Braak!
Suara bantingan pintu mobil yang di tumpangi Aisya dan Alkan menggema di halaman rumah panti. Bangunan itu sepi, karena Alkan sengaja mengosongkannya hari ini- agar anak-anak asuhnya tidak mengetahui masalah pemaksaan pembelian lahan dan rumah mereka.
Alkan menyuruh Cia untuk membawa kesepuluh anak asuhnya berbelanja mainan dan pakaian di pasar.
Dan sekarang dia serta Aisya sudah berada di rumah panti, menunggu orang pemaksa yang kemarin ingin bertemu dengan keluarga Syarief.
Waktu sudah menunjukan pukul 10.15 pagi, berarti molor 15 menit dari waktu yang di janjikan.
"Tidak amanah waktu!" dumel Aisya.
Kedua matanya terus saja melirik jam tangan sederhana yang melingkar di pergelangan tangan kecilnya. Jam yang memiliki banyak kenangan, karena benda pengingat waktu itu adalah barang pemberian Arion atau Rimba-nya untuk terakhir kali, sebelum pria muda itu pergi meninggalkannya tanpa sepatah kata pun.
Tanpa pernah mengatakan suka atau pun cinta secara lisan, hanya gestur tubuh yang selalu menampilkan kalau Arion memang miliki rasa lebih pada Aisya.
"Sabar Sayang, mungkin masih dijalan." Alkan berpikir logis.
Aisya tidak menjawab, gadis itu memilih untuk masuk kedalam rumah panti. Sementara Alkan terlihat duduk di teras, pria paruh baya itu menghela napas pelan. Pikirannya saat ini sama dengan Aisya, dia tidak akan pernah memberikan lahan dan rumah ini pada orang itu- berapa pun harga yang mereka tawarkan.
"Ayah- ini Ais buatin ko-,"
Ucapan Aisya terpotong saat melihat dua mobil mewah memasuki kawasan panti. Kedua matanya terus saja memindai pergerakan mobil mewah berbentuk sedan itu. Bahkan Ais hampir saja menumpahkan kopi yang dia bawa, karena salah menyimpannya.
"Apa itu dia?" tanya Alkan.
"Ais juga enggak tau Yah, tapi salah satu mobil pernah Ais lihat kemarin."
Aisya segera masuk kedalam rumah panti, sembari membawa nampan untuk dia simpan kembali. Sedangkan Alkan terlihat sudah berdiri- untuk menyambut para tamu yang datang.
Alkan menghela napas kasar saat melihat dua orang pria keluar dari dalam mobil, namun napasnya tercekat kala melihat orang yang baru keluar dari dalam mobil satunya- mobil yang terlihat lebih mewah dan elegan.
"Arion?" gumam Alkan.
Alkan bahkan melangkah mundur kala melihat pria berkaca hitam, berpakaian formal, berkucir itu semakin mendekat ke arahnya.
Tubuh, wajah, rambut, tidak ada bedanya- walaupun Alkan melihat tubuh orang yang mirip sekali dengan Arion itu lebih berisi, tinggi, dan berotot dari pada 6 tahun yang lalu.
"Selamat siang,"
Suaranya pun sama
Alkan mencoba menetralkan rasa keterkejutannya, pak Penghulu seakan menyadari sesuatu- pria yang mirip dengan Arion ini sama sekali tidak mengingat atau bahkan mengenalinya.
"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" ucap Alkan tenang dan ramah.
Pria muda itu melepaskan kaca matanya, dan meletakan benda itu diatas kepalanya.
"Apa saya boleh duduk?"
Alkan terlihat tidak bisa konsentrasi, dia bahkan lupa untuk mempersilahkan tamunya duduk.
"Boleh, mari silahkan,"
Alkan semakin menahan napas, kala melihat pria yang wajahnya begitu mirip dengan Arion itu terus saja memindai area rumah dan halamannya.
"Saya tidak ingin berlama lama, saya tahu kalau anda adalah pemilik lahan dan bangunan ini. Saya datang kemari ingin membeli lahan dan bangunan ini, berapa pun harganya akan saya bayar."
Dahi Alkan mengernyit dalam, rupa boleh sama, suara tidak ada beda, tapi cara tutur kata dan nada bicaranya begitu sangat berbeda. Arion tidak pernah bersikap angkuh dan arogan seperti ini, dia pemuda yang ramah dan sederhana.
"Maaf- saya tidak berniat untuk menjual rumah panti ini. Silahkan anda mencari lahan lain, Tuan-,"
"Arion Rimba Ranaspatih-,"
PRANG!
Keempat pria yang tengah berdiskusi di teras itu menoleh ke arah pintu masuk. Disana ada seorang gadis berhijab abu abu tengah menatap dalam pada salah satu dari mereka. Bahkan nampan yang berisikan tiga gelas teh yang dia bawa jatuh menimpa lantai.
Kedua matanya berembun, siap menumpahkan cairan bening yang selalu keluar dari pelupuk matanya- kala berhubungan dengan Arion.
"B-Bang Rimba," lirihnya.
Dengan sekali kedip, cairan bening itu turun begitu saja tanpa di minta. Kedua kakinya masih membatu di tempat, namun tatapan sendu penuh haru Aisya terus saja tertuju pada pria muda itu.
Apa ini nyata? atau hanya fatamorgana wajah saja- setelah kemarin dia mendapatkan fatamorgana suara.
"Maaf- apa kita saling kenal?"
Aisya mengerjab kala mendengar ucapan pria yang bernama Arion Rimba Ranaspatih itu. Pria muda ini tidak mengenalinya? Rimba melupakannya? atau pura pura lupa?
Sedangkan Alkan- Sang Ayah hanya menatap sendu pada Putri kesayangannya. Dia pun sama shock nya seperti Aisya, dan yang lebih membuat shock lagi- Arion melupakan mereka.
Apa yang sudah terjadi dengan pria muda yang dulu pernah Alkan banggakan, setelah kedua putranya? Dari sinilah kita akan melihat apa yang sudah terjadi pada Arion selama ini.
Apakah Arion mengalami amnesia? atau hanya pura pura?
**ARION RIMBA RANASPATIH
YUHUUUUU JANGAN LUPA LIKE VOTE KOMEN HADIAH DAN FAVORITNYA YA
SEE YOU NEXT TOMORROW
BABAYYY MUUUAACCHH**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Surtinah Tina
amnesia kayaknya
2023-10-01
2
kelinci lucu
hrus ngayal yg lain cz gk ssuai slera arionny😅
2023-08-06
0
Jumadin Adin
Arion Rimba Pranaspatih...benarkah itu kamu????
2023-03-23
0