Membiarkan Arsyilla untuk tenang, setelahnya Aksara segera melajukan mobilnya menuju kediaman Arsyilla. Di dalam mobil itu begitu sunyi, keduanya sama-sama diam. Hanyut dalam pikiran mereka masing-masing. Hingga Arsyilla tidak menyadari jika mobil itu sudah berhenti di depan pintu rumah Arsyilla. Nyatanya Aksara memiliki ingatan yang cukup tajam, beberapa hari lalu dia mengantarkan Arsyilla pulang dan sekarang dia bisa menghafal jalan menuju rumah Arsyilla.
“Kau tidak mau turun?” Aksara bertanya, suara pria itu seolah cukup membuat Arsyilla terhenyak.
Arsyilla pun segera melepaskan sitbealt yang masih dia kenakan, hendak melepaskan jaket milik Aksara yang masih dia kenakan, tetapi Aksara menahannya.
“Pakai saja dulu,” ucap pria itu yang tetap menginginkan Arsyilla untuk mengenakan jaket miliknya. “Berani masuk ke dalam? Atau aku akan menemanimu masuk?” tanyanya lagi kepada Arsyilla.
Akan tetapi, Arsyilla pun diam. Jujur saja, dia cukup bingung. Harus bagaimana bisa menemui Mama dan Papanya. Memang rambutnya sudah tidak lagi berantakan, bekas merah di lehernya bisa dia tutupi dengan syal dan jaket yang sekarang dia kenakan, tetapi dengan matanya yang sembab? Kedua matanya tidak bisa ditutupi jika memang dia usai menangis.
Sayangnya, saat Arsyilla masih diam, di belakang mobil Aksara berhenti juga sebuah mobil berwarna Silver, dari dalamnya keluar Papanya dan seorang pemuda dengan menggendong ransel di sana.
Pemuda itu mengetuk kaca jendela mobil di depannya.
Tookk …. Tookk…
Praktis, Aksara pun segera keluar dari mobilnya.
“Bisa pindahkan mobilnya tidak? Mobil ini menghalangi kami untuk masuk ke dalam,” ucap pemuda itu.
Sementara di belakang pemuda, ada Papa Radit yang tampak menyorot dengan tajam sosok Aksara.
“Ada apa ke mari?” tanya Papa Radit.
Saat Aksara hendak menjawab, rupanya Arsyilla turun dari mobil itu. Wanita itu mengangguk dan tersenyum kepada Papa dan pemuda yang tidak lain adalah adiknya itu.
“Papa … Shaka,” sapanya dengan berusaha tersenyum sekalipun hatinya hancur dan badannya pun begitu ngilu di beberapa tempat.
“Kak, rupanya Kakak …” Arshaka justru menghambur untuk memeluk Kakaknya yang sekarang tingginya hanya sebahunya saja.
“Kakak kangen kamu, Shaka,” sahut Arsyilla dengan memeluk adiknya itu.
“Dia siapa Kak?” tanya Arshaka yang seolah menyelidik pada sosok pria yang berdiri di hadapannya itu.
Rupanya Aksara justru mengulurkan tangannya hendak menjabat tangan Arshaka, “Hai, aku Aksara,” ucapnya memperkenalkan diri.
“Ayo masuk … jangan berkumpul di depan jalan,” suara Radit yang meminta anak-anaknya dan juga Aksara untuk masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.
Begitu sudah memasuki rumah, ada Khaira yang tersenyum dan menyapa kedatangan putranya yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di Singapura. Akan tetapi, senyuman wanita seolah tertahan saat melihat sosok Aksara lagi di depan rumahnya.
“Mama, i miss you, Ma.” Rupanya Arshaka pun langsung menghambur dan memeluk Mamanya itu. Bukan hanya memeluk, tetapi pemuda itu juga mencium pipi Mamanya.
“I miss you too, Shaka,” balas Khaira sembari menepuki punggung putranya itu.
Sekarang di ruang tamu, kelima orang itu berkumpul. Aksara duduk dengan diam dan sejujurnya dia begitu kikuk berada di dalam keluarga itu.
“Kak, dia siapa Kak?” tanya Arshaka dengan tiba-tiba kepada Arsyilla.
Tampak gelagapan, Arsyilla pun menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal dan juga bola matanya perlahan menyorot pada sosok Aksara yang duduk di depannya.
Mengakui kalau pria ini yang mengambil kesucianku, Shaka pasti akan sayang marah. Jika mengakui kalau dia mahasiswaku, apa jadinya. Huhffh, kenapa semuanya serba salah.
Sama halnya dengan Radit dan Khaira yang tampak saling pandang, harus menjelaskan apa kepada putranya itu. Sudah tentu, Arshaka tidak mengetahui jika sesuatu yang buruk telah terjadi kepada kakaknya beberapa hari yang lalu.
Sebagai kepala keluarga, akhirnya Radit pun berusaha membuka suara. “Dia, mungkin akan menjadi Kakak ipar kamu, Shaka.” Pria itu berbicara dan menekankan kata mungkin. Sebagai seorang Papa sudah pasti bahwa Radit ingin pria bernama Aksara itu akan bertanggung jawab kepada anaknya.
“Kakak ipar? Papa tidak salah kan? Bukankah …” Arshaka berbicara, tetapi sejurus kemudian perkataannya berhenti.
Sekalipun dia tinggal di Singapura untuk menyelesaikan studi di sana, tetapi Arshaka sangat tahu bahwa pria yang bernama Aksara itu bukanlah kekasih dari Kakaknya. Oleh karena itulah, Arshaka pun menerka bahwa sudah terjadi sesuatu dengan kakaknya itu.
“Pa, Ma … jangan bilang jika Kakak …” ucapan Arshaka kembali tertahan, pemuda itu tampak menggelengkan kepalanya. Mulai bermunculan pikiran buruk yang mungkin saja telah terjadi kepada Kakaknya itu.
Perlahan Khaira menepuk bahu putranya itu, “Begitulah keadaannya, Shaka … kamu akan menjadi calon adik iparnya,” ucap Khaira seolah mempertegas status dan kedudukan mereka ke depannya.
Akan tetapi, Arshaka segera bangkit dan pria itu menyentak tangan Aksara dan membawanya ke luar rumah.
“Ikuti aku!” ucapnya.
Begitu keduanya telah sampai di luar rumah, Arshaka pun tampak mengusap wajahnya dengan kasar. Kemudian dia tanpa aba-aba sebelumnya langsung mendaratkan bogem mentah di wajah Aksara. Dalam keadaan tidak siap, Aksara hingga terhuyung dan merasakan hantaman yang nyeri dan menimbulkan efek panas di wajahnya. Pria itu tanpa membolakan kedua matanya dengan satu tangan yang memegangi rahangnya.
“Tega-teganya kamu memperlakukan Kakakku seperti itu. Aku enggak mau tahu, kamu harus tanggung jawab terhadap apa yang sudah kamu lakukan kepada Kakakku.” Arshaka berbicara dengan begitu emosi. Satu pukulan yang dia berikan setidaknya tidak sebanding dengan perlakuan yang sudah dilakukan pria itu kepada Kakaknya satu-satunya.
Sebagai seorang adik, dia tidak akan mengampuni pria yang sudah menodai kakaknya. Arshaka sangat menyayangi kakaknya itu. Keduanya tumbuh dengan penuh kasih sayang, saling mengasihi satu sama lain. Sehingga saat tahu bahwa kakaknya nyatanya telah ternoda, dia pun menjadi naik darah saat melihat Aksara. Tidak peduli siapa pria itu, tetapi Arshaka segera mendaratkan bogem mentahnya kepada pria itu.
“Tanpa kamu memintanya, sudah pasti aku akan bertanggung jawab kepada Kakakmu.” ucap Aksara yang begitu menegaskan bahwa dirinya sudah pasti akan bertanggung jawab terhadap apa yang sudah terjadi.
“Baiklah … seorang pria akan dipercayai karena ucapannya, dan jika kamu ingkar janji, aku tidak akan segan-segan menghajarmu,” gertaknya dengan menunjuk wajah Aksara.
“Pegang ucapanku ini Calon Adik Ipar, aku akan segera menikahi Kakakmu itu.” Aksara menjawab dengan penuh kepastian dan memastikan bahwa dia akan segera menjadikan Arsyilla sebagai pengantinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Edah J
itu ucapan welcome dari Arshaka
Aksara✌️
2023-07-31
1
iis azkia
lanjut ka thur...
2022-05-14
2
Vita Zhao
nah dapat hadiah bogem dari calon adik ipar
2022-05-14
4