai, dan sayangi. Bukannya lebih baik kita merelakan semua hal yang membuat kita sakit. Jika terus meratapi kesedihan yang tak kunjung usai dan tak ingin melihat masakan yang pernah di buat dari kedua tangan orang yang pernah kita cintai, bukannya hal itu akan membuat dirinya lebih sakit lagi saat melihat putri tersayangnya tak ingin lagi menyentuh makanan yang pernah ia masak buatnya.” Andra segera berdiri, “Tante. Maafkan aku karena telah gagal membuat resep masakan sesuai permintaan kamu kepada putri kesayangan-Mu. Dengan berat hati aku akan membuang masakan ini. Maaf 'kan aku tante.”
Andra berbalik badan, kaki kanan hendak melangkah pergi, namun, harus terhenti setelah mendengar suara Aulia.
“Tunggu. Jangan buang masakan itu!"
Andra segera berbalik badan, dengan cepat ia duduk kembali, wajah berseri memandang wajah kusut Aulia, “Sungguh! Jadi kamu akan memakannya?”
“Iya” sahut Aulia mengangguk.
Dengan senang hati Andra menyuapi Aulia, satu suapan nasi goreng kampung memenuhi mulutnya. Aulia membulatkan kedua mata saat gigitan pertama sampai nasi goreng kampung mengalir di tenggorokannya. Kedua mata kembali di penuhi cairan bening menatap wajah berseri yang saat ini Andra pancarkan.
Aulia segera memeluk Andra, “Rasanya sangat sakit kehilangan orang yang kita cintai. Aku masih tidak bisa merelakan ini semua, dan aku masih marah kepada Papa dan Mama. Kenapa mereka pergi tanpa membawaku, kenapa aku harus hidup di muka bumi ini tanpa Papa dan Mama yang terus ada buatku. Kemana lagi aku mengadu dan berlindung jika Allah mengambil Papa dan Mama secara bersamaan. Kenapa tidak aku saja. Kenapa?”
Andra segera memeluk tubuh Aulia, membiarkan seluruh tubuhnya menjadi tempat pelampiasan. Tangan kanannya membelai lembut rambut bagian belakang Aulia, "Cup! Cup. Jangan bicara seperti itu, Aulia. Tidak mungkin Allah memberikan cobaan kepada hamba-nya melebih batas apa yang tidak ia mampu. Jangan berkata kamu sendirian di muka bumi ini, jangan kamu berkata jika kamu tidak memiliki siapapun kecuali, Tuan Agung dan tante Marsya. Kenapa kamu melupakan ucapan ku, bukannya aku pernah mengatakan jika diriku selalu ada buat kamu!” Andra melepaskan pelukannya, kedua jari jempol menghapus lembut jejak air mata yang membasahi bulu mata lentik 'ku. Kedua mata menatap diriku, dengan bibir tersenyum tipis, “Berjanjilah kepadaku mulai hari ini kamu berhenti menangisi tuan Agung dan tante Marsya, kamu harus ingat jika mendiang kedua orang tua kamu sudah tenang di sisi Allah. Jangan menambah kesedihan dan kekecewaan mereka berdua dari alam sana. Berhenti menangis, dan mulailah mengirimkan doa buat tuan Agung dan tante Marsya dari sini.”
“Jika memang benar kesedihanku, dan tangisanku hanya menambah kesedihan Papa dan Mama, maka aku akan menghentikan tangisan ini. Aku akan terus mengirimkan doa setelah selesai sholat, dan aku harus terus tersenyum agar mendiang Papa dan Mama juga akan terus tersenyum melihatku dari atas sana!” sahut Aulia polos.
FLASHBACK OFF
.
.
.
.
.
❤️❤️Kembali ke Andra. ❤️❤️
Andra membelai lembut rambut Aulia, kedua mata menatap Aulia yang tertidur di atas pangkuannya, bibir mengulas senyum tipis.
Diam-diam Om Tarjok melihat Aulia dan Andra dari kaca spion tengah dalam mobil, tatapan penuh pertanyaan yang sulit diartikan.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Denry_Den Den
pilu
2022-12-18
0
Nindira
Kehilangan orang yang kita cintai memang menyakitka tapi itu sudah takdir kami harus mencoba ikhlas
2022-10-13
1
~~N..M~~~
Mudah-mudahan Aulia berjodoh dengan Andra
2022-10-04
0