Arion menatap lamat dan dalam gadis berhijab yang tengah menyajikan 3 cangkir teh dihadapannya. Kepalanya kembali berdenyut, kala wajah cantik dan teduh itu mulai menguasai otaknya. Arion menahan sakit itu sebisa mungkin, dia sudah bertekad untuk mencari tahu masa lalunya. Masa lalu yang selalu hadir menghantuinya setiap saat dan waktu.
Siapa gadis ini sebenarnya?
Kenapa disaat dia berusaha mengingat, hanya bayangan suram yang Arion dapatkan. Seakan semua yang ada didalam hidupnya sebelum dia koma, terenggut begitu saja- tidak membiarkan dirinya mengetahui kebenaran yang Arion butuhkan selama ini.
Tapi sekarang, kedua kaki Arion tengah menginjak lantai sebuah rumah- yang katanya milik Sang Nenek. Wanita tua yang dia temui di perkebunan sayur tadi, wanita tua yang mengaku sebagai Nenek- atau Ibu kandung dari mendiang Papanya.
Bahkan untuk mengingat wajah kedua orang tuanya saja Arion tidak mampu. Amnesia total yang dialami, membuat Arion seperti manusia yang baru saja dilahirkan ke dunia. Pikirannya kosong, hatinya terasa hampa- sorot kedua matanya sayu tak bernyawa. Sepertinya Sang Maha Pencipta melahirkan Arion untuk kedua kalinya ke dunia dalam usia dan postur tubuh yang berbeda.
"Ini rumah masa kecil kamu, sampai kamu SMA, Rion."
Arion menoleh, kedua matanya yang sedari tadi sibuk memindai area rumah- kini tertuju pada Nenek Imma. Dahi Arion berkerut kala melihat wanita tua itu membawa sesuatu di tangannya.
Sebuah album foto
"Nenek sedih saat tau kamu sama sekali enggak ingat sama Nenek." lirihnya.
Nenek Imma membuka pelan album foto yang terlihat usang karena usia. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas saat melihat tiga orang manusia yang ada disebuah potret. Terlihat begitu bahagia, bahkan bocah kecil yang ada di foto itu terlihat tertawa.
"Ini foto kamu dan kedua orang tua kamu, sebelum Rizal dan Tya mengalami kecelakaan sepulang dari area bermain." kedua mata Nenek Imma berkaca kaca, kala mengenang mendiang putra semata wayangnya, dan sang menantu.
Arion meraih benda itu dengan ragu, bahkan tangannya sedikit bergetar kala foto usang itu sudah berada ditangannya. Arion menelan salivanya susah payah, dia tidak menyangka kalau akan bisa melihat foto sang Ayah.
Karena selama 6 tahun hidup bersama Pramono- Kakeknya, Arion sama sekali tidak pernah melihat satu pun foto Ayahnya di rumah itu. Hanya Chintya Sang Mama yang sering dia lihat, terutama di kawasan pribadi Sang Kakek.
"Ja-jadi Mama sama Papa sudah meninggal?" tanya Arion dengan bibir bergetar.
Dia masih belum percaya kalau kedua orang tuanya sudah tiada, bahkan disaat dia masih berusia balita. Walaupun Pramono pernah menceritakannya, Arion masih tidak percaya kalau kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan sepulang dari taman hiburan bersamanya, bukan kecelakaan karena bertengkar memperebutkannya.
Jadi cerita sang Kakek tidak sepenuhnya benar? yang membuat dia berspekulasi buruk pada Sang Papa. Menganggap kalau Papanya lah yang sudah membuat Sang Mama pergi meninggalkan dia karena keegoisan.
Padahal kebenarannya adalah, kedua orang tuanya mati bersama setelah memberikan banyak kebahagiaan padanya.
'Maafkan aku Pa, maafkan Arion karena sudah berburuk sangka pada Papa,' lirihnya dalam hati.
Arion menelan salivanya perih, tidak terasa kedua matanya memerah namun sebisa mungkin dia menahan riak air matanya agar tidak keluar begitu saja.
"Tapi, kenapa Kakek bilang kalau Papa sama Mama bertengkar, makanya mereka kecelakaan. Papa egois ingin merebut Ar-,"
"Kakek? Kakek siapa maksud kamu, Rion?"
Nenek Imma memotong ucapan Arion dengan cepat, sorot mata tuanya menatap Arion dalam penuh tuntutan.
"Kakek Pramono," sahut Arion.
"Pramono?" beo Nenek Imma.
Arion mengangguk, pria muda berambut gondrong itu menatap penuh rasa penasaran pada Nenek Imma.
"Iya, Kakek bilang begitu. Kenapa cerita kalian sangat berbe-,"
"Karena Pramono tidak merestui hubungan Papa mu dan Mama mu, walaupun pada akhirnya Pramono membiarkan Rizal dan Cinthya bersama- tapi rasa tidak sukanya pada Papa mu tidak pernah hilang. Papa mu yang hanya pria sederhana, dipandang rendah oleh keluarga Mama mu. Hingga kecelakan itu terjadi, Pramono terguncang dan tidak mau mengakui kamu sebagai cucunya. Kakek mu malah lebih memilih cucu angkatnya, rasa bencinya pada Papa mu- membuat Pramono buta,- buta mata dan hati," Nenek Imma menjeda, meraup udara sebanyak mungkin saat dadanya terasa begitu sesak.
"Sampai akhirnya, hari itu tiba- dimana Pramono menyuruh anak buahnya untuk mengambil kamu secara paksa, dan menyebabkan kamu kecelakaan. Membuat Nenek sendirian lagi," Nenek Imma menangis.
Aisya yang melihat itu segera memeluk tubuh rentanya. Mencoba menenangkan, dia sangat tahu bagaimana kondisi hati serta fisik wanita tua ini.
Aisya terus saja mengusap lembut punggung ringkih Sang Nenek. Sementara Arion- pria itu menunduk dalam, pikirannya berkelana entah kemana. Bahkan tepukan yang Shaka berikan di bahunya, sama sekali tidak menyadarkan Arion. Pria muda itu memejamkan kedua mata, saat mendengar suara suara asing mulai menghantam kepalanya.
Kedua tangannya terkepal erat, kala kepalanya kembali berdenyut hebat. Arion harus bisa, dia harus bisa melawan rasa sakit ini demi masa lalunya.
BANG RIMBA NYUT NYUTAN
INI YANG BIKIN RIMBA NYUT NYUTAN, DEMI INI
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Jumadin Adin
mb defri love.lope
2023-03-24
2
💦
harta nggak dibawa mati pak pramono, sudah tua jangan mikirin dunia terus mending tobat perbanyak amal dan ibadah, jujur saja sama arion tentang masa lalunya dan minta maaflah, seenggaknya arion bisa memaafkan kesalahan masa lalumu....
2022-08-15
0
Ida Lailamajenun
kakeknya nih gk beres takut harta ilang dan cucu angkat meninggal maka nya bang rimba diambil kembali.trus mau dijodohkan ma ulat cabe itu.janda beranak satu.untung bukan janda beranak dalam kubur😁😁
2022-08-13
0