Aku, dan Andra berjalan di depan, sedangkan Om Tarjok berjalan di belakang, bibir tersenyum manis. Mengingat kami berhasil melakukan rapat penting dari perusahaan mendiang Papa untuk pertama kalinya.
Aku masih tidak percaya jika diriku mampu memimpin rapat dengan baik dan sempurna. Karena setahu aku perusahaan milik Papa adalah perusahaan terbesar hampir seluruh dunia.
Aku merenggangkan kedua tanganku, aku mendongak ke atas langit. “Pa…Mama. Terimakasih atas dukungan kalian berdua dari Surga sana, Aulia berharap Mama dan Papa tidak pernah putus mendoakan Aulia dari Surganya Allah.
Aulia janji akan menjaga dan membuat sukses perusahaan Papa dan Mama bersama orang-orang pilihan dan kepercayaan Papa.” Ucapku berbicara dengan langit biru yang cukup indah. Meski Papa dan Mama sudah berada di Surga, aku sangat yakin jika doa mereka tak pernah putus buat diriku dan entah kenapa hatiku masih merasakan kehadiran Mama dan Papa setiap aku melangkah.
“Aulia. Kamu memang hebat.” Puji Om Tarjok memegang bahu kananku, ia menepuk pelan bahu kananku, bibir tersenyum tapi wajah terlihat sedih. “Kamu benar-benar foto copy almarhum, tuan Agung Laksmana.”
Aku menarik nafas panjang, tangan kanan memegang punggung tangan kanan Om Tarjok yang masih di atas bahu kananku, bibirku tersenyum manis. “Ia dong. Didikan mendiang Papa dan Mama tidak pernah salah.” Ucapku bersemangat padahal hatiku masih merasa sedih mengingat perjuangan mendiang kedua orang tua ku. Aku mendekatkan wajahku, kedua mata menatap wajah yang mulai tampak tua dengan kedua mata Om Tarjok terlihat letih, dan sedikit berkaca-kaca. “Aku juga tidak akan menyerah untuk menjadi menantu Om.”
“Eh. Apa ini maksudnya.” Sahut Om Tarjok terkejut, kedua mata langsung menatap Andra yang sibuk dengan ponsel milik Perusahaan mendiang Papa yang kini aku serahkan kepadanya. “Andra.” Teriak Om Tarjok memanggil Andra.
Aku tertawa kecil melihat ekspresi wajah Om Tarjok terlihat bingung, dan wajah Andra terlihat panik karena di panggil dengan nada tinggi secara mendadak oleh Om Tarjok.
“I-iya Pa.” Sahut Andra, dengan cepat Andra berlari kecil mendekati aku dan Om Tarjok.
Om Tarjok langsung menjewer daun telinga kanan Andra. “Kamu ini memang anak nakal, ya. Bisa-bisanya Papa tidak tahu jika kalian berpacaran dan akan menikah.”
“Auw! Auw. Ampun, Pa. Andra tidak mengerti maksud dari ucapan Papa.” Sahut Andra meringis kesakitan, kepala dan tubuh miring ke kanan/kiri karena di jewer Om Tarjok, dan kena pukul beberapa kali di bokong. Andra terlihat seperti anak kecil sedang di marahi sehabis mencuri permen di toko.
Melihat keributan antara anak dan Bapak, aku terus tertawa geli. Baru kali ini aku melihat langsung bagaimana jika Andra di marahi Om Tarjok, dan itu membuat aku senang.
“Aulia bilang dia ingin menjadi calon menantu Papa. Kenapa Papa tidak tahu.”
Andra segera menatap diriku tajam. “Aulia.” Panggil Andra sedikit menekan.
“Iya.” Sahutku lembut, bibir tersenyum manis, aku menundukkan sedikit tubuh, kedua tangan aku letakkan di pinggul bagian belakang. “Apa kamu tidak mau menjadi calon suamiku.” Ucapku terang-terangan menyatakan perasaan di depan Om Tarjok dan di depan beberapa pengunjung serta beberapa klien yang masih melintas melewati kami.
“Aulia. Kamu benar-benar gadis nakal! Bisa-bisanya kamu berbohong dan berkata seperti itu di depan Papa ku.”
Andra hendak berlari mengajar diriku, namun dengan cepat Om Tarjok menjewer kembali daun telinga Andra. “Ayo masuk. Maya diembat, Aulia juga mau kamu embat. Nurun siapa kamu menjadi pria yang suka banyak wanita.” Sambung Om Tarjok memarahi Andra sambil berjalan menuju mobil.
“Andra nurun Papa, bukan nurun orang lain.”
“Diam. Sudah pandai menjawab kamu sekarang, ya.”
Sekali lagi tertawa kecil dari bibirku melihat perdebatan antara anak dan papa menuju mobil. Melihat Andra dan Om Tarjok sudah masuk ke dalam mobil, aku pun langsung melangkahkan kedua kakiku mendekati pintu mobil yang sudah di buka oleh Om Tarjok.
Aku duduk di kursi penumpang belakang, tangan kanan hendak menutup pintu mobil tapi ada tangan penuh lumpur yang menahan pintu mobil. Kedua mata langsung menatap tangan siapa yang menahan pintu mobil milikku.
“Haha. Kali ini kamu yang akan berakhir di Neraka. Hahaha. Neraka! Neraka.” Ucap seorang ODGJ pria memasukkan kepalanya ke dalam mobil.
Aku langsung mundur, rasa takut terlintas di kedua mata dan tubuhku.
“Aulia.” Sahut Om Tarjok dan Andra memutar badan dan kedua mata ke arahku.
Melihat aku meringkuk di sudut bangku mobil, Andra langsung keluar dari dalam mobil, wajah suram menatap ODGJ yang masih menatapku di depan pintu mobil yang kini terbuka lebar. Andra menarik ODGJ menjauh dari pintu mobil dan segera menutup pintu mobilku.
“Siapa yang menyuruh kamu berkata seperti itu?” Tanya Andra, tatapan suram terpampang jelas melihat ODGJ yang berdiri dihadapannya.
ODGJ tersebut bertepuk tangan, jari telunjuk tangan kanan mengarah ke mobil. “Haha. Mati….mati. Wanita itu ingin semua keluarganya Mati.” ODGJ tersebut menggaruk kedua rambut gimbalnya, kedua kaki melangkah pergi meninggalkan Andra. “Mati…Mati.” Ucapan itu terus keluar dari mulut ODGJ.
Andra terdiam, kedua mata menatap pintu mobil dan menatap punggung ODGJ yang sudah berjalan jauh di depan. “Siapa wanita yang di maksud ODGJ itu! dan kenapa mereka ingin menghabisi keluarga mendiang taun Agung dan Aulia juga.”
Kedua mata Andra mendadak liar, menatap sekeliling tempat, terlihat ramai pengunjung. Mata Andra membesar saat melihat seorang wanita berlalu mengendarai sepeda motor balap keluar dari pintu keluar restauran. “Akh. Pasti wanita itu pelakunya.”
“Andra. Cepat masuk.” Panggil Om Tarjok memecah pikiran Andra, kepala Om Tarjok keluar dari pintu jendela mobil.
“Baik, Pa.”
Dengan cepat Andra membuka pintu mobil kursi penumpang bagian belakang, ia duduk, tangan kanan segera menarik tubuhku yang gemetar menahan ketakutan. Tubuh kekar yang terasa hangat kini memeluk tubuhku, tangan kanan mengelus puncak kepalaku. “Cup! Cup. Tidak ada yang bisa mengganggu dan berbuat jahat kepada kamu selagi aku masih hidup di dunia ini.”
Aku mendongak, kedua mata penuh ketakutan menatap wajah Andra yang kini menatap wajahku. “Apa kamu bisa berjanji tidak akan meninggalkan diriku, dan tetap terus bersamaku.” Ucapku dengan suara gemetar.
Andra mengangguk, ia membenamkan wajahku di bidang dada kekar miliknya. “Ia. Aku janji dan akan terus berjanji sampai kamu menemukan pria yang tepat menjaga dan melindungi diri kamu.”
Aku mengeratkan pelukan di tubuh kekar dan berotot. “Aku tidak ingin pria lain. Aku hanya ingin kamu.” Ucapku pelan.
“Iya-ia.” Sahut Andra pelan.
Aku tahu jawaban yang ia katakan itu bukan berarti dirinya mau menjadi pasanganku, Andra mengiyakan ucapanku karena dirinya tidak ingin menjawab dan berdebat kepadaku.
Aku tak tahu sampai kapan perasaan ini akan di terima oleh dirinya, yang jelas aku tidak akan mudah menyerah dan tetap terus berjuang untuk merebut hati dan perasaan Andra. Seorang pria yang sudah aku cintai sejak aku kecil.
Kehangatan, pelukan, semangat dan senyum nya, rasanya tidak ingin aku bagikan dengan wanita lain kecuali diriku. Dan dia adalah pria kedua dari mendiang Papa yang terus menjaga dan melindungiku di dunia ini, aku berharap dan selalu berharap sampai aku tua pria ini lah yang menggantikan kehangatan mendiang Papa bukan pria lain.
Bukan pria baru yang aku kenal yang mencoba mengisi hati dan kekosongan hari-hariku, aku tidak ingin itu terjadi.
...Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Denry_Den Den
Siapa itu?
2022-12-18
0
Nindira
Semoga kamu makin sukses diperusahaan papa mama mu Aulia
2022-10-11
0
~~N..M~~~
Pasti surahan orang lain.
2022-09-27
0