Andra yang baru saja tiba di rumah berjalan lurus memasuki ruang tamu dengan dada naik turun menahan amarah. Andra sangat kesal dengan Dhani, bisa-bisanya wanita paruh baya tersebut meracuni pikiran Aulia dengan perkataan buruk tentang dirinya.
Melihat Andra berjalan lurus dengan wajah kesal, Ningrum yang baru saja keluar dari ruang makan yang terhubung dengan ruang tamu. Memanggil putra kesayangannya, “Andra, Andra!”
Andra tidak memperdulikan panggilan Ningrum, kedua kaki Andra terus melangkah menaiki anak tangga menuju kamar.
“Tidak seperti biasanya, pasti terjadi sesuatu dengan mereka berdua. Aku harus segera bertanya apa yang sebenarnya terjadi!” ucap Ningrum yang penasaran dengan sikap Andra yang tampak berbeda setelah pulang mengantar Aulia. Ningrum melangkahkan kedua kakinya menuju kamar milik Andra.
Tok!tok
“Andra!” panggil Ningrum dari luar pintu kamar. Karena tidak ada jawaban, Ningrum membuka pintu kamar, “Mama masuk,” kedua mata Ningrum membulat sempurna saat melihat Andra terbaring dengan sebagian tubuh terbaring di ranjang dan kedua kaki yang menapak di atas lantai. “Kamu kenapa?”
“Ketika seorang anak di tinggal mati oleh kedua orang tuanya akibat korban kecelakaan, dan suatu hari anak tersebut sedang berteman dekat dengan seseorang yang ia sayangi sejak kecil, kemudian kedua orang tua teman masa kecilnya ikut meninggal dunia karena korban kecelakaan. Apakah anak itu termasuk anak pembawa sial?”
Langkah kaki Ningrum sejenak terhenti, pertanyaan aneh yang di lontarkan Andra membuat jantung Ningrum sejenak terhenti. Sekarang Ningrum sudah tahu apa penyebab Andra pulang dengan raut wajah yang kesal. Sudah 24 tahun dirinya membesarkan Andra, baru kali ini ia mendengar pertanyaan yang tak biasa, Ningrum semakin yakin jika ucapan yang baru saja Andra lontarkan adalah ulah dari Dhani.
Ningrum duduk di tepian ranjang, tangan kanan ia letakkan di depan dada dengan tangan kiri yang menopang dagunya, “Hem…..Mungkin hanya orang yang tidak punya pikiran maju mempunyai perkataan dan pertanyaan seperti itu!”
“Aku serius Ma!” sahut Andra yang bangkit dari tidurnya, tatapan serius mengarah pada Ningrum yang duduk di sisi kanannya. Andra menundukkan pandangannya, “Apa benar kedua orang tua kandungku dulu meninggal gara-gara aku yang baru saja dilahirkan membawa nasib sial?”
“Ha ha ha” Ningrum tertawa pelan, tangan kanan menepuk bahu kiri Andra, “Siapa yang bilang ke kamu jika kamu adalah anak sial?” Ningrum mencubit kedua pipi Andra, membuat mereka saling menatap satu sama lain, “Anakku yang tampan. Kamu adalah anak pembawa berkah bagiku, dan bagi mendiang kedua orang tua kandung kamu, atau Abangku. Jika kamu anak sial, mungkin aku tidak akan pernah berjumpa dengan pria baik seperti Papa baru kamu, yaitu Tarjok. Dan mungkin kehidupan kita tidak akan bahagia dengan semua kasih sayang yang Tarjok berikan dalam bentuk kebutuhan jasmani dan rohani yang selalu terpenuhi untuk kita berdua,” Ningrum membelai puncak kepala Andra, “Jangan biarkan kamu terlarut dengan omong kosong dari manusia tidak bertanggung jawab. Kamu seorang pria, dan ada seorang gadis manis yang selalu membutuhkan pertolongan kamu. Jika kamu saja bisa terjerumus dengan ucapan jahat! Bagaimana kamu membawa kembali gadis manis yang selalu membual dan merayu dirimu untuk kembali seperti dulu lagi di tengah-tengah kehidupan kita?”
“Mama benar,” Andra yang merasa sudah sedikit tenang langsung memeluk Ningrum, “Maafkan aku sudah membuat Mama cemas,” Andra melepas pelukannya, “Aku harus beritahu semua ini ke Papa!”
“Kamu benar, hanya Papa yang bisa mengatasinya.”
Andra berdiri di samping ranjang, tangan kanan mengambil benda pipih yang berada di dalam saku celana miliknya. Andra menekan nomor kontak milik Tarjok.
Tut! Tut!
“Ayo, angkat Pa!” gerutu Andra, kedua kaki berjalan ke sana kemari di depan Ningrum yang masih duduk tenang di tepian ranjang.
[“Assalamualaikum”] sahut Tarjok yang sudah mengangkat panggilan telpon dari Andra.
[“Wala’ikumsalam, Pa!”]
[“Kamu tenang saja, Papa di sini selalu memantau Aulia dan kamu kok!”]
[“Papa! Aku sedang serius dan aku juga belum mengatakan apa pun!”]
[“Papa sudah tahu semuanya. Buat anak Papa yang tampan, jangan termakan omongan wanita penyihir. Tugas kamu hanya melindungi Aulia, dan Istriku yang cantik agar tidak di rebut pria lain.”]
[“Kenapa Papa bisa tahu?”]
[“Kamu tidak perlu tahu Papa mendapat informasi darimana. Papa hanya ingin berpesan, biarkan wanita penyihir itu menikmati perannya. Ada saatnya dirinya akan mendapatkan hasil dari kerja kerasnya. Yang terpenting kamu harus tetap fokus mengurus dan mengawasi nona muda kita, jangan biarkan wanita penyihir tersebut mendapatkan apa yang ia rencanakan. Tetap waraskan pikiran kamu hingga Papa pulang.”]
[“Emang kapan Papa akan pulang?”]
[“Rahasia. Kira-kira di samping kamu masih ada wanitaku?”]
[“Mama Ningrum sudah pergi, katanya dia tidak mau mendengar suara Papa.”]
[“Apa wanitaku sudah memiliki pria lain di sana? Awas saja kamu, NINGRUM!”]
[“Mungkin, Mama Ningrum ‘kan cantik. Sudah dulu, Andra mau mandi. Assalamualaikum!”]
[“Andra!”]
Tut! Tut! Tut!
Andra sengaja mematikan panggilan telpon dari Tarjok karena dirinya di panggil oleh Ningrum dari depan pintu kamar.
“Ada apa Ma?” tanya Andra yang sudah berdiri di samping Ningrum.
“Tadi bibi yang bertugas di rumah Aulia memberitahu kepada Mama jika Aulia sedang bersiap ingin pergi bersama dengan wanita itu,” tangan kanan Ningrum menggenggam lengan kiri Andra, “Tolong ikuti kemanapun mereka pergi. Mama kuatir akan hal buruk menimpa Aulia.”
“Mama tenang saja. Aku akan segera mengawasi Aulia.”
“Kamu hati-hati nak.”
Andra meraih tangan kanan Ningrum dan mencium punggung tangan kanan, “Assalamualaikum.”
“Wa’alaikumsalam.”
Andra kembali berjalan masuk ke dalam kamar, mengambil kunci sepeda motor miliknya yang terletak di atas meja rias. Kedua kaki Andra terus berjalan cepat menuruni anak tangga menuju garasi mobil. Sesampainya di garas mobil, Andra membuka penutup sepeda motor, terlihat sepeda motor sport baru yang tidak pernah digunakannya saat mengantar jemput Aulia.
Brum!brum!
...ILUSTRASI ANDRA...
Andra melajukan sepeda motor sport yang ia tumpangi keluar dari garasi mobil menuju kediaman rumah Aulia. Andra menghentikan sepeda motor sport miliknya sedikit jauh dari gerbang Aulia. 5 menit menunggu keluar mobil Alphard berwarna hitam menuju kota.
“Tidak akan aku biarkan satu orangpun menyentuh kulitnya,” tangan kanan menutup kaca helm sport.
Brum!brum
Andra melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi karena dirinya sudah tertinggal sedkit jauh dari mobil yang di kendarai Aulia.
.
.
✨✨Di dalam mobil✨✨
“Apa kamu benaran baik-baik saja?” tanya Dhani yang duduk di sebelah kanan Aulia.
“Bukannya kamu wanita tua yang tinggal di tengah-tengah lautan?” Aulia melirik tajam ke sisi kanan, “Sebagai tuan rumah yang baik, bagiku tidak masalah menuruti seorang wanita tua yang ingin pergi minum di suatu kafe atau Bar.”
Dhani sedikit memutar miring posisi duduknya, tangan kanannya menyingkap rambut Aulia yang menutup daun telinga. Dhani menempelkan bibir merah maroonya di daun telinga Aulia, dan berbisik, “Kamu nona muda yang sangat kejam. Kalau begitu mari kita bersenang-senang sejenak dan menikmati surga dunia.”
Aulia menjauhkan wajahnya dari Dhani, “Ck. Wanita tua yang tidak punya muka masih bisa hidup bersenang-senang.”
“Wanita tua ini juga yang akan mengenalkan kamu ke dalam dunia yang begitu gemerlap.”
Dhani mengambil benda pipih dari dalam dompet kecil miliknya, tangan kanan mengirim pesan singkat kepada nomor yang tidak di kenal. Setelah pesan singkat terkirim, kedua mata liar menatap Aulia dari atas sampai bawah, melihat di beberapa tempat baju gaun malam yang menampakkan bentuk tubuh Aulia.
...ILUSTRASI baju yang di kenakan Aulia...
‘Permainan baru akan segera di mulai. Permainan ini tidak akan sakit, permainan ini akan membawa kenikmatan bagi siapa saja yang memerankannya.’
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Nindira
Pengen dong dibonceng sama Andra😘
2022-10-21
0
Nindira
Ayoooo Kejaaaaaarrr🤸🤸🏃💃💃💃💃
2022-10-21
0
~~N..M~~~
Jahatnya. 😈😈
2022-10-13
0