Senyum di wajah Arsyilla perlahan pudar, keringat tanpa disadari membasahi keningnya begitu saja. Arsyilla segera membalikkan badannya dan menghapus papan tulis berwarna putih yang terdapat coretan dari boardmaker di belakangnya sembari memejamkan matanya.
“Ya Tuhan, kenapa dia ada di sini? Kuharap, aku salah lihat ya Tuhan …,” batinnya dalam hati sembari menghapus papan tulis itu hingga bersih.
Hingga akhirnya, Arsyilla kembali berbalik dan kembali menatap para mahasiswa yang duduk di hadapannya.
“Selamat siang semuanya … ini pertemuan kedua kita di kelas Perencanaan Arsitektur ya …” sapanya lagi kepada seluruh mahasiswa yang kira-kira berjumlah 45 orang di dalam kelas itu.
“Ya Bu …” para mahasiswa pun menjawab dengan serentak.
Berusaha menghiraukan dan fokus untuk menyampaikan materi pembelajaran kali ini, Arsyilla kemudian mengangguk, “Baiklah … kita akan lanjutkan materi kita ya,” ucapnya.
Akan tetapi, ada mahasiswa yang merupakan Ketua Kelas angkatan itu yang tampak mengangkat tangannya, “Permisi Bu,” ucap si Ketua Kelas yang diketahui bernama Ryan itu.
Arsyilla pun mengangguk, “Ya … ada apa Ryan,” sahut Arsyilla.
“Ada mahasiswa baru di kelas kita, Bu.” interupsinya kepada Arsyilla.
Bukannya dia tidak menyadari, hanya saja Arsyilla sedang berusaha menghindari. Sayangnya, justru Ryan si Ketua Kelas itu menginterupsi dan mengatakan padanya bahwa ada mahasiswa baru di kelas itu. Ingin kembali memejamkan matanya sudah tentu tidak bisa. Arsyilla pun mengangguk dengan kikuk, kemudian dia tersenyum sekalipun itu adalah senyuman yang hambar.
“Oh, ya? Di mana mahasiswa barunya? Bisa berkenalan kepada semua mahasiswa di sini.” ucapnya yang sudah pasti hanya sekadar formalitas. Wanita yang berprofesi sebagai Dosen itu mengangguk dan kemudian matanya melirik pada sosok pria yang duduk di kursi paling belakang.
Sebab Arsyilla sangat tahu, siapa sosok asing di dalam kelasnya itu.
“Sial. Kali ini pun usahaku untuk menghindarinya sia-sia.” Seolah Arsyilla merutuki dirinya sendiri. Pagi tadi dia keluar dari rumah dan menjejakkan kakinya di kampus ini dengan memupuk semangatnya yang nyaris habis, dan kali ini dia harus menelan kenyataan pahit karena tanpa diduga, dia kembali bertemu dengan pria itu.
Perlahan, sosok yang disebut-sebut sebagai mahasiswa baru itu pun berdiri dan mengenalkan dirinya.
“Siang semuanya … kenalkan namaku Aksara. Aku hiatus selama 4 semester dan kembali lagi di semester ini.” perkenalannya kepada semua orang yang berada di dalam kelas itu.
Akan tetapi, rupanya mata pria itu hanya menatap kepada sang Dosen yang berdiri di depan kelas dengan jarak beberapa meter di hadapannya. Ya, Aksara rupanya menjadi salah satu mahasiswa Teknik Arsitektur dan saat ini dia adalah mahasiswa yang diajar oleh Arsyilla.
“Kenapa bisa hiatus?” kali ini Ryan si Ketua Kelas yang bertanya kepada Aksara.
“Sebelum di Arsitektur, aku mencoba kuliah Kedokteran selama 4 semester, tetapi aku merasa tidak cocok. Kemudian mencoba mengambil Arsitektur, di semester 6 aku memilih cuti karena juga merasa tidak cocok, setelah membantu Mama dan Opa rasa yakin itu muncul dan sekarang aku di sini untuk menyelesaikannya,” jawab Aksara dengan mantap.
Memang Aksara begitu lulus SMA, dengan nilai Ujian Nasional yang tinggi, Papanya mendorongnya memilih Fakultas Kedokteran dengan harapan akan ada anaknya yang melanjutkan cita-cita sang Papa menjadi seorang Dokter. Sayangnya, Aksara menyerah di Semester 4. Kemudian, pria itu kembali mencoba mendaftar di Teknik Arsitektur dengan harapan bisa membantu perusahaan yang kini dikelola Mamanya yaitu Jaya Corp sebuah perusahaan konstruksi dan bergerak di bidang Real Estate, sayangnya di Semester 6, dia memilih cuti karena juga merasa tidak memiliki passion di bidang Arsitektur dan Pembangunan. Setelah bekerja di lapangan, akhirnya Aksara bisa menemukan passionnya dan dia ingin menyelesaikan studinya yang sudah hiatus selama 4 semester itu.
“Usianya berapa?” celetuk seorang mahasiswa yang seolah tersenyum genit kepada Aksara.
“29 tahun.” jawabnya dengan spontan.
“Status-status?” tanya mahasiswa yang lainnya lagi.
Kali ini Aksara menatap wajah yang berdiri beberapa meter di depannya itu, “Akan menikah … tidak lama lagi,” jawabnya dengan tenang dan penuh dengan keyakinan.
Sementara beberapa meter di depan sana, Arsyilla tampak merutuki hari sialnya kali ini. Jika ada satu orang yang ingin lupakan, sudah pasti adalah pria itu. Sayangnya, sang Pemilik Semesta nyatanya masih mempertemukannya dengan pria bernama Aksara itu sekali lagi. Kini, dia pun harus rela berkali-kali menemui wajah yang begitu dia benci itu.
“Sudah 29 tahun masih menjadi mahasiswa. Huhffh.” Arsyilla bergumam dalam hati, tidak menyangka bahwa dia akan mengajar mahasiswa yang usianya lebih tua darinya. Bagi Arsyilla, usia 29 tahun adalah usia yang matang untuk seorang pria bahkan tidak jarang para pria akan melepas masa lajangnya.
Akan tetapi, di hadapannya ada pria yang sudah berusia 29 tahun dan masih menjadi mahasiswa. Menetralkan hatinya sendiri, Arsyilla kemudian kembali untuk menyampaikan materi kepada para mahasiswa. Mencoba bersikap profesional dan seolah tidak terganggu dengan dua bola mata yang seolah menyorot setiap gerakan dan ucapannya.
Lain dengan Arsyilla, rupanya Aksara justru tersenyum, pria itu justru menuliskan nama sang Dosen di sebuah buku agenda yang dia bawa hanya sekadar pemanis saja, padahal pria itu sendiri sebenarnya enggan untuk mencatat di dalam buku. Alih-alih capek memegang pena, Aksara lebih suka mengetik dengan laptopnya. Namun, hal luar biasa terjadi hari itu. Pria itu mengukir senyuman dan menulis sebuah nama di dalam agendanya.
“Arsyilla Kirana ….”
“Nama yang indah … wajahnya juga cantik,” gumamnya menggoreskan tinta di dalam agendanya itu.
Tidak terasa 120 menit sudah, waktu kuliah selesai. Para mahasiswa pun satu per satu mulai meninggalkan ruangan kelas. Sementara Arsyilla masih merapikan laptop dan menandatangani Kartu Presensi Mahasiswa di tempatnya.
Sayangnya, saat ruangan kelas itu sudah sepi, dia merasa ada sorot mata yang seolah menatapnya dengan begitu lekat. Kali ini Arsyilla benar-benar memejamkan matanya dengan dramatis. Rasanya ingin menghindar begitu saja. Hingga akhirnya Arsyilla dengan cepat menggulung charger laptopnya, menekan tombol shut down di laptopnya, dan juga mematikan LCD dengan sebuah remote yang berada di meja dosen.
Setiap menit yang berlalu, nyatanya justru membuatnya kian merasa tidak aman. Hingga dia pun menyelesaikan kartu presensi mahasiswa dengan membubuhkan paraf di sana, dan kemudian bergegas meninggalkan ruangan itu.
Akan tetapi, saat kakinya hendak mencapai pintu keluar, terdengar suara yang seolah menghentikan langkah kakinya.
“Tuhan rupanya memiliki niatan yang baik supaya saya bisa bertanggung jawab … maka saya tidak akan menyia-nyiakannya. Kita bertemu lagi di sini Bu Arsyilla Kirana …,” ucap pria itu yang kini sudah berdiri di belakang Arsyilla.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Edah J
kalau jodoh g akan kemana ya😘
2023-07-31
1
Soepiah putri
takdir mempertemukan kita d mn saja dan kapan saja sekuat apapun kita menghindari klo sudah takdir siapa yg bisa menentang kehendakNya😍🌹
2022-05-30
2
Helen Apriyanti
jodoh memng gk kmna ..psti d pertemukn kmbali nth itu dg suatu ygbkurang baik ..
2022-05-26
2