Aulia adalah seorang wanita cantik dan memiliki pesona memikat. Dengan penampilan menarik dan sikap percaya diri, dia telah berhasil meraih kesuksesan dalam bisnis yang ia tangani. Hari ini, dia memiliki pertemuan penting dengan seorang pebisnis VIP yang merupakan mitra bisnis kedua orang tuanya.
Dengan langkah mantap, Aulia tiba di lokasi pertemuan. Dia mengenakan gaun elegan dan tampil dengan penampilan sempurna. Ketika dia memasuki ruangan, sorotan semua orang langsung tertuju padanya. Dia tidak hanya mempesona secara fisik, tetapi juga memiliki kepintaran dan keahlian bisnis yang luar biasa.
Pertemuan tersebut berjalan lancar. Aulia berhasil membujuk pebisnis VIP tersebut untuk menandatangani kontrak yang sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak. Setelah menyelesaikan tanda tangan kontrak, Aulia merasa puas dengan pencapaian hari itu.
Namun, alih-alih ingin segera kembali ke tanah air, Aulia memiliki rencana kejutan untuk kedua orang tuanya, serta Tarjok, sebut saja tangan kanan Papa dan istrinya, Ningrum. Karena Aulia ingin memberi kejutan kepada mereka semua termasuk pria yang ia cintai. Dia memutuskan untuk naik pesawat VIP yang sudah disiapkan dari jauh hari. Aulia merasa senang bisa memberikan kejutan bagi kedua orang tuanya, walau masih berumur 19 tahun, Aulia menganggap dirinya sudah menjadi wanita dewasa karena ingin menjaga dan melindungi Papa dan Mamanya.
Aulia keluar dari gedung dengan langkah mantap, senyuman manis terukir di wajahnya. Sambil melangkah cepat, dia memperhatikan foto seorang anak laki-laki berusia 10 tahun yang selalu dia simpan di dompetnya. Anak laki-laki itu adalah cinta masa kecilnya, sosok yang selalu memberinya semangat dan kebahagiaan di setiap langkah hidupnya.
“Aku akan segera pulang. Tunggu aku. Jika kamu tak menyatakan cinta kepadaku, maka aku akan menyatakan perasaanku setelah aku pulang. Suka atau tidak suka kamu harus menerimaku sebagai cinta dan kekasih masa kecilku.”
Tiba-tiba, langkahnya terhenti ketika dia mencapai samping mobil mewah buatan Paris. Di sana, seorang pria tampan bersama pria berusia 40 tahun sudah menunggunya dengan pintu mobil terbuka. Pria tampan itu adalah penjaga sekaligus asisten pribadinya, selalu setia menemani dan membantunya dalam segala hal, dimulai saat Aulia berumur 12 tahun. Sedangkan pria berumur 40 tahun adalah bodyguard suruhan Mamanya.
Dengan senyuman tak pernah pudar dari wajahnya, Aulia duduk di kursi belakang mobil mewah itu. Dia merenung sejenak, membiarkan pandangannya terlempar pada lalu lintas yang ramai di sekitar mereka. namun, di dalam hatinya, dia merasa berbunga-bunga karena berhasil menyelesaikan tugasnya hari ini.
“Semua sudah dipersiapkan untuk perjalanan kembali ke rumah. Apakah nona muda ingin kabar kepada Presdir Agung Laksamana, dan nona besar? Agar sesampainya di bandara tanah air, nona muda dijemput. Dan…agar nona muda terlindungi dari orang-orang jahat,” ucap pria itu, Venus masih berdiri di samping pintu mobil.
“Tidak perlu, Venus. Aku bisa kembali sendirian tanpa ditemani siapapun, jika aku pulang bersama bodyguard, bukannya itu malah terlihat mencolok?” sahut Aulia menolak sambil menutup pintu mobil.
Aulia menolak untuk dijemput oleh bodyguard, karena tidak ingin membuatnya terlalu mencolok di depan publik, tidak suka banyak orang mengetahui jika dirinya terlahir dari keluarga terpandang nomor satu di dunia. Tidak ingin membuat gempar banyak kalangan pebisnis, yang akan merebutnya, lalu jatuhlah sebuah pernikahan politik. Aulia bersikeras menutupi identitasnya, sebab ia sudah memiliki tambatan hati.
Venus dengan cekatan mengambil tempat di kursi pengemudi, menutupi pelan pintu mobil.
“Baiklah, saya tidak bisa membantah jika itu yang nona inginkan. Saya hanya bisa mengatakan, hati-hati di jalan, jangan sampai bertemu orang jahat,” ucap Venus.
“Venus, aku sudah membelikan tiket pesawat untuk pulang ke tanah air. Aku sengaja memisah tiket pesawat kita, karena aku sangat merindukan Papa dan Mama, sampai-sampai aku lupa membawa barang-barangku. Jadi, tolong bawakan semua barang pentingku, ya?”
“Siap, nona muda!”
Pak Samto, seorang bodyguard yang duduk di sebelah Venus hanya melirik. Sebuah lirikan penuh arti dan makna dalam, tersirat dari wajahnya dan sebuah tatapan misterius itu.
Mobil itu meluncur dengan lancar ke arah bandara. Selama perjalanan, Aulia terus memandang foto anak laki-laki berusia 10 tahun di genggamannya. Foto itu adalah kenangan indah dari masa kecilnya, cinta pertamanya.
Di tengah perjalanan menuju bandara, kedua mata Aulia tidak sengaja menangkap pergerakan Venus yang berusaha meraih ponselnya. Wajah Venus tampak serius, terlihat dari pantulan spion kanan mobil. Menyadari Venus akan menghubungi kedua orangtuanya, Aulia segera menghentikannya.
“Venus, Venus. Aku tahu kamu khawatir, tapi jangan hubungi Papa dan Mama. Aku mohon, please!” pinta Aulia menggeleng, dan senyuman manis untuk meluluhkan Venus, ia pancarkan.
Venus menghentikan pergerakan tangannya, melirik wajah Aulia yang saat ini masih memelas dengan raut wajah yang sulit untuk di mengerti. Venus akhirnya benar-benar menyerah, tak kuasa melihat ekspresi Aulia.
Setelah beberapa saat, mobil itu tiba di bandara. Dengan gerakan cekatan, Venus dan Pak Samto membantu Aulia keluar dari mobil. Bak seorang ratu yang turun dari kereta kudanya, dan disambut hangat oleh pengawal-pengawalnya. Itulah yang terjadi saat ini pada Aulia. Sebuah keamanan ketat terlihat begitu Aulia turun dari mobil.
“Nona muda, kita sudah sampai. Apakah ada yang perlu saya bantu?” tanya Pak Samto.
“Tidak. Bapak bisa pulang bersama dengan Venus, dan jangan lupa beritahu Venus untuk segera mengemas barang-barang penting milikku sebelum kembali ke tanah air,” sahut Aulia sambil meletakkan tangannya di salah satu bahu Pak Samto.
“Baik, nona muda. Saya dan Venus pamit undur diri.”
“Nona muda, hati-hati. Saya akan segera menyusul Anda!” teriak Venus terdengar nada khawatir.
Aulia memberikan jempol tangannya. Ia berjalan sendirian dengan langkah mantap, siap untuk melanjutkan perjalanan menuju pesawat VIP yang akan membawa Aulia pulang ke tanah air dengan kejutan special untuk kedua orang tuanya, dan pria yang ia cintai.
*****
Setelah perjalanan panjang dari Paris menuju tanah air, Aulia akhirnya mendarat dengan pesawat VIP-nya di bandara. Meskipun merasa lega karena kembali ke tanah air, namun ada perasaan aneh yang mengganggunya. Saat dia melangkah keluar dari pesawat, dia merasa seperti ada seseorang yang mengikutinya dengan diam-diam.
Dengan hati-hati, Aulia melangkah menuju terminal bandara. Dia mencoba untuk tidak menarik terlalu banyak perhatian, namun perasaannya tetap waspada. Di dalam hatinya, dia berusaha menenangkan diri sendiri, berpikir mungkin itu hanya perasaan berlebihan.
Namun, ketika dia sampai di parkiran bandara, perasaan itu semakin kuat. Sebuah kain hitam tiba-tiba dilemparkan ke atas kepala Aulia dengan cepat, menutupi penglihatannya dalam sekejap. Tanpa peringatan, Aulia merasa tubuhnya ditarik secara kasar dan dipaksa masuk ke dalam sebuah kendaraan yang tak dikenal. Bau alkohol yang menyengat langsung menusuk indra penciumannya. Aulia menyadari dengan terkejut bahwa dia telah diculik oleh segerombolan pria yang terpengaruh oleh alkohol.
Aulia berusah membenarkan posisinya, saat tangannya hendak membuka penutup kain kedua tangannya dicekal kuat, tangan kasar terasa begitu besar dari tangannya. Terdengar suara kasar seorang pria yang cukup dekat dengan wajahnya, sehingga tercium bau alcohol tersebut.
“Kau mau memberontak?! Apa kau ingin berusaha kabur dengan begitu mudah dari kami? Coba saja, sayang. Sekeras apapun kau ingin kabur, tetap saja kau tidak bisa lolos dari cengkraman kami, sebelum kita bersenang-senang bersama.”
Suara tamparan cukup keras terdengar. Suara pria yang terdengar serak dan berat itu tidak lagi terdengar oleh Aulia. Suara itu tergantikan oleh suara omelan pria lain, yang mungkin salah satu dari mereka.
“Cari mati kau? Apa kau ingin membocorkan rahasia kita kalau kita ingin menikmati tubuh wanita cantik yang sangat berkelas. Jika kamu banyak bicara lagi, maka wanita tua itu tidak akan memberikan kamu upah yang pantas.”
“Berisik. Sudah cepat sana jalan! Aku sudah tidak sabar lagi dengan tugas lainnya yang diberikan wanita jelek itu.”
Kalimat-kalimat dari kedua pria itu membuat Aulia ketakutan. Tidak ingin mati konyol sebelum bertemu kedua orang tuanya, dan pria yang ia cintai. Aulia memikirkan sebuah rencana, ingin menawarkan sejumlah untuk demi bisa membebaskan dirinya.
“A-aku akan memberikan kalian uang lebih banyak dari wanita tua itu. Aku juga tidak akan melaporkan kasus penculikkan ini kepada siapapun, termasuk kedua orangtuaku. Asal kalian mau membebaskanku.”
“Maaf sayang, sepertinya permintaan itu tidak bisa kami turuti,” sahut pria tersebut.
Dalam keadaan terikat dan penglihatan terhalang, Aulia merasa mobil yang menculiknya melaju dengan cepat, menempuh jalan-jalan berliku di sekitar bandara. Dia tidak dapat melihat apa pun di luar kendaraan, tetapi dia merasakan getaran mesin mobil dan suara angina yang berdesir di sekelilingnya.
Setelah beberapa saat perjalanan yang menakutkan, mobil akhirnya berhenti. Aulia merasa mobil itu berhenti di sebuah tempat yang gelap dan sunyi. Dia merasakan getaran mesin yang mati, diikuti oleh pintu mobil yang dibuka dengan kasar.
“Tolong lepaskan aku. Aku sungguh-sungguh berjanji untuk memberi kalian uang. Percayalah padaku, aku tidak pernah mengingkari setiap janji yang aku ucapkan,” Aulia kembali memohon dengan berlinang air mata yang tertutup kain hitam.
“Jangan percaya dengan ucapan wanita itu. Dia pasti sama dengan kedua orang tuanya. Cepat lakukan saja perintah yang aku buat, atau kalian semua akan menyesalinya!” ancam seorang wanita bersuara lembut namun penuh intimidasi di setiap kalimatnya.
“Jika Anda seorang wanita yang sama sepertiku. Aku mohon, lepaskan aku. Aku berjanji akan memberikan imbalan apa pun yang Anda inginkan.”
Tanpa ampun, Aulia ditarik keluar dari mobil oleh segerombolan pria yang berbau alkohol. Mereka mendorongnya dengan kasar, membawanya ke arah sebuah bangunan tua yang terletak di tepi pantai tak berpenghuni. Bangunan itu tampak angker, dengan pintu-pintu dan jendela-jendela sudah lama tidak terawat.
Aulia diangkat dengan kasar dan didudukkan di sebuah kursi besi dingin dan mengintimidasi. Tanpa ampun, dia terikat erat, tidak bisa bergerak. Namun, lebih menakutkan lagi adalah adanya kabel-kabel yang terhubung dengan kursi tersebut, menandakan bahwa kursi itu memiliki aliran listrik.
Dalam kegelapan ruangan yang menyelimuti mereka, Aulia mencoba untuk tetap tenang meskipun rasa takutnya semakin memuncak. Dia tahu bahwa dia harus tetap kuat, meskipun terjebak dalam situasi mengancam.
.
.
.
...Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Trie Hartinie
Cerita yg bagus
2024-03-01
2
Anonymous
semoga sukses mbak
2023-10-09
0
Shandy
Mau di kawal nggak mau.
Jadinya kamu di culik kan
2023-01-05
0