Aulia dan Andra sedang duduk di sebuah taman bunga yang tak jauh dari rumah. Aulia duduk di bangku taman sambil menunggu Andra yang masih membeli es krim di warung yang berada di sebrang jalan. Aulia menatap Andra yang sedang berlari membawa kantung plastik bening berisikan 3 buah es krim yang berbeda rasa.
“Maaf, telah menunggu terlalu lama. Soalnya tadi..”
Aulia memutus ucapan Andra, menarik tangan kanan Andra yang masih terbalut perban, dan mengelus lembut telapak tangan kanan Andra yang di balut perban. Aulia menaikan pandangan, menatap wajah Andra yang memerah, “Terimakasih sudah melindungi diriku dari kecil hingga aku besar. Maaf!” Aulia meletakkan dahinya di atas telapak tangan kanan Andra yang terbalut perban, “Maaf, sudah menjadi beban di dalam hidup kamu sampai sekarang.”
Andra langsung memeluk tubuh Aulia, membenamkan wajahnya di bidang dada kekar miliknya, “Kamu sudah aku anggap sebagai adik, jadi semua yang aku lakukan bukan beban yang harus aku pikul. Melainkan tanggung jawab sebagai seorang kakak kepada Adiknya."
Aulia segera duduk dengan benar, menatap wajah Andra yang sedang menatapnya. “Jika aku ingin hubungan kita menjadi lebih dari kakak-adik, bagaimana?”
“Hah” Andra membulatkan penuh kedua bola matanya. Andra mencoba menetralkan suasana yang terasa hening, tangan kanan mengambil es krim yang berada di dalam kantung plastik bening, “Ka-kamu suka rasa coklat 'kan?”
“Iya”
Andra memberikan es krim coklat yang bungkusnya sudah di buka, “Nah, makan sebelum es krimnya mencair."
“Baik" Aulia memasukkan es krim coklat ke dalam mulutnya. Seketika pertanyaannya hilang dan tak ada pembahasan kembali. Aulia yang terlena dengan nikmatnya es krim coklat teringat kembali tentang pertanyaannya yang baru saja ia tujukan kepada Andra. Aulia menarik lengan baju kaos oblong kiri Andra, “Kamu belum menjawab pertanyaan 'ku?”
“Oh" Andra mengedar mata panik, "Itu tidak mungkin terjadi, Laksmana Aulia. Aku hanya mempunyai janji kepada kamu hanya sebatas menjaga diri kamu, tidak lebih. Aku dan kamu juga memiliki status yang berbeda, jadi itu tidak mungkin terjadi. Sebaiknya kamu fokus dalam berbisnis dan berkarir sampai kamu menjadi wanita hebat, kuat dan tidak manja seperti saat ini."
“Apa kamu beneran tidak ada rasa kepadaku?” tanya Aulia kembali meyakinkan perasaannya yang tidak akan berujung sia-sia.
“Aulia. Kamu sekarang seperti detektif yang sedang menggali informasi penting. Aku sampai takut melihat kamu.”
Aulia menggaruk kepala bagian belakang yang tak gatal, “He he. Kalau begitu aku tidak akan menanyakan hal itu kembali.”
“Gitu dong. Aku jadi tidak takut lagi saat duduk bersama kamu!” sahut Andra menikmati es krim miliknya yang hampir mencair. Andra melirik jam yang berada di pergelangan tangan kirinya, “Sudah jam 6 sore. Kita harus pulang sebelum Papa dan Mama kuatir,” Andra berdiri, tangan kanan menggenggam tangan Aulia.
'Lembut dan hangat.'
Aulia dan Andra meninggalkan taman bunga, kereta scorpio miliknya melaju kencang menuju rumah mereka.
Sepanjang perjalanan Aulia menatap Andra dari belakang. Detak jantungnya berpacu dengan cepat saat melihat wajah tampan Andra. Pelahan Aulia menurunkan pandangannya, menatap kaos oblong berhembus diterpa angin dari depan.
‘Apa rasanya jika aku memeluk dirinya dari belakang. Aku ingin merasakan hal itu sekarang juga.’ Kedua tangan Aulia bergerak sendiri, menyelinap masuk ke pinggul Andra. Aulia memeluk perut yang terasa kotak-kotak. Merasa nyaman dengan tubuh Andra yang terasa hangat, Aulia menyandarkan pipinya di punggung kekar Andra, kedua mata yang diterpa angin perlahan terpejam.
Kedua mata Andra membesar, 'Sangat besar dan empuk,' Andra menggeleng, melanjutkan pikiran kotor yang mulai meracuninya, 'Dasar otak mesum!' ucap Andra menghentikan pikirannya. Kedua mata yang tadinya fokus ke jalan kini tertunduk menatap kedua tangan Aulia yang menggenggam erat perutnya dari belakang.
Dug! Dug!
Aliran darah Andra berpacu sangat kencang, jantungnya berdegup kencang saat menatap wajah cantik yang polos menyandar di punggungnya.
‘Kenapa hatiku tiba-tiba berdegup kencang seperti ini. Apa karena dirinya telah menyentuh diriku secara langsung. Bagaimana jika dia tahu kalau sebenarnya aku juga menyukainya. Tidak-tidak, aku rasa gadis polos ini tidak menyadari hal itu. Aku harus tetap menyembunyikan perasaanku darinya agar dia bisa menerima pria lain yang lebih sukses dan memiliki masa depan yang lebih bagus dariku. Aku harus mengubur perasaan cintaku kepadanya, aku hanya cucu pemilik warung bebek yang baru saja ingin berkembang. Dan intinya aku tidak pantas menerima cinta dari gadis manja seperti kamu, bisa-bisa aku hanya menjadi beban dan kamu tidak bisa memiliki apa pun jika hidup bersamaku.’
1 jam kemudian, sepeda motor Andra terhenti di depan halaman rumah Aulia, Andra menolehkan sedikit badannya ke belakang, menggoyang tubuh Aulia yang masih tertidur, “Aulia, kita sudah sampai.”
“Hem” Aulia langsung bangun, membuka kedua mata. Saat Aulia menaikkan wajahnya, air liur yang menempel di baju Andra ikut bergerak juga. “Tidak mungkin!” teriak Aulia mengusap kaos oblong Andra yang basah. Wajah polos yang panik menatap wajah Andra, “Tidak bisa kering, bagaimana ini?”
“Apa kamu sudah mengotori bajuku dengan air liur kamu?” tanya Andra menatap Aulia dari kaca spion sebelah kanan.
Aulia yang merasa malu segera turun dari sepeda motor Andra. Wajah penuh penyesalan kini berdiri di sisi kiri Andra. Wajah perlahan tertunduk, kedua tangan Aulia letakkan di depan baju terusan miliknya, “Maaf.”
Andra mengengkol sepeda motornya, kedua mata dan bibir tersenyum tipis menatap Aulia yang masih tertunduk malu. “Kalau begitu aku segera pulang, mau mandi dan ganti pakaian,” Andra memutar sepeda motornya yang menyala menuju gerbang rumah Aulia, “Aku pulang dulu, sampai ketemu besok,” ucap Andra sedikit berteriak.
“Aku tak ingin bertemu besok, aku maunya bertemu dengan kamu setiap detik dan setiap menit selama aku berada di dekat kamu!” sahut Aulia pelan dan malu, tangan kanan melambai menatap kepergian Andra. Aulia segera berbalik badan, menutup wajah yang memerah menahan malu. Kedua kaki terus berlari menuju kediaman rumahnya. “Malu-malu. Aku malu!” keluhnya sambil berlari, kedua kaki terus berlari melewati Mama yang sedang duduk di ruang Tv keluarga.
“Aulia. Kamu kenapa?” teriak Marsya menatap kepergian Aulia menuju anak tangga yang mengarah langsung ke kamarnya.
“Pasti dia sedang membuat dirinya malu sendiri di depan Andra," Marsya menggeleng pelan, tangan kanan memegang remote dan mengganti siaran Tv, “Anak itu memang tidak pernah berubah.”
“Assalamualaikum. Siapa yang tidak pernah berubah, istriku!” ucap salam tuan Agung berdiri di belakang Marsya, kedua tangan memijat lembut bahu Marsya.
Marsya mendongak, menatap wajah tuan Agung yang terlihat letih, “Anak kamu jika sudah bertemu dengan Andra pasti ada saja tingkah dan perbuatannya yang membuat dirinya malu sendiri.”
Tuan Agung melayangkan kecupan manis di kedua pipi Marsya, “Anak muda sekarang memang seperti itu. Kamu sudah mandi sayang?” tanya tuan Agung mengalihkan percakapan.
“Sudah. Apa kamu ingin meminta diriku menemani kamu mandi, Pa?”
Tuan Agung tersenyum manis, memutar arah tubuhnya, dan menggendong Marsya menuju kamar. .
.
✨Di dalam bak mandi besar yang di penuhi busa✨
Marsya sedang duduk di depan tuan Agung dengan tubuh yang berselimut busa. Di belakang Marsya ada tuan Agung yang menggosok punggung Marsya dengan lembut dan penuh maksud.
“Bagaimana menurut kamu jika Andra dan Aulia kita jodohkan saja. Menurut Papa, Andra adalah anak yang baik, bukan hanya baik. Dia juga memiliki sopan dan santun yang baik kepada orang yang lebih tua darinya. Andra adalah anak pekerja keras sejak dini dan punya tanggung jawab yang besar atas pendirian dan dirinya juga memiliki tekad yang kuat.”
“Aku juga setuju dengan ucapan kamu, tapi kita tidak bisa memaksakan kehendak kita kepada anak-anak kita. Biarkan kisah cinta mereka dan hubungan mereka tumbuh dengan sendirinya. Tinggal kita yang akan meluruskan mereka berdua dan membimbing anak-anak itu.”
Tuan Agung menarik dagu Marsya, melayangkan ciuman manis di bibir Marsya. Ciuman itu semakin dalam sampai Marsya memutar arah posisi duduknya menghadap tuan Agung dan duduk di atas pangkuannya.
“Apakah kamu ingin menawarkan rasa lelahku dengan sungguhan indah dan nikmat dari diri kamu?”
Marsya mengangguk. Marsya menyerang tuan Agung terlebih dahulu dengan ciuman manis miliknya.
Marsya berbalik badan, dirinya yang sudah terlena tak ingin melakukan pemanasan terlalu lama, dirinya langsung menaik dan duduk di atas pangkuan tuan Agung. Kedua tubuh mereka kini bersatu, Marsya pun menaik dan turunkan tubuhnya dengan perlahan.
Tua. Agung merasa tidak tahan jika dirinya hanya berdiam diri, dirinya berdiri, menggendong Marsya dan membawanya masuk ke dalam kucuran Shower yang seluruh dinding tertutup kaca. Mereka melanjutkan aksinya di dalam. Aksi kedua orang tua yang semakin hari semakin memanas.
...Bersambung…....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Shandy
Kalimat dk bab terakhir
2023-01-31
0
Denry_Den Den
godaan terbesar.
2022-11-29
0
Dendry Den
Hati kalian memang sudah menyatu. Semoga berjodoh.
2022-11-06
0