"Dari mana kamu?"
Langkah Arion terhenti, pria muda itu menghela napas kasar saat melihat Pramono mendekat. Wajah Sang Kakek terlihat mengetat, Arion yakin kalau Pramono tengah menahan emosinya.
Tapi karena apa?
"Dari perkebunan," singkatnya.
Arion kembali melangkah, namun seruan Sang Kakek membuat langkahnya kembali terhenti.
"Kakek tidak mengizinkan kamu turun tangan sendiri, suruh saja orang lain. Apa gunanya kita membayar mereka?!"
Arion berbalik, tatapan datarnya menyorot Pramono dengan tajam. Dia yakin Sang Kakek sudah tahu apa yang terjadi, cukup mudah bagi Pramono untuk mendapatkan informasi sedetail itu.
"Aku sudah memutuskan untuk turun tangan sendiri. Perkebunan itu adalah milik ku Kek, jadi aku memiliki tanggung jawab besar pada semua karyawannya." Arion menekan setiap ucapannya, menandakan kalau dia tidak akan goyah.
"Dan aku mungkin akan memutuskan tinggal di daerah itu. Selain untuk menghemat waktu, aku juga bisa memantaunya secara langsung- tanpa hambatan jarak dan waktu." sambungnya.
Pramono terlihat tidak percaya, pria tua itu menatap tajam pada Arion. Rupanya sang cucu mulai memberontak, Pramono tidak akan membiarkan itu terjadi.
"Kakek tidak mengizinkan mu, Arion!"
"Aku tidak butuh izin Kakek, aku hanya memberitahu." sahutnya enteng, tanpa ingin menoleh.
"Kalau kamu pergi, siapa yang menemani Kakek dirumah ini?" seruan Pramono kali ini berhasil membuat langkah Arion terhenti.
Pria berkucir satu itu menoleh, wajah datar dan tak terbacanya masih dapat Pramono lihat.
"Bukannya ada Marina,"
Arion menaikan salah satu sudut bibirnya, kenapa Pramono harus takut dia akan kesepian- bukannya cucu menantu kesayangannya sudah ada disini?
Setelah mengatakan hal itu, Arion kembali melanjutkan langkahnya- dia tidak peduli dengan wanita cantik yang menatap ke arahnya. Arion menyadari kalau Marina tengah menguping pembicaraannya dengan Sang Kakek. Maka dari itu, Arion dengan sengaja mengingatkan- kalau Pramono butuh seseorang yang akan menemaninya nanti, dirumah besar ini.
Helaan napas kasar terdengar dari mulut Arion, sesampainya di kamar- pria itu segera menurunkan koper dari atas lemari. Tekadnya sudah bulat, dia akan tinggal bersama Nenek Imma- berusaha mendapatkan masa lalu yang sudah lama terkubur.
Arion memijat pelipisnya yang sedikit berdenyut, saat ini belum ada kenangan yang berarti didalam otaknya. Semuanya masih hitam, abu abu dan hitam lagi. Tidak ada warna lain didalamnya, terlihat suram tanpa ada kehidupan. Arion berharap, keputusannya ini sudah benar- dia berharap akan ada warna baru yang mewarnai hidup serta hatinya nanti.
Srekk!
Arion mengangkat koper setelah selesai memasukan beberapa pakaiannya. Pria berkaos putih itu melangkah keluar dari kamarnya, Arion akan memutuskan untuk kembali ke rumah Nenek Imma hari ini juga.
"Kamu mau kemana Ar?"
Marina terlihat resah saat melihat Arion turun sembari membawa sebuah koper. Wanita beranak satu itu melangkah cepat, mendekat pada pria yang saat ini tengah menempati hatinya.
Sebenarnya sedari dulu Arion sudah menempati tempat spesial didalam hatinya, namun karena perjodohan yang tidak bisa dia hindari- dan juga usia Arion yang masih belia, Marina hanya bisa memendamnya.
"Pergi," sahutnya enteng.
"Tunggu Ar!"
Marina mencekal lengan Arion kencang, menandakan kalau wanita itu tidak ingin Arion pergi dari rumah ini. Karena kalau itu sampai terjadi, usaha pendekatannya akan sia sia. Percuma saja dia pindah dari Aussie ke Indonesia, kalau pada akhirnya- pria yang dia cintai memilih pergi.
Saat mereka satu atap saja, Arion sulit untuk di taklukkan- apa lagi kalau mereka berbeda tempat tinggal.
"Please Ar, aku mohon jangan pergi. Aku harus bilang apa sama Milka nanti? dia pasti tanyain kamu Ar. Dari kemarin Milka tanya, Papa Lion kemana? aku cuma bisa jawab, kalau kamu lagi kerja jauh." Marina terus saja membujuk Arion, dia memanfaatkan Milka untuk meluluhkan kerasnya hati Arion.
Salah satu sudut bibir Marina tertarik ke atas, saat melihat Arion menghela napas kasar. Dia yakin kalau pria bertubuh tinggi atletis ini akan luluh, saat nama Milka dia gunakan.
"Milka itu anak mu Marina. Jadi, bersikaplah sebagai ibu yang baik untuknya, walaupun bukan yang terbaik. Jangan menitipkan Milka pada orang secara terus menerus, nanti saat dia beranjak dewasa- kamu pasti akan menyesalinya, aku pergi!"
SAAT MEMEJAMKAN KEDUA MATA, SIAPA TAU DAPAT WANGSIT
INI WANGSITNYA WKWKWK
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Nuris Fabina
Siapa sih ini,cantik bgt
2023-12-21
1
Jumadin Adin
Rimba harus yakin busa segera sembuh dan mengingat kembali masa lalunya
2023-03-24
0
*k🎧ki€*
kalo dapet kode nomor togel kasih tau ya Ar 😜😜
2022-12-04
0