Saat Arsyilla masih berada di pusat perbelanjaan, di rumah pun tampak Khaira yang tampak berdiskusi dengan suaminya itu.
“Jadi kapan sebaiknya pernikahan Arsyilla dilangsungkan, Pa?” tanyanya kepada sang suami, Radit.
“Sebenarnya semua hari itu baik ya Ma, hanya saja sebenarnya Papa rasanya begitu cepat melepas Arsyilla.” Pria itu menatap kepada sang istri.
Pernikahan bukan sekadar rasa bahagia, tetapi juga ada mengisyaratkan rasa kepedihan bagi orang tua yang akan rela melepaskan putri mereka untuk bersatu dengan pria yang menjadi suaminya. Itu yang dirasakan Radit kali ini, ada rasa yang seolah tertahan bahwa pria itu akan segera melepas putrinya.
Khaira lantas mengangguk, “Memang begitulah kehidupan, Pa … dulu pasti kedua orang tua kita juga ada rasa tidak rela melepaskan anaknya untuk menikah. Sayangnya, dengan semua yang terjadi mau tidak mau Arsyilla harus segera menikah. Ya, walaupun Mama masih khawatir terkait dengan status mereka sebagai Dosen dan Mahasiswa dalam satu fakultas.”
Radit kemudian menatap sang istri, “Tenang saja Ma, mereka juga pasti akan berhati-hati. Hanya saja, dulu aku punya impian untuk melepaskan Arsyilla bisa menikah dengan pria yang dicintainya. Kali ini, agaknya impian Papa tidak terkabul. Kita tidak tahu apakah Aksara mencintai putri kita. Semua terjadi karena petaka satu malam itu.”
“Mungkin dulu perasaan Ayah Ammar seperti itu saat melepasku untuk menikah denganmu. Tidak tahu apakah kamu mencintaiku dan sebaliknya. Hanya saja saat itu Ayah Ammar percaya bahwa kamu adalah pemuda yang baik, kita saling mengenal waktu kecil. Itu saja,” ucapnya dengan pandangan yang menerawang seolah kembali ke masa lalu.
“Akan tetapi, pernikahan kita bukan berdasarkan pada kesalahan satu malam, Sayang. Aku memang bersalah padamu di awal pernikahan kita. Namun, aku sudah menebusnya bukan? Perkataan Ayah Ammar terbukti kan karena dia telah menyerahkan putri satu-satunya yang berharga kepadaku,” ucapnya dan kali sebuah senyuman terbit di wajahnya.
Perlahan Khaira mengangguk, “Iya, sudah puluhan tahun bersama. Aku sama sekali tidak pernah bosan. Yang ada justru aku ingin terus mendampingimu sampai memutih rambutku,” ucap Khaira kali ini dengan sungguh-sungguh.
Tahun-tahun yang mereka lewati berdua memang sudah begitu lama, tidak dipungkiri banyak pasang surut yang sudah mereka alami bersama. Akan tetapi, cinta itu selalu ada yang membuat keduanya bertahan dan ingin selalu bersama hingga di akhir waktu usia mereka.
Khaira kemudian menjeda ucapannya, dia kembali bertanya kepada suaminya, “Jadi kapan kita mengunjungi keluarga Dokter Bisma dan memberikan tanggal pernikahan Arsyilla dan Aksara?” tanya Khaira lagi kepada suaminya.
“Mengingat pernikahan ini darurat dan sifatnya harus segera, mungkin satu bulan lagi bisa, Ma … sekadar Akad Nikah dan tanpa pesta mewah meriah. Bagaimana menurut Mama?” tanya Radit yang meminta pertimbangan dari istrinya.
Khaira tampak diam, memikirkan segala sesuatunya terlebih dahulu, hingga akhirnya wanita itu pun mengangguk, “Baiklah Pa, bulan depan ya.”
***
Dua hari kemudian …
Radit dan Khaira sama-sama mengunjungi kediaman Dokter Bisma. Mereka datang bukan sekadar untuk menyapa, tetapi memberikan kepastian tanggal baik yang sudah mereka diskusikan untuk menikahkan Arsyilla dan Aksara.
“Selamat malam,” sapa Khaira dan Radit bersamaan, ketika ada sosok Kanaya yang membukakan pintu bagi mereka.
“Selamat malam Pak Radit dan Bu Khaira, silakan masuk.” Kanaya pun menyambut calon besannya itu dengan ramah dan mempersilakan keduanya untuk masuk ke dalam rumah mereka.
Membiarkan Radit dan Khaira menunggu sejenak di ruang tamu, Kanaya lantas memanggil suaminya yang masih berada di kamarnya. Tidak menunggu lama, keempatnya pun saling bertemu.
“Selamat datang Pak Radit dan istri, kamu sudah nanti-nantikan kedatangan Anda berdua di sini.” Dokter Bisma pun mengatakan bahwa dirinya dan Kanaya juga cukup lama menunggu pasangan yang akan menjadi calon besan mereka itu.
Radit dan Khaira sama-sama tersenyum, tidak mengira juga bahwa orang tua Aksara yang terlihat kaya raya itu akan menyambut mereka dengan baik.
“Jadi, begini Dokter Bisma. Kami datang kemari untuk memberikan tanggal dan hari yang baik. Tidak dipungkiri bahwa semua hari dan tanggal itu baik, hanya saja sebagai pihak dari pengantin perempuan, kami harus menyiapkan segala sesuatunya terlebih dahulu. Jadi, setelah berdiskusi dan sedikit bersiap-siap bagaimana kalau pernikahan Aksara dan Arsyilla dilaksanakan bulan depan?” tanya Radit kepada Kanaya dan Bisma.
Dari pihak Kanaya dan Bisma pun mengangguk, “Baiklah, tidak masalah Pak Radit. Lagipula, seperti pembicaraan sebelumnya bahwa pernikahan anak-anak kita hanya dilangsungkan di rumah saja dan dengan beberapa keluarga dekat saja.”
Keempatnya sama-sama mengangguk dan sepakat bahwa pernikahan dari Arsyilla dan Aksara akan dilangsungkan pada bulan depan. Setelah itu, Khaira tampak penasaran dengan sosok Aksara.
“Maaf, kalau boleh tahu Aksaranya di mana?” Khaira bertanya, rasanya dia ingin melihat juga sosok calon menantunya itu.
“Oh, Aksara sedang di kantor, Bu. Kebetulan dia membantu saya untuk menggambar proyek real estate yang sedang dikembangkan oleh Jaya Corp,” jawab Kanaya.
Baik Khaira dan Radit kemudian sama-sama mengangguk, setidaknya dalam pikiran Radit dan Khaira sekarang ini calon menantunya juga adalah sosok pemuda yang sudah memiliki pekerjaan, sehingga bisa menafkahi Arsyilla.
Pemikiran yang realistis dari semua orang tua bahwa mereka mengharapkan memiliki menantu yang memiliki pekerjaan. Apa pun pekerjaannya, tetapi menantu prianya bisa bertanggung jawab untuk menafkahi sang istri. Maka dari itu, mendengar bahwa Aksara sudah memiliki pekerjaan Khaira setidaknya merasa tenang. Calon menantunya bukan sebatas mahasiswa yang full bekerja dan meraih gelar sarjana, tetapi juga sudah memiliki sebuah pekerjaan.
“Namun, Aksara tidak tinggal di sini bersama kami, Bu. Setelah bekerja, dia hidup mandiri di apartemennya yang berada di dekat Jaya Corp. Katanya supaya akses untuk bekerja dan kuliah menjadi lebih mudah dan tidak terkena macet,” lanjut Kanaya yang menjelaskan tentang sosok putranya itu kepada Khaira dan Radit.
“Jadi, rumah sebesar ini hanya didiami berdua saja?” tanya Khaira lagi.
Kanaya pun mengangguk, “Iya … kami hanya hidup berdua di rumah sebesar ini. Ada juga beberapa pembantu yang menolong kami di sini.”
Khaira berkata dalam hatinya, setidaknya dirinya dan Radit juga demikian. Saat Arsyilla mengajar, dan Arshaka kuliah di Singapura, rumahnya yang besar hanya ditinggali berdua. Mungkin terkadang merasa sunyi, tetapi justru keduanya bisa saling membangun dan mengisi kekosongan untuk bisa menghidupkan dan menyemarakkan rumah.
Setelahnya Radit terlihat kembali ingin berbicara, “Baiklah jika demikian, kami rasa tujuan kami untuk datang kemari sudah kami sampaikan. Kami mohon pamit, semoga apa yang direncanakan dan dicita-citakan bersama bisa terlaksana.”
Usai apa yang menjadi tujuan kedatangan mereka berdua sudah diucapkan dan pihak Dokter Bisma dan Kanaya juga menyetujui, maka Radit dan Khaira pun berpamitan. Tujuannya datang adalah untuk menyampaikan hari dan tanggal untuk pernikahan Arsyilla dan Aksara. Maka, dirasa bahwa tujuannya sudah tercapai, keduanya pun segera berpamitan dari kediaman Dokter Bisma.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
aniek mardiana
alhamdulilah dpt besan yg sama sama baik
2022-05-31
1
DoraemonCatering
thania itu siapa.ya thor
2022-05-18
1
Ipshe
up berikutnya pernikahan aksara dan arsyila ya thor....
2022-05-18
1