Pagi ini di meja makan keluarga Radit, ada yang berbeda. Itu karena ada sosok Arshaka yang turut duduk dan mengisi tempatnya di meja makan yang memang berukuran tidak terlalu besar itu. Putranya yang kuliah di Singapura selama sekian tahun, akhirnya akan kembali membuat formasi keluarga kecil itu lengkap.
Jika sudah beberapa pagi Arsyilla memilih tidak bergabung dalam sarapan, karena dirinya tidak berani menatap sang Papa. Kali ini, dengan hadirnya Arshaka, maka Arsyilla merasa harus kembali bergabung di meja makan.
“Pagi Mama, Shaka, dan Papa …” Gadis itu menyapa kepada anggota keluarga yang sudah berada di meja makan itu.
“Pagi,” jawab Khaira.
“Pagi Kak,” jawab Arshaka.
Dan, pagi ini pun sang Papa masih memasang mode silent. Pria itu hanya mengangguk sembari mencecap Teh hangat buatan istrinya.
“Hari ini mengajar sampai jam berapa Kak?” tanya Arshaka kepada sang Kakak.
“Seperti biasanya, sampai sore,” jawabnya.
Arshaka pun mengangguk, “Dijemput Mas Aksara, Kak?”
Entah mengapa rasanya bahwa adiknya itu sudah bisa menerima keberadaan Aksara. Padahal Arsyilla masih gamang dengan perasaannya. Sama halnya dengan Radit dan Khaira yang belum membahas ke arah sana. Sekalipun Radit memang sudah berkata kepada istrinya bahwa Aksara harus bertanggung jawab terhadap putrinya, tetapi semuanya itu belum ada pembicaraan secara resmi.
“Tidak,” jawab Arsyilla dengan cepat. Wanita itu tampak membolakan kedua matanya dan setelah berkedip, sebuah sinyal supaya tidak membicarakan perihal Aksara pagi ini.
Sayangnya, Arshaka tampak tidak menghiraukan kedipan mata yang diberikan oleh Kakaknya itu. Kali ini, justru pemuda itu lagi-lagi berbicara dan membahas tentang Aksara.
“Kenapa tidak diantar, Kak? Bukankah dia calon suamimu, Kak?” tanyanya lagi.
Kali ini rasanya Arsyilla ingin benar-benar menggetok kepala si adik. Bisa-bisanya membahas Aksara dan tentang calon suami di saat ada Papanya yang masih marah kepadanya.
Oleh karena itu, Arsyilla berniat untuk segera menghabiskan sarapannya. Dia ingin segera berangkat ke kampus, daripada harus meladeni adiknya yang kepo itu.
“Aku duluan yah …” Arsyilla berpamitan kepada Mama, Papa, dan Arshaka. Dia sudah berdiri dan membawa tasnya.
“Tunggu, Syilla.” Rupanya Mama Khaira yang kali ini menghentikannya. Sehingga Arsyilla kembali memutar badannya dan menghentikan langkah kakinya.
“Ya Ma, ada apa?” tanya Arsyilla kepada sang Mama.
Mama Khaira kemudian memanggil suaminya, “Pa, tolong antarkan Syilla ke kampus dong, Pa. Hari ini, Mama mau pinjem mobilnya Syilla buat muter-muter sama Shaka.”
“Mau kemana Ma?” tanya Radit yang menelisik ke mana istrinya itu akan pergi bersama dengan putranya.
Mama Khaira pun tersenyum, “Rahasia dong. Mama mau menghabiskan waktu dengan putranya Mama, sebelum dia bekerja nanti.”
Maka dari itu, Papa Radit pun segera berdiri. Kemudian dia berjalan mendahului Arsyilla.
“Ayo, Papa antar.” Sekalipun sang Papa berkata tanpa melihat wajahnya dan suaranya masih terdengar begitu dingin, tetapi seutas senyuman terlihat dari wajah Arsyilla.
Dalam hatinya, Aryilla sangat tahu bahwa ini adalah upaya yang sudah direncanakan oleh Mamanya.
Biasanya, saat diantar oleh Papanya, ada banyak hal yang dibahas dengan sang Papa mulai dari teknik bangunan hingga sepakbola. Sekarang di dalam mobil itu, dirinya hanya bisa diam dan masih ada rasa takut untuk mengajak sang Papa berbicara.
Hingga saat mobil yang dikemudikan sang Papa sudah berhenti di parkiran kampusnya, Arsyilla pun baru berani berbicara.
“Makasih Pa, sudah mengantarkan Syilla,” ucapnya dengan menunduk.
Setelahnya, Arsyilla segera bergegas turun dari mobil itu dan memasuki gedung kampusnya dengan hati yang masih merasa sedih karena Papanya masih marah kepadanya. Andai bisa, Arsyilla ingin bisa kembali menikmati masa-masa indah dan hangat bersama Papanya yang selalu menyayangi dan memperhatikannya.
***
Sore hari saat jam mengajar Arsyilla usai, dia segera bergegas meninggalkan kampus dan berniat untuk kembali pulang. Begitu sudah sampai di parkiran kampus, Arsyilla ingin memesan taksi online yang akan mengantarkannya. Akan tetapi, tidak jauh dari tempatnya berdiri dia melihat ada sebuah mobil berwarna silver yang sangat familiar baginya.
“Mobil Papa? Benarkah itu Papa?”
Arsyilla bergumam sembari berjalan mendekati mobil berwarna silver yang terparkir di parkiran Kampus Teknik itu.
“Papa,” Arsyilla menyapa sembari mengetik kaca mobil milik Papanya.
“Masuk.” Radit menjawab, dan membuka pintu itu dari dalam, sehingga Arsyilla bisa segera masuk ke dalam mobil itu.
Arsyilla pun tersenyum saat mengetahui ada Papanya yang menjemputnya kini. Dia pun mulai mengeluarkan suaranya, “Makasih Pa, sudah menjemput Syilla,” ucapnya berterima kasih kepada Papanya.
“Mamamu yang menyuruh Papa.” Satu kalimat itu meluncur dari mulut Papa Radit.
Dalam hatinya, Arsyilla benar-benar bersyukur karena rupanya Mamanya merencanakan berbagai upaya untuk bisa mendekatkan dirinya dengan Papanya. Sungguh, Arsyilla akan mengucapkan terima kasihnya kepada sang Mama.
“Iya Pa, makasih sudah memperhatikan Syilla,” lagi Arsyilla berbicara. Kendati sang Papa hanya mengatakan bahwa dirinya menjemput Arsyilla hanya karena Mamanya yang sudah menyuruhnya, Arsyilla tetap bahagia. Itu berarti, dalam hatinya Papa Radit masih sayang dan mempedulikannya.
Dalam hatinya, Arsyilla pun berdoa semoga saja hubungannya dengan Papa Radit segera membaik. Semoga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa berbaikan dengan Papanya. Sungguh tidak enak jika harus diam kepada orang tua sendiri, sayangnya terkadang ada rasa takut yang menyelimuti untuk mengajak berbicara dan menunjukkan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya. Oleh karena itu, karena Mamanya sudah berupaya dan menyusun rencana untuk bisa mencairkan es di hati suaminya, Arsyilla pun akan berusaha untuk bisa kembali berhubungan baik dengan Papanya itu.
“Pa, minta tolong mampir ke mini market sebentar bisa Pa?” tanya Arsyilla kepada Papanya yang sudah mengemudikan mobilnya itu.
“Iya,” Papa Radit menjawab dengan sangat singkat.
“Makasih Pa,” jawab Arsyilla. Seolah kali ini Arsyilla harus lebih aktif untuk mengajak Papanya itu mengobrol.
Rupanya benar, begitu ada mini market, Radit segera menepikan mobilnya. Membiarkan putrinya itu untuk masuk ke dalam mini market, dan dia masih menunggu di dalam mobil.
Kurang lebih selama sepuluh menit, Arsyilla kembali dengan kantong plastik yang berisikan berbagai camilan yang dia beli. Kemudian dia menyodorkan sebotol teh beraroma melati kepada Papanya.
“Tehnya, Pa … diminum ya Pa.” Arsyilla kembali berbicara.
“Hmm, makasih,” jawab Papa Radit.
Setidaknya Arsyilla akan terus berusaha. Dengan kasih sayangnya dan dengan upayanya, dia yakin bahwa hubungannya dengan Papanya akan kembali seperti sedia kala. Kesabaran dan upaya akan mendatangkan hasil yang memuaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Nany Setyarsi
semangat syilla.
kami harus berjuang untuk mendapatkan kepercayaan dan cinta dr papa Radit.
kalo papa dan anak kompak LG,masalah apapun akan lbh mudah dihadapi bersama
2022-05-15
5
𝓙𝓪𝓷𝓲𝓮 🍵
juteknya ky sm pacarnya 🤭
2022-05-15
2
⸙ᵍᵏoᷡuͦbᷡliͣer༄༅⃟𝐐
duh mode jutek papa radit keluar lagi terakhir papa Radit bersikap gitu waktu awal menikah sm mama khaira jd inget masa awal" Papa Radit menikah dl lama kelamaan jd gedek🤭😁😁
2022-05-15
3