Arion menghela napas kasar, setelah mendengar penuturan Nenek Imma. Dia tidak menyangka kalau pernah hidup, tumbuh, besar di tempat ini. Tempat yang cukup jauh dari hiruk pikuk kota besar, walaupun Arion lihat pembangunan di daerah ini begitu maju.
"Gimana? udah percaya sama omongan kita," Shaka menepuk pundak sahabat kecilnya.
Dahi pria berkaos hitam itu mengernyit kala melihat Arion menggeleng pelan. Salah satu tangannya sudah bersiap untuk memberikan satu pukulan di kepala sang sahabat, namun urung terjadi saat mendengar penuturan Arion.
"Aku tidak menyangka, kalau dulu aku pernah tinggal di tempat ini," Arion kembali menghela napas kasar.
Salah satu sudut bibirnya terangkat, membentuk senyuman miris. Sang Kakek benar benar pintar menyembunyikan semua ini darinya- selama 6 tahun terakhir. Haruskah dia bersyukur karena sudah membeli lahan perkebunan di daerah ini, lalu berurusan dengan pemilik lahan dan bangunan yang Arion inginkan, walaupun sang pemilik tidak mengizinkan dia membelinya.
Entah kebetulan atau memang sudah takdir dari Sang Maha Pencipta, Arion berurusan dengan orang orang yang pernah hadir di masa lalunya.
"Bahkan aku merasa kalau tempat ini belum pernah aku singgahi. Semuanya asing, tidak ada satu ingatan pun yang tersisa didalam sini." lirih Arion.
Pria itu menunjuk kepalanya sendiri, terlihat sendu dan tidak berdaya sama sekali. Arion merasa seperti balita yang memulai kehidupan baru dengan mengumpulkan memori kenangan di tempat ini.
"Sabar, aku yakin kalau kamu sering ke sini, berinteraksi sama masa lalu kamu, aku yakin ingatan itu bakalan balik secara perlahan." ucap Shaka mencoba menenangkan.
Shaka menepuk pundak Arion beberapa kali, sebelum pria bernetra coklat bening nan cerah itu menoleh ke arah belakang tubuhnya. Salah satu sudut bibirnya terangkat, kala melihat Aisya tengah menatap sendu dan lembut padanya.
Seakan sudah paham, Shaka menjauh dari Arion- memberikan akses agar Aisya bisa mendekat. Sepertinya Shaka akan membiarkan keduanya berbicara berdua. Hanya berbicara saja, Shaka tidak akan membiarkan keduanya kontak fisik.
Berpelukan misalnya?
Bisa digantung Ayahnya kalau Shaka membiarkan pria yang bukan mahram sang adik memeluk tubuh indah itu.
"Ekhem!"
Aisya berdehem pelan, dia menghela napasnya pelan setelah melihat Shaka menjauh. Bahkan sepertinya Arion belum menyadari kehadirannya dan juga kepergian Shaka dari sisinya.
"Apa kamu bisa mengantarku ke tempat dimana aku selalu menghabiskan wak-,"
Ucapan Arion terhenti, kedua matanya mengerjab pelan saat melihat orang yang ada di belakang tubuhnya, saat dia menoleh.
Itu bukan Shaka, melainkan gadis yang bernama Aisya. Nama yang selama dua tahun terakhir menghantuinya, namun Arion sama sekali tidak peduli terkesan mengabaikan semuanya.
"H-hai,"
Aisya mengangkat satu tangannya, menyapa lembut dan ramah pada pria muda yang beberapa hari yang lalu mengabaikannya. Bahkan Aisya sudah berusaha untuk melenyapkan pria itu dari semua aspek kehidupannya- namun apa yang terjadi? dia tidak bisa menghilangkan barang sedikit pun rasa atau bahkan bayangan Arion di kepala serta hatinya.
"Apa kita punya hubungan, sebelumnya?" tanya Arion hati hati.
Kedua mata hitamnya menatap penuh selidik pada gadis berhijab, yang saat ini terlihat salah tingkah dan serba salah.
Arion menahan napasnya sejenak, kala melihat Aisya menggelengkan kepalanya pelan. Namun kedua sudut bibirnya membentuk senyuman tipis yang terkesan pedih.
"Enggak, kita gak pernah punya hubungan apa apa Bang Rimba-," Aisya menjeda.
"Karena Ayah melarangnya, kata Ayah Ais tidak boleh menjalin hubungan selain dengan suami Ais nanti." sambungnya.
Kedua sudut bibir Aisya terus saja tertarik ke atas, gadis itu tidak pernah pelit senyum. Bibir tipis merah muda itu tidak hentinya menipis, membuat Arion diam diam mengigit bibir dalamnya- menahan untuk tidak ikut tersenyum konyol.
"Suami? apa kamu sudah menikah?" pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Arion.
Pria itu juga sedikit tidak percaya dengan pertanyaan yang dia lontarkan pada Sang Gadis. Ingin rasanya Arion membekap mulutnya sendiri, saat melihat Aisya menatap ke arahnya. Terlihat was was, tapi bukan karena karena pertanyaannya yang cukup pribadi- namun jawaban yang akan Aisya berikan padanya.
"Belum,"
Satu kata yang keluar dari mulut Aisya, bagaikan air hujan di padang savana. Begitu segar, dan membuat kekeringan di sana kembali lembab serta basah.
"Apa Shaka adalah calon suami mu?"
Akhirnya pertanyaan yang sedari tadi terpendam didalam hatinya terkuat juga. Kali ini Arion tanpa sadar menepuk bibirnya sendiri karena gemas. Sedangkan Aisya hanya mengulum senyum melihat kelakuan Arion.
"Kenapa Bang Rimba berpikir kalau Bang Shaka adalah calon suami, Ais?" bukannya menjawab, Aisya malah membalikan pertanyaan.
Kedua matanya menatap geli pada Arion, pria itu terlihat bingung saat akan membuka mulutnya untuk berbicara.
"Dari interaksi kalian berdua. Bahkan kalian sudah sangat dekat, seperti tidak ada jarak, ya- seperti itulah yang aku lihat." helaan napas lega dari mulut Arion, menandakan pria berambut gondrong itu tidak baik baik saja saat ini.
"Bukannya Ais udah bilang tadi, tidak boleh menjalin hubungan kalau bukan dengan suami Aisya." jelasnya.
"Terus-,"
"Aisya sama Bang Shaka itu kembar,"
Ucapan Aisya berhasil membuat Arion menoleh, pria itu menatap Aisya dengan seksama- seakan tengah mengamati sesuatu.
"Kembar?" beo Arion.
Aisya mengangguk penuh semangat, senyuman di bibirnya semakin melebar. Wajahnya bersinar karena tertimpa matahari, gelombang hijab yang tertiup angin membuat pesona sang gadis semakin menjadi jadi.
"Iya, Ais, Bang Shaka, sama Kak Aska," ucapnya lagi.
"Tiga? jadi kamu kembar tiga?"
Aisya mengangguk lagi, sementara Arion terlihat masih tidak percaya kalau mereka berdua itu kembar. Kelakuan sama wajahnya bagai langit dan bumi. Aisya berkulit seputih susu, sedangkan Shaka sedikit gelap karena terbakar matahari. Sikap serta sifat keduanya pun terlihat begitu berbeda di mata Arion.
"Eemm- A-Aisya?"
Tubuh Ais berdesir kala mendengar panggilan itu, ingatannya kembali ke masa lalu- saat suara maskulin Arion sering memanggil namanya.
"I-iya?" sahut Aisya tergagap.
Arion terlihat ragu, pria itu menghela napasnya perlahan. Dia kemudian memberanikan diri untuk menatap Aisya secara sempurna.
"Tolong bantu aku, bantu aku untuk bisa mengingat semuanya. Nenek, Shaka, rumah, lingkungan ini, dan kamu juga," pintanya begitu berharap.
ASIIAAAPP BANG, AKU BANTU DAH
SELALU ADA UNTUKMU 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
💦
siap bang arion,kapanpun dibutuhkan ais sekeluarga siap membantu kok,yang penting ada niat, kemauan dan tentunya dengan izin Allah swt. bang arion pasti bisa mengingat kembali masa lalu yang hilang...
2022-08-15
2
Ida Lailamajenun
siaap otw bantu bang dengan senang hati..
2022-08-13
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
pasti bang rimba Ais akan bantu kamu👍👍👍👍👍
2022-06-27
1