Sudah tiga hari lamanya Dhani, seorang wanita paruh baya yang mengaku sebagai kerabat mendiang Mamanya, tinggal di rumah Aulia. Kehadiran Dhani membuat Aulia risih, awalnya berjanji akan menginap satu malam karena jarak tempuh rumahnya memakan waktu selama 2 atau 3 hari lamanya. Karena merasa mulai menguasai hati dan pikiran Aulia, Dhani malah tinggal di rumah Aulia selama 3 hari. Rasa tak suka Aulia kepada Dhani ialah, saat Dhani terus meracuni pikiran Aulia dengan memberitahu Aulia tentang betapa buruknya mendiang Mamanya saat ingin memiliki mendiang Papanya, yaitu tuan Agung Laksmana.
.
✨✨Flash back 3 hari yang lalu✨✨
Aulia duduk santai di taman belakang, menikmati secangkir teh herbal kesukaannya. Dari depan pintu terlihat seorang wanita sedang tersenyum manis melihat punggung Aulia. Wanita tersebut adalah Dhani, kedua kaki Dhani bergerak maju mendekati Aulia, kedua kakinya terhenti di bangku taman, tempat Aulia duduk santai menikmati indahnya suasana di pagi hari. Tanpa bertanya atau perintah Aulia, Dhani duduk di sisi kanan Aulia. Melihat Dhani yang sok akrab, Aulia ingin beranjak pergi meninggalkan Dhani, tapi tangan kanan Aulia di tahan. Percakapan pertama pun di mulai.
“Kamu mau ke mana?”
“Bukan urusan kamu.”
“Dingin sekali. Anak sama Ibu, sama saja!”
“Jangan sok akrab.”
“Aku lebih mengenal mendiang Mama kamu, daripada kamu mengenalnya.”
Mendengar ucapan Dhani, Aulia mulai tersulut emosi, Aulia kembali duduk, kedua mata menatap tajam wajah Dhani, “Orang yang baru saja menampakkan diri, dan mengaku sebagai kerabat dekat. Tidak pantas mengakui dirinya lebih mengenal orang yang sudah meninggal dunia.” Sudut bibir bagian kiri Aulia naik, tatapan naik turun ia arahkan saat menatap wajah Dhani yang tampak menantang, “Aku tegaskan kepada kamu, orang asing.” Aulia mengarahkan jari telunjuk tangan kanannya ke arah pintu, “Keluar bagus-bagus dari rumahku, atau….”
Dhani mendekatkan wajahnya ke daun telinga Aulia, jari telunjuk tangan kanan menempel di bibir Aulia, “Ssst!!” Dhani menempelkan bibirnya ke daun telinga Aulia, “Aku punya sedikit cerita tentang mendiang Papa kamu. Aku tidak ingin kamu bertanya dari mana aku mengetahuinya, yang jelas, aku hanya ingin berbagi sedikit kisah kelam saat mendiang Mama kamu hamil.”
Aulia menepis tangan Dhani, “Apa maksud kamu?”
Dhani membelai pipi Aulia dengan jari telunjuk tangan kanannya, “Kamu adalah anak yang sempat tidak diinginkan oleh mendiang tuan Agung Laksmana. Karena kehadiran kamu di anggap sebagai malapetaka bagi seorang Presdir muda yang sangat tampan dan juga kaya raya. Namun, mendiang Mama kamu terus membujuk mendiang tuan Agung Laksmana untuk menyakinkan jika anak yang ia kandung adalah sebuah berkah yang di titipkan dari Allah, di saat mendiang Papa dan Mama kamu hendak berpisah.....”
“Kamu pikir aku percaya dengan ucapan kamu?”
“Tidak, aku tidak memaksa kamu untuk percaya kepadaku.” Dhani berdiri, melirik sedikit ke sisi kiri di mana Aulia sedang mengepal erat tangan kanannya, “Kamu sangat menyedihkan. Mama yang merebut suami orang lain, dan memiliki Papa yang tidak ingin mengakui anaknya sendiri.” Dhani menempelkan telapak tangan kanannya di bibir, “Upps!! Maaf.” Dhani berbalik badan, tangan kanan melambai, “Nona muda, izinkan saya tinggal sebentar saja. Ha ha ha. Nona muda.”
Dhani melangkah pergi, tawa renyah seperti menghina Aulia, mendiang Papa dan Mamanya terus terdengar di kedua telinga Aulia. Aulia hanya bisa diam, menggenggam erat kedua tangannya.
Perkataan buruk terus berlanjut sampai hari ini juga, tepat 3 hari Dhani masih berdiam diri di rumah Aulia.
✨✨Flashback off✨✨
.
.
Aulia duduk santai di kursi kerja kesayangan milik mendiang Papanya, tangan kanan yang memegang pena terus ia mainkan di sela-sela jari-jemari tangan kanannya, tatapan kosong memandang lurus ke depan.
‘Apa benar yang di ucapkan wanita itu tentang mendiang Papa. Jika memang benar Papa tidak menginginkan aku, kenapa mendiang Papa terus mengkuatirkan aku, sampai-sampai menyuruh beberapa anak buahnya terus memantau keadaanku.’ Aulia berdiri, ‘Wanita itu terus mengusik pikiranku dengan kata-katanya.’
“Kamu mau ke mana?” tanya Andra kepada Aulia yang sudah tiga hari ini tampak murung.
“Mau pulang, tapi jangan pulang ke rumah karena aku tidak ingin melihat wanita itu.”
“Kenapa tidak kamu usir saja wanita yang bernama Dhani dari rumah kamu.”
“Aku belum bisa melakukannya sampai aku menemukan jawaban dari semua ucapan yang terus ia katakana kepadaku.” Tangan kanan Aulia mengambil sling bag dari atas meja, dan meletakkannya di lengan kanan, “Jangan kuatir, aku akan baik-baik saja. Suatu saat aku akan mengusir wanita itu dari rumahku.”
“Baik.” Andra berjalan terlebih dahulu, tangan kanan membuka pintu ruangan, “Mari kita pulang.”
Aulia menghentikan kedua kakinya tepat di sisi hadapan Andra, tatapan serius ia tunjukkan ke wajah Andra, dan satu tarikan nafas terasa berat terdengar dari mulut Aulia. Tarikan nafas dan wajah penuh tanya yang terus mengusik kegelisahan Andra selama 3 hari lamanya.
.
.
💫💫Di kediaman rumah Aulia💫💫
Kedua kaki terus berjalan pelan, jari-jemari tangan kanan membelai lembut setiap benda yang ia lewati. Kedua mata liar terus mengarah ke setiap sudut ruang kamar, “Kamar yang sudah banyak di rubah.” Kedua kaki Dhani terhenti di depan meja rias, tangan kanannya mengambil bingkai foto yang berisi gambar Aulia, dan mendiang kedua orang tuanya, yaitu tuan Agung dan Marsya. Jari-jemari tangan kiri membelai lembut gambar mendiang tuan Agung yang terlihat datar, “Harum tubuhmu, lembut belaian dari tangan-mu saat menyentuhku, masih bisa aku rasakan sampai detik ini juga. Andai kamu menuruti semua keingianku, mungkin aku tidak akan berbuat nekad seperti ini.” Dhani menggantung ucapannya, kedua tangan ia lebarkan, kedua kaki berputar riang, “Ha ha ha. Tinggal beberapa langkah lagi, kemewahan dan kekayaan milik kamu akan utuh menjadi milikku kembali. Tinggal satu burung kecil yang harus aku singkirkan dari kehidupanku. Burung kecil itu adalah dia, anak kesayangan kamu, LAKSMANA A U L I A.”
Di saat Dhani sedang berputar riang mengingat rencana untuk menguasai harta milik mendiang tuan Agung dan Marsya. Dari balik pintu terlihat sepasang mata indah mengintip tindakan dan sudah mendengar rencana busuk Dhani. Sepasang mata indah itu pun perlahan menghilang saat Dhani terlihat meletakkan kembali bingkai foto dan sedang memberi kecupan manis ke bingkai foto.
“Bye! Semoga kamu dan istri kamu tenang di dalam Neraka. Dan aku di sini akan bersenang-senang saat melihat ratapan seorang anak yang akan hancur karena kebodohannya sendiri.”
Dari balik tiang besar koridor lift yang terhubung dengan ruang kamar milik mendiang tuan Agung dan Marsya, terlihat seorang pria memakai topi, masker hitam dan kaca mata hitam mengintip Dhani yang sedang melenggang keluar dari dalam kamar. Sudut bibir yang tertutup masker tersenyum penuh makna, kepala mengangguk, “Ternyata kamu di sini.” Gumam pria tersebut.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Denry_Den Den
terfitnah
2022-12-29
0
Nindira
Mulutnya si Dhani pen dipelintir tuh😡
2022-10-18
0
~~N..M~~~
Ada niat jahat rupanya Dani .
2022-10-12
0