Jika ada yang memberatkan hubungan Aksara dan Arsyilla saat ini, selain noda yang telah terlanjur terjadi. Ada satu hal yang seolah luput dari pertimbangan Khaira, yaitu fakta bahwa Aksara ternyata adalah mahasiswa dari putrinya.
Ya, Kode etik yang mengatur mahasiswa dan dosen. Sangat tidak elok jika etika profesi tercemar karena sebuah noda merah yang seolah mencemari hubungan itu.
“Dia adalah mahasiswa,” ucap Arsyilla dengan menunduk.
Satu kalimat ungkapan yang membuat seluruh mata tertuju padanya, pengakuan itu layakan deburan ombak yang begitu keras dan menghantam indera pendengaran mereka.
“Apa benar kamu mahasiswanya Arsyilla?” tanya Khaira perlahan kepada Aksara.
Pemuda itu pun mengangguk, “Iya benar,” jawabnya dengan jujur. Fakta bila dia adalah mahasiswa yang sempat hiatus itu adalah benar. Fakta itu juga tidak akan dia tutupi.
“Akan tetapi, berhubungan dengan kode etik Dosen dan mahasiswa bagaimana? Jika seorang Dosen menikahi mahasiswa maka sikap profesionalitas seorang dosen akan dipertanyakan.” Kembali Khaira berbicara. Sebab, sebagai dosen maka Khaira sangat tahu menahu perihal Kode Etik antara Dosen dan kode etik mahasiswa.
Mencoba melihat dari sudut pandang Khaira, maka Bisma dan Kanaya pun saling pandang. Sekalipun mereka tidak tahu apa profesi calon besannya itu, tetapi dari ucapan Khaira yang begitu tahu tentang kode etik dosen dan mahasiswa, maka keduanya sepakat bahwa calon besannya itu adalah seorang dosen.
“Maaf Bu Khaira, jika kode etik itu benar adanya, Aksara tetap harus bertanggung jawab atas apa yang sudah mereka perbuat.” Kali ini Dokter Bisma berbicara.
Ada yang lain yang lebih mendesak dan mengharuskan pernikahan itu terjadi, dan itu adalah petaka satu malam. Belum pula, jika menunda-nunda waktu dan kemungkinan besar Arsyilla berbadan dua, maka hal itu akan membuat semuanya lebih runyam.
“Saya hanya tinggal mengambil mata kuliah yang tersisa saja, Tante … Selain itu, saya juga bekerja. Sehingga Insyaallah, saya bisa bertanggung jawab lahir dan batin kepada Arsyilla.” Kali ini Aksara yang berbicara.
Dia bukan sekadar mahasiswa yang full menimba ilmu dan tidak memiliki penghasilan, tetapi dia adalah pemuda mapan yang sudah memiliki beberapa aset dan tabungan. Walaupun tidak seberapa, tetapi cukup untuk bertanggung jawab lahir dan batin kepada Arsyilla.
“Bagaimana ini Pa?” tanya Khaira lirih kepada suaminya.
Sejujurnya dia ingin berbicara empat mata dengan suaminya, berbagi dan bercerita, sayangnya saat ini pun tidak mungkin jika mereka meninggalkan keluarga Dokter Bisma untuk kali keduanya.
Melihat gesture dan juga keresahan istrinya, perlahan Radit menggenggam tangan istrinya. Seolah menyalurkan kepedulian dan memahami bahwa sebagai suami, dia pun juga merasakan apa yang menjadi keresahan istrinya.
“Bagaimana jika kali ini pernikahannya sebatas keluarga saja Pak Radit dan Bu Khaira? Yang penting pihak kampus tidak mengetahui adanya pernikahan ini.” Dokter Bisma memberi saran kepada calon besannya itu.
Khaira kemudian menatap Dokter Bisma, “Jika suatu hari pihak kampus mengetahui hubungan pribadi antara Arsyilla dan Aksara? Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di masa yang akan datang,” jawabnya dengan menatap Dokter Bisma.
“Maafkan kami Bu Khaira, hanya saja jika ternyata Arsyilla positif, itu justru akan lebih berbahaya. Ada aspek kepentingan lainnya yang harus kita pikirkan,” ucap Kanaya yang seolah ingin meyakinkan Khaira.
Sebuah pemikiran yang juga rasional, jika memang akibat dari hubungan satu malam ini membuat Arsyilla positif hamil, maka masalah juga akan semakin pelik.
Helaan napas pun keluar begitu saja dari Khaira, jujur saja semuanya serba salah. Jika mereka berdua menikah, ada kode etik yang bisa mereka langgar, jika tidak bagaimana jika Arsyilla memang positif.
“Tidak apa-apa Sayang, untuk masa depan Arsyilla,” bisik Radit kepada istrinya itu. Pria itu mengangguk dan juga mengisyaratkan kepada istrinya supaya Khaira bisa menyetujuinya.
“Baiklah, hanya saja sebaiknya pihak universitas tidak mengetahui pernikahan mereka berdua.” Khaira berbicara pada akhirnya.
Terdapat ekspresi yang berbeda dari Aksara dan Arsyilla. Jika Arsyilla terlihat lesu dan tertunduk, sementara Aksara juga terlihat lega saat Khaira pada akhirnya menyetujui hubungan mereka berdua.
“Akhirnya …” Dokter Bisma berbicara, setelah tarik ulur pembicaraan yang cukup lama. Akhirnya Khaira pun setuju dengan syarat bahwa sebaiknya pernikahan mereka tidak diketahui pihak universitas.
“Jadi, kapan sebaiknya kita gelar pernikahan putra dan putri kita?” tanya Dokter Bisma kepada Radit.
Papa Radit kembali tampak berpikir, menatapkan sebuah pernikahan tidak seperti memilih tanggal seadanya. Perlu sebuah perhitungan dan persiapan dari mereka selaku pihak mempelai perempuan.
“Bagaimana, jika kami kembali berdiskusi dulu dan nanti kami akan mengunjungi keluarga Dokter Bisma dan Bu Kanaya untuk memberitahukan tanggalnya,” jawab Radit.
Pada akhirnya, Dokter Bisma dan Kanaya pun mengangguk, “Baiklah ….”
Usai diskusi antar orang tua yang sebelumnya berjalan alot, pertemuan itu diakhiri dengan minum Teh bersama dan beberapa camilan yang disediakan oleh Khaira.
Sementara, Aksara pun tampak memperhatikan interaksi dari calon mertuanya itu. Ada sesuatu yang dia sembunyikan, hanya saja dia belum bisa mengatakan kebenaran yang dia genggam hingga saat ini. Hingga akhirnya, pria itu berdiri dan mengekori Arsyilla yang tengah duduk di serambi rumahnya.
“Pada akhirnya hari bahagia kita akan terwujud,” ucap pria itu dengan duduk di samping Arsyilla dengan sebuah meja dari anyaman yang memisahkan keduanya di serambi rumah itu.
“Terlalu percaya diri,” sahut Arsyilla.
Pemuda itu justru mengedikkan bahunya, “Kamu harusnya bersyukur karena aku pria yang bertanggung jawab. Aku berani melakukannya dan aku bertanggung jawab.”
“Sebenarnya bagaimana malam itu bisa terjadi? Aku masih tidak habis pikir,” ucap Arsyilla kini yang memang tidak habis dengan semua yang telah terjadi malam itu.
Seolah ada potongan kejadian yang tidak pernah dia ingat, tetapi mengingat badannya yang kesakitan pagi itu dan juga tanda leher di lehernya bukankah menjadi bukti nyata bahwa mereka tengah bergumul bersama malam itu.
Sayangnya, Aksara tidak memberikan jawaban. “Entahlah … semua terjadi begitu saja.”
Sungguh jawaban itu bukanlah sebuah jawaban yang Arsyilla inginkan saat ini. Jawaban yang diberikan Aksara justru sama sekali tidak menjawab pertanyaannya.
Info:
Yang sudah pernah baca novel Dosen dan Mahasiswa sebelumnya. Ada kode etik yang mengatur Dosen dan Mahasiswa bahwa hubungan keduanya seharusnya profesional. Tidak melibatkan emosi dan kepentingan pribadi.
Maaf ya, aku kadang gemas dengan mereka yang menulis cerita tanpa riset terlebih dahulu. Padahal hubungan Dosen dan Mahasiswa tidak sesimpel itu.
Happy Reading🧡
Kisah ini makin seru kok... 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
maura shi
kanaya lebih bijak,mikir panjang,toh uda pd gede kn uda mahasiswa,emg kenpa kalo nikah sembunyi2 apa enknya,
2022-05-31
1
aniek mardiana
lanjut kak 😍
2022-05-23
0
Sui Ika
ya Aq setuju thor, bahwa ada kode etik mahasiswa dan kode etik dosen. dan juga kurang setuju dgn cerita lapak lain tentang dosen dan mahasiswa yg melakukan kontak fisik. Itu memang melanggar kode etik sebagai dosen, perbuatan asusila terhadap mahasiswa.
Tetapi, berpulang kembali kepada kampus masing-masing, setiap kampus memiliki peraturan kode etik sendiri. dan sanksi tersendiri. memang ada menandatangani fakta integritas sebagai seorang dosen
Tapi klo menikah, 🤔 sepertinya tidak ada larangan seperti itu. krn tingkat Perguruan tinggi dgn SMA memiliki peraturan yg berbeda.
2022-05-20
6