Aksara Untuk Arsyilla
Menjelang pagi hari itu. Seorang gadis berparas ayu tengah bangun dengan kesusahan. Merasakan badannya yang remuk redam, dan kepalanya begitu berat. Saat matanya mengerjap, dan kepalanya terasa begitu pening, justru gadis itu terlonjak kaget saat menyadari keadaannya yang tanpa busana. Keadaan yang begitu miris dan tidak pernah terbayangkan olehnya sebelumnya.
Air matanya berderai begitu saja, saat menyadari pakaian yang dia kenakan tengah berserakan di lantai kamar hotel, bahkan dirinya berbaring hanya terselimuti dengan sebuah selimut berwarna putih. Kemeja, celana panjang, bahkan pakaian dalamnya juga berhamburan begitu saja. Melihat semua busananya yang berserakan, pastilah terjadi hal yang tidak pernah dia inginkan.
"Ya Tuhan, apa yang sudah aku lakukan. Aku tidak ingat sama sekali. Bagaimana aku bisa berakhir seperti ini?" batinnya sembari memijat pelipisnya dan satu tangannya mempertahankan selimut putih yang menutupi area dadanya itu.
Saat gadis itu mulai menggerakkan kakinya di dalam selimut, terasalah ada tubuh manusia di dalam sana.
"Kaki … hah, ini kaki siapa?" gumamnya dengan masih berlinangan air mata.
"Tangan … ini tangan siapa?" gumamnya lagi.
Memberanikan dirinya untuk menoleh, ada punggung yang tanpa berbalut busana terlihat tengah berbaring di sisinya. Tiba-tiba gadis itu memejamkan matanya dengan dramatis, mungkinkah dia tengah melakukan sebuah dosa, sebuah hubungan terlarang. Lagipula, siapa pria yang memunggunginya sekarang ini?
"Punggung … tanpa busana juga? Ya Tuhan, mati aku. Pasti Mama dan Papa tidak akan mengampuniku." jeritnya dalam hati. "Tuhan, aku salah apa? Sampai-sampai aku harus mengalami bencana ini. Pasti karena alkohol semalam. Sialan." gerutunya dan memegangi kepalanya yang terasa kian berat rasanya.
Susah payah, dia mengumpulkan ingatannya nyatanya sia-sia, karena semakin dia berusaha mengingatnya, justru semakin membuatnya terasa pening. Berusaha mengingat bagaimana akhirnya dia bisa sampai ada di tempat ini, di dalam kamar hotel ini.
Perlahan gadis itu, menundukkan wajahnya guna melihat penampilan dirinya di balik selimut ini.
"Ya Tuhan … aku pun nyaris polos." batinnya sembari menyeka sendiri air mata yang keluar dari sudut matanya.
Rasanya gadis itu ingin segera bangkit dari tempat tidur itu dan mengambili pakaiannya yang berserakan di lantai dan mengenakannya kembali. Akan tetapi, jika dia mengambili pakaian itu yang ada justru dia tidak bisa mempertahankan selimut putih yang membungkus area dadanya itu. Keadaan yang benar-benar serba salah.
Hingga pergerakan dari gadis itu, nyatanya justru membangunkan pria yang berbaring di sisinya itu. Pria itu perlahan membuka matanya dan mengusap rambut yang beberapa helai menutupi keningnya. Pria itu memang tampan, terlebih dengan rambut acak-acakan di pagi hari, membuat pria itu terlihat seksi. Sayangnya, pemandangan pagi itu tidak ada yang menarik perhatian si gadis yang tengah menangis.
"Kau sudah bangun?" tanya pria itu sembari mengubah posisinya dan kini bersandar di head board. Membiarkan dadanya polos begitu saja, selimut putih itu hanya menutupi bagian kakinya.
Menyadari bahu gadis itu yang bergetar, pria itu lantas mendekati dan memberikan kecupan di bahu gadis itu yang terbuka lantaran tak tercover oleh selimut.
"Jangan menangis. Aku akan bertanggung jawab atas semuanya. Lagian semua ini terjadi karena kesepakatan bersama." ucapnya.
Sementara gadis itu justru kian terisak, terlebih tubuhnya bereaksi dengan menghindar saat sebuah bibir justru dengan beraninya mengecup punggungnya. Rasanya gadis itu ingin menampar pria yang kurang ajar padanya itu. Bagaimana bisa mengatakan bencana itu sebagai sebuah kesepakatan bersama, lagipula sudah jelas saat ini gadis itu sama sekali tidak mengingat kejadian yang sudah menyeretnya dalam hubungan terlarang semalam.
Perlahan pria itu beringsut, menyibak selimut yang menutupi area kakinya begitu saja. Menampilkan keadaan dirinya yang polos mutlak, lalu berjalan melenggang begitu saja ke kamar mandi.
"Lagipula kamu semalam sudah melihatnya … pakai pakaianmu kembali, aku akan mengantarkan kamu pulang."
Masih dengan terisak, gadis itu berusaha mengambili pakaiannya dan mengenakannya kembali. Sedikit melihat tampilannya di cermin yang memperlihatkan wajahnya yang lusuh dengan mata yang begitu sembab. Jangan lupakan juga sebuah kissmark yang berada di lehernya. Sepanas apa, tragedi semalam terjadi?
Kendati demikian, gadis itu berusaha berpikir jernih. Siap atau tidak siap, dia harus menghadapi Papa dan Mamanya. Sudah pasti Papa dan Mamanya akan murka.
"Maafkan aku Pa, Ma …" isaknya dalam tangisan yang merasa berdosa karena gagal untuk menjaga nama baik dan kehormatan Papa dan Mamanya.
Hingga akhirnya, pria itu keluar dari kamar mandi dan telah menggunakan pakaian lengkap. "Ayo, aku antar pulang. Di mana alamatmu?" tanya pria itu.
Akan tetapi, gadis itu segera menggeleng, "Enggak … aku bisa pulang sendiri." ucapnya bersikeras tidak ingin diantar pulang oleh pria yang telah menghabiskan semalam dengannya itu.
Pria itu justru menyeringai, "Jangan keras kepala. Ayo … lagipula, aku harus bertanggung jawab untuk semuanya kan."
"Tidak. Aku tidak mau menerima pertanggungjawaban dari pria sepertimu." sahutnya dengan memincingkan matanya. Seolah dia memang tidak benar-benar mau menerima pertanggungjawaban dari pria itu.
Hingga handphonenya pun berdering.
"Papa …" seketika gadis itu pun menjadi panik melihat nama Papanya keluar di layar smartphonenya.
Di tengah keraguannya, gadis itu memberanikan diri menggeser ikon hijau di layar handphonenya. Beberapa kali menghela napasnya sebelum bersuara dan menjawab suara Papanya itu.
"Ya Pa …" sahutnya dengan bibir yang bergetar.
"Kamu di mana Sayang? Barusan Mama ke kamar kamu, rupanya kamar kamu kosong. Segera pulang, Mama sudah mengkhawatirkan kamu." ucap sang Papa melalui panggilan selulernya itu.
"Ya Pa … aku akan segera pulang. Tunggu aku, Pa .…" jawabnya dengan takut.
Tidak tahu begitu telah sampai di rumah, apa yang akan diterimanya di rumah. Sudah pasti Papa dan Mamanya akan murka kepadanya. Membayangkan Papa dan Mamanya yang murka pun, rasanya begitu menyakitkan. Kendati demikian, nasi sudah menjadi bubur. Apa yang terjadi semalam tidak bisa dihindari.
"Kamu akan pulang dengan keadaan seperti itu? Kemeja yang tidak lengkap kancingnya? Dengan wajah sembabnya itu?" tanya yang pria yang kini terduduk di tempat tidur.
Gadis itu pun kembali memperhatikan penampilannya dengan menggigit bibir bagian dalamnya. Tidak mungkin juga dia pulang dengan keadaan seperti ini. Supir taksi pun pasti akan curiga dengan keadaannya yang kacau dan kancing kemejanya yang juga hilang.
"Sudah … aku antar pulang. Beritahukan di mana alamatmu, karena aku akan tanggung jawab atas semuanya." ucap pria itu yang kemudian berdiri dan menyentak tangan gadis itu untuk turut berdiri dan berjalan mengikutinya.
...🌸🌸🌸...
Halo My Bestie,
Kembali bertemu dicerita terbaru aku ya. Aksara untuk Arsyilla. Siapa yang sudah baca Bab pertama?☝🏻
Dukung, ramaikan ya. Jangan lupa vote dan terus ikutin setiap harinya. 💓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Emilia Dhamayanti
baca dr pembalasan istri tersakiti..cuss ke sini
2023-08-09
1
Edah J
hadirr☝️☝️☝️
isi absen nihh😉
2023-07-31
0
Siti Solikah
duh senangnya dengan semua cerita mb kirana
2023-06-01
1