Mencari Masa Lalu Yang Hilang

Entah sudah berapa banyak karbondioksida yang di keluarkan oleh Arion saat ini. Berkali kali pria itu menghembuskan napas kasar, saat melihat interaksi kedua manusia didepannya.

Laju mobil nya semakin melambat, saat dia melihat Shaka belok kesebuah area perkebunan sayur. Kedua mata Arion begitu sangat dimanjakan dengan pemandangan hijau, yang tercipta dari berbagai jenis sayuran.

Setelah mendapatkan area yang pas untuk parkir, Arion keluar dari mobil dan segera menyusul kedua manusia yang sudah berjalan mendahuluinya. Dahi Arion berkerut kala melihat Shaka dan Aisya menyalami seorang wanita tua, bahkan keduanya tidak canggung bahkan risih saat mencium takzim tangan keriput itu.

"Ada yang mau ketemu sama Nenek,"

Ucapan Shaka membuat wanita tua itu mengernyitkan dahi, sangat terlihat jelas sekali kalau sang Nenek begitu penasaran.

"Kesini Preen!"

Seruan Shaka, membuat atensi sang Nenek mengikuti arah kedua mata pria muda yang ada dihadapannya. Kedua mata sang Nenek mengerjab, kerutan didahinya semakin dalam- kala melihat orang yang tengah berjalan mendekat padanya.

Dadanya bergemuruh hebat, darahnya berdesir panas, kedua matanya berkaca kaca- senyuman samar yang tidak percaya mulai terbentuk secara perlahan.

"Rion?"

Sang Nenek mencampakan alat pembersih rumput liar ditangannya, tubuh rentanya berlari kecil mendekat pada pria muda yang selama 6 tahun ini sudah dengan kurang ajarnya meninggalkan dia sendiri.

"Rion, ini benar Rion-nya Nenek?"

Sang Nenek semakin terisak, kedua tangan rentanya membingkai wajah tampan Arion. Air mata tidak dapat sang Nenek bendung lagi, dia segera memeluk tubuh tegap tinggi pria yang begitu mirip dengan sang cucu.

"Nenek siapa?"

Dua kata yang keluar dari mulut Arion, membuat seluruh tubuh Nenek Imma menegang hebat. Wanita renta itu menjauhkan tubuhnya dari Arion, menatap tidak percaya.

"Ini Nenek Nak, kamu udah gak kenal sama Nenek kamu sendiri?" ucapnya tidak percaya.

"Ini Nenek, ibu kandung Almarhum Papa kamu." sambungnya.

"Papa?" beo Arion.

Pria itu memejamkan kedua mata, saat merasakan kepalanya kembali berdeyut. Denyutan hebat yang membuat Arion hampir saja limbung kebelakang.

"Jangan dipaksa Yon! lakuin secara perlahan. Kita bakalan bantu kamu mengingat semuanya!"

Shaka segera mendekat saat melihat Nenek Imma terlihat tidak kuat untuk menopang tubuh Arion sendirian. Shaka segera membawa Arion duduk diatas rerumputan, dan menyodorkan satu botol air minum pada sahabat masa kecilnya.

"Rion kenapa Nak Shaka?"

Nenek Imma terlihat begitu khawatir, keriput diwajahnya semakin menjadi. Wanita renta itu kembali meneteskan air mata, saat melihat Arion terus saja memegangi kepalanya.

"Nenek jangan sedih, Bang Rimba baik baik aja kok. Ada Ais disini, Nenek jangan nangis lagi." Aisya segera memeluk tubuh renta Nenek Imma.

Memberikan keyakinan kalau Arion atau Rimba-nya akan baik baik saja saat ini, ya saat ini. Itu keyakinan hati Aisya, yakinlah kalau Tuhan akan segera mengabulkan seluruh doa yang dia panjatkan selama ini, walaupun jalannya tidak sangat lah mudah.

DISISI LAIN...

Pramono menggeram marah saat mendapatkan laporan kalau Arion pergi keperkebunan baru mereka sendirian. Dia marah bukan karena Arion tidak ditempati, namun tempat yang akan di tuju oleh sang cucu.

Tempat yang bisa membuat Arion memberontak, bahkan menggali masa lalunya lagi. Padahal dengan susah payah Pramono mendapatkan cucu semata wayangnya itu. Bahkan Pramono rela mengadopsi seorang bocah laki laki demi memancing kemarahan Sinthya- putrinya kala itu. Agar Sinthya mau pulang membawa pewarisnya, dan meninggalkan Rizal- pria yang sudah membawa putri tunggalnya kawin lari.

Benar benar sialan!

"Kakek tidak akan membiarkan kamu pergi lagi Arion, salahkan saja Papa mu! kenapa dia harus membuat putriku jatuh cinta padanya, lalu membawa Sinthya mati bersamanya!"

BIDADARI KELUARGA SYARIEF😘😘

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***