Saat ini Arsyilla tengah mengguyur badannya di bawah dinginnya air shower. Berharap air yang dingin itu bisa mendinginkan kepala dan hatinya yang begitu kalut. Tidak dipungkiri kejadian semalam yang membuatnya berakhir di ranjang dengan pria yang tidak pernah dia lihat sebelumnya benar-benar membuatnya merasa dosa, jijik dengan dirinya sendiri. Air matanya kembali menetes, sekalipun kalah dengan guyuran air shower yang mengalir dengan begitu deras. Kedua bola matanya memerah lantaran sembab karena menangis dan juga bercampur dengan percikan air dari atas.
Usai mengguyur badannya dengan air dingin, Arsyilla yang hanya mengenakan bathrobe kemudian melihat penampilan dirinya di cermin. Mata yang sembab, wajahnya yang pucat tercetak jelas di pantulan cermin saat itu. Perlahan dia menyibak rambutnya sendiri, melihat noda merah di lehernya dan noda merah di atas dadanya. Gadis itu berlinangan air mata.
“Apa ini semua? Kenapa aku sama sekali tidak bisa mengingatnya,” gumamnya lirih sembari mengusap tanda merah di lehernya itu. Berharap hanya dengan mengusapnya tanda merah itu akan hilang, nyatanya usahanya sia-sia. Tanda itu justru terlihat semakin menyala di kulitnya yang putih.
Perlahan Arsyilla memejamkan matanya dan mencoba mengingat-ingat lagi peristiwa yang terjadi semalam. Mungkin saja ada sekelumit memori yang masih tersisa di otaknya.
***
Delapan Jam Sebelum Petaka Satu Malam …
Di pesta yang dia datangi bersama kekasihnya, Ravendra Wardhana atau yang biasa dipanggil Vendra itu Arsyilla masih ingat bahwa malam itu, dirinya hanya duduk sembari menunggu Vendra yang sedang ngobrol dengan beberapa temannya.
“Aku ke sana dulu ya? Itu ada temen aku yang datang dari London.” ucap pria yang sudah menjadi kekasih Arsyilla selama satu tahun terakhir.
Arsyilla pun mengangguk, “Iya … aku tunggu di sini saja.” ucapnya yang enggan untuk bertemu dengan banyak orang, lagipula dia sendiri tidak tahu juga dengan teman-teman Vendra.
Sekilas tentang Ravendra Wardhana, dia adalah pria muda yang bekerja untuk Ayahnya di perusahaan yang dibangun oleh Ayahnya sendiri. Berbekal dengan Ilmu Bisnis yang dia geluti, nyatanya bisa mengantarkan pria itu pada posisinya sekarang ini.
“Oke, jangan kemana-mana ya … aku cuma sebentar. Lima sampai sepuluh menit, tunggu aku.” ucap Vendra sembari berbalik badan dan tersenyum kepada kekasihnya itu.
Arsyilla hanya mengangguk. “Iya, sana-sana.” ucapnya.
Akan tetapi, baru beberapa saat Vendra pergi, pria itu kemudian kembali menemui Arsyilla dan menyodorkan segelas Orange Jus untuk Arsyilla.
“Ini … minumlah terlebih dahulu, sambil menungguku.” ucap pria itu sembari mengedipkan matanya.
Arsyilla kemudian mengangguk dan mulai menyesap Orange Jus itu. Dia melihat sekeliling, di tempat yang begitu ramai itu sayangnya sama sekali tidak ada yang dia kenali. Wajah-wajah di sana begitu asing untuknya. Hingga akhirnya, Arsyilla kembali menegak habis Orange Jus itu. Sialnya, usai menghabiskan segelas Orange Jus, matanya menjadi berkunang-kunang, dan gadis itu merasakan ada sesuatu yang aneh dalam perutnya, hingga membuatnya sedikit berlari menuju toilet.
Dalam setiap langkah yang dia ambil dan pandangannya yang mulai mengabur, satu telapak tangannya ditaruh untuk menutupi mulutnya. “Kumohon … jangan sampai aku muntah di sini.” batinnya dalam hati.
Berlari sembari menyeret kakinya, akhirnya Arsyilla sampai di toilet wanita. Rasa menyeruak dia rasakan di tenggorokkannya, dan dadanya menjadi begitu panas. Gadis itu memuntahkan semua isi perutnya di toilet. Air matanya berlinang begitu saja dari sudut matanya.
“Ya Tuhan … minuman apa ini.” gumamnya sembari membasuh mulutnya dengan air yang mengalir dari kran wastafel di hadapannya.
Sayangnya, saat itu pandangan matanya kian kabur … yang dia ingat adalah saat itu dirinya mungkin saja terjatuh atau tertidur di Toilet wanita. Akan tetapi, bagaimana dia berakhir di ranjang bersama seorang pria dan itu bukan Vendra.
***
Sekarang, Arsyilla membaringkan dirinya di tempat tidurnya dan membenamkan wajahnya ke bentalnya. Matanya terpejam dan masih berupaya untuk mengumpulkan kembali ingatannya.
“Ingatanku tidak mungkin salah … ya, ingatan terakhir yang kumiliki adalah aku berada di Toilet memuntahkan isi perutku dan menyeka mulutku. Lalu, bagaimana aku bisa berakhir di ranjang dengan pria itu?” gumam Arsyilla lagi.
Lagi-lagi buliran bening air matanya menetes membasahi bantalnya. Arsyilla berusaha mengumpulkan kembali memori dalam ingatannya.
“Ayolah otakku … setelah itu apa yang terjadi? Bagaimana aku bisa jatuh dalam dosa itu? Padahal aku sendiri tidak mengingatnya.” Arsyilla tampaknya mulai setengah gila, berbicara kepada otaknya sendiri untuk mengumpulkan memorinya. Masih banyak potongan memori yang berusaha dia kumpulkan. Sayangnya terasa begitu sulit untuk mengingat semua peristiwa petaka yang terjadi malam itu.
Saat Arsyilla tengah berusaha mencari sekelumit memori yang mungkin saja masih tersisa, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar.
“Masuk,” jawab Arsyilla dari dalam dan dia segera mengangkat wajahnya, menyeka sisa-sisa air mata dan juga merapikan rambutnya.
Rupanya Mamanya yang datang dan membawa secangkir Teh Madu hangat dalam sebuah nampan kecil.
“Diminum dulu, Syilla …” ucap sang Mama sembari memberikan secangkir Teh Madu itu untuk Arsyilla.
“Makasih Ma …” jawab Arsyilla dengan bibirnya yang bergetar. Tidak menyangka ternyata Mamanya masih menaruh perhatian kepadanya, dan Teh Madu ini adalah minuman kesukaannya. Kali ini sang Mama datang dan membawakan minuman kesukaannya justru membuat Arsyilla menangis.
“Maaf Ma … Mama baik banget sama Syilla, padahal Syilla tahu bahwa Syilla sudah mengecewakan Mama dan Papa. Maaf Ma.” ucapnya dengan suara yang serak lantaran menangis.
Mama Khaira pun mengangguk, “Kasih seorang Ibu sepanjang zaman, Syilla … walaupun demikian, Mama tidak mentolerir apa yang kamu lakukan. Kesalahan tetaplah kesalahan. Tetap saja kamu bersalah dalam hal ini, tetapi cinta dan kasih sayang Mama tidak akan menghiraukan anaknya begitu saja bukan?” ucapnya.
Perlahan Arsyilla mengangguk, “Iya Ma … Syilla tidak bisa berbicara apa-apa lagi, selain meminta maaf kepada Mama dan Papa. Syilla benar-benar menyesal Ma.” akunya lagi. Tidak dipungkiri dirinya begitu menyesal dan Arsyilla hanya bisa meminta maaf kepada Mama dan Papanya.
“Kamu minum dulu Teh Madu hangat kesukaanmu itu, setelah ini turun ke bawah. Mama sudah memasak makanan untukmu. Jangan biarkan perutmu kosong yang akan membuatnya masuk ke Rumah Sakit nantinya,” nasihat dari Mamanya.
Usai mengatakan itu, Mama Khaira pun berbalik dan hendak meninggalkan kamar Arsyilla. Akan tetapi, ada tangan Arsyilla yang tampak memegangi pergelangan tangan Mamanya. Gadis itu kemudian berdiri dan memeluk Mamanya. “Maafkan Syilla, Ma … jauh di atas semuanya Syilla sangat menyayangi Mama dan Papa. Maaf Ma.” ucapnya lagi-lagi meminta maaf dan membiarkan air matanya luruh sepenuhnya di dalam pelukan sang Mama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Nike Natalie
GK usah nangis,,,crt SM mm papa,,,bangkit lagii,,,,dunia ini GK sempit,,,,masih muda ,,masa depanmu masih panjang,,,kekny pacarnya syilla biang kerokny,,,
2023-06-01
2
Gauri Utama
Apa sebenarnya Arsilla di jebak Vendra atau orang lain yg iri sama Arsilla?
2022-10-19
1
Putri Minwa
kasihan juga sih sama arsilla
2022-07-20
1