Setelah mendapat panggilan dari nomor Luar Negeri, Tarjok bergegas masuk ke dalam kamar. Ia membuka lemari pakaian, mengambil koper dan beberapa baju miliknya. Ningrum yang tak sengaja menguping pembicaraan, mengikuti langkah suaminya.
Ningrum masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu kamar, “Ada apa ini, Pa?” tanya Ningrum, kedua kaki perlahan mendekati Tarjok yang sedang menyusun pakaian di atas ranjang. Ningrum duduk di tepian ranjang, membantu suaminya untuk menyusun baju ke dalam koper.
Tarjok menghentikan kedua tangan yang sedari tadi menyusun pakaian miliknya ke dalam koper. Tatapan serius mengarah pada Ningrum yang duduk di sisi kanannya. “Ini mengenai kecelakaan yang pernah menimpa tuan Agung dan nona Marsya. Beberapa pelakunya sudah tertangkap, dan kini mereka bersembunyi di kota “T”,” Tarjok mengambil tangan kanan tante Ningrum, meletakkan di atas paha kanannya. “Kamu jangan cemas, aku tidak pergi sendirian. Aku juga masih ada urusan lainnya setelah ini. Tolong rahasiakan kepergian ku ini kepada mereka berdua, dan aku minta tolong sama kamu agar menjaga anak kita dan anak calon menantu kamu itu.”
“Ih, apaan sih. Anaknya saja belum tentu mau sama anak kita.”
“Ha ha” Tarjok membelai lembut pipi Ningrum, dan membuyarkan suasana tegang menyelimuti kepergiannya. “Pastikan kamu akan tetap baik-baik saja sampai aku kembali,” ucap Tarjok lembut. Tarjok juga memberi ciuman manis di dahi Ningrum, tangan kanan membelai lembut puncak kepala Ningrum, “Aku pergi dulu.”
“Hati-hati suamiku.”
Melihat suaminya yang ingin pergi jauh membuat Ningrum sulit untuk melepaskan kepergian Tarjok. Apa lagi kepergian Tarjok kali ini ada hubungannya dengan kejadian yang menimpa mendiang tuan Agung dan mendiang Marsya. Dalangnya juga belum ketemu sampai sekarang, yang ketemu hanya beberapa anak buahnya saja. Hal itulah yang membuat Ningrum cemas melepaskan kepergian suaminya itu.
.
.
💫💫Di depan teras rumah💫💫
Aulia, Andra dan tante Ningrum berdiri di depan teras rumah. Mereka bertiga hanya bisa mengantar kepergian Tarjok dari depan rumah karena Tarjok sudah memesan taksi online tanpa sepengetahuan Aulia, Andra dan Ningrum. Meski Andra bersikeras mengajukan diri untuk mengantar Papanya agar sampai dengan selamat ke Bandara, tapi tetap saja Tarjok menolak permintaan tersebut.
Perasaan sedih akan kepergian Tarjok mengingatkan Aulia kepada mendiang kedua orang tuanya. Aulia juga teringat di mana mendiang kedua orang tuanya berpamitan saat ingin pergi dan menitipkan dirinya kepada Andra. Hal itu membuat Aulia sedikit trauma, dirinya yang tadi berdiri di tengah tante Ningrum dan Andra, kini sudah memacu kedua kakinya dengan cepat menuju Tarjok yang sedang berjalan menuju taksi online yang terparkir di depan gerbang.
“Nona muda!” ucap Ningrum mengulurkan tangan kanannya.
“Aulia!” Ucap Andra, tangan kanan mengulur, dan kaki kanan maju satu langkah ke depan.
Aulia tidak menghiraukan Ningrum dan Andra, kedua kakinya terus berlari mengejar Tarjok. “Om Tarjok!” Panggil Aulia sedikit meninggikan nada suaranya.
Tarjok menghentikan langkah kakinya dan berbalik badan, “Nona muda!” Gumam Tarjok saat kedua mata melihat gadis remaja yang manja, kini berubah menjadi gadis remaja yang memiliki beban besar yang harus ia pikul di kedua bahu mungilnya setelah kepergian kedua orangtuanya.
Aulia menghentikan kedua kakinya tepat di hadapan Tarjok, tubuh menunduk, kedua tangan di letak di depan lutut, dan nafas terengah-engah.
“Kamu tidak perlu secemas ini, Om akan pulang secepatnya setelah menyelesaikan tugas Om,” ucap Tarjok yang sudah paham akan kegelisahan yang tersirat di raut wajah Aulia.
“Apakah ucapan itu bisa menjadi janji?” tanya Aulia, tubuh mulai berdiri tegak meski nafas masih terasa berat.
Tarjok meletakkan telapak tangan kanan di puncak kepala Aulia, kepala mengangguk, “Iya. Jika Om berbohong, kamu boleh tidak melihat Om untuk selamanya.”
“Tidak!” Teriak Aulia, tangan kanan menepis tangan Tarjok yang berada di puncak kepalanya. Derai air mata yang menari-nari di kedua mata indah Aulia terlihat jelas di mata Tarjok saat menatap wajah gadis yang terlihat cemas. “Aku hanya ingin Om menepati janji kepadaku, bukan membuat sebuah omong kosong yang membuat aku harus melupakan dan menantikan kehadiran Om kembali ke sini.”
“Hem” Tarjok mengangguk.
“Benar-benar masih bocah,” ucap gemas Andra yang tiba-tiba datang, tangan kanan mengacak-acak puncak kepala Aulia.
“Kamu yang bocah!” Sahut Aulia merubah mimik wajahnya menjadi masam.
“Kalau begitu Om pamit pergi dulu,” Tarjok berbalik badan, kedua kaki ia pacu kembali untuk berjalan menuju taksi online yang sudah siap jalan.
Melihat Tarjok sudah masuk ke dalam taksi online. Aulia, Andra dan Ningrum melambaikan tangan kanannya saat taksi online yang naikin Tarjok melaju meninggalkan rumah.
.
.
.
✨✨Di dalam mobil ✨✨
“Tidak di sangka jika nona muda sudah tumbuh besar dan berwajah cantik seperti nona besar,” ucap supir.
“Hem. Aku juga berharap nona muda akan tumbuh menjadi wanita tangguh, dan kehidupannya tetap di penuhi dengan keceriaan dan kasih sayang,” sahut Tarjok.
“Kami juga berharap seperti itu. Oh, ya. Apa kamu sudah tahu tugas apa yang akan kamu lakukan setelah sampai?”
“Kamu tidak perlu mengingatkan aku, aku sudah lebih dulu melakukan tugas ini sebelum kamu datang.”
Tangan kiri supir tersebut melambai ke samping, kedua mata melirik Tarjok yang duduk di bangku belakang dari spion tengah, “Ia-iya. Kamu memang Master di dalam hal ini!” Puji supir taksi online tersebut.
Drrrtt!!!!
Drrtt!!!
Di sela-sela bincang hangat Tarjok dan supir taksi online, benda pipih milik Tarjok yang tersimpan di saku kemeja berdering. Tarjok mengambil benda pipi dari saku kemeja miliknya tanpa perlu menatap layar ponsel dan tahu siapa yang menghubungi dirinya. Tarjok langsung menekan tombol hijau dan mendekatkan benda pipih miliknya ke daun telinga kanan.
[“Assalamualaikum.”] Sahut Tarjok sopan dari sebrang sini.
[“Wa’alaikumsalam Wr. Wb. Apa kamu sudah berangkat?”]
[“Kami sedang dalam perjalanan menuju landasan pesawat pribadi.”]
[“Bagus. Aku akan menunggu kamu di sini dalam waktu kurang lebih 4 jam.”]
[“Siap. Sesuai perintah aku akan segera hadir di hadapan Anda.”]
[“Kalau begitu aku tutup panggilan teleponnya.”]
[“Baik.”] Sahut Tarjok menutup panggilan teleponnya.
Mobil terus melaju kencang, supir taksi online melirik Tarjok yang sedang menghela nafas dari kaca spion tengah, “Apakah kamu merasa berat setelah meninggalkan rumah?”
“Aku sudah terbiasa,” sahut Tarjok, tangan kanan menyimpan kembali benda pipih ke dalam saku kemeja miliknya.
“Jadi, apa yang membuat kamu harus menghela nafas begitu panjang?”
“Fokus saja mengemudi, dan lihat jalan ke depan!” Tarjok menyandarkan tubuhnya di badan bangku, “Aku heran, kenapa tuan bisa merekrut pria bermulut wanita seperti kamu!,” Ucap Tarjok tanpa dosa.
“He! Justru karena aku tampan, punya keahlian hebat, dan pandai bela diri, makanya aku direkrut menjadi apa pun demi membela….”
“Hustt. Aku mau tidur sebentar. Bangunkan aku jika kita sudah sampai,” sahut Tarjok memutus keluhan supir taksi online, dan memilih untuk tidur.
Siapa taksi online ini, dan kenapa Tarjok dan supir taksi online terlihat akrab? Dan siapa pria yang selalu menelpon Tarjok?
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Nindira
Wah! ada apa dengam Tarjok dan orang-orang itu?🤔
2022-10-17
1
Elisabeth Ratna Susanti
mampir 😍
2022-08-22
0