"Kita bertemu lagi Bu Arsyilla Kirana …"
Suara bariton yang terdengar merdu itu nyatanya justru membuat seluruh tubuh Arsyilla menegang. Masih dia ingat pagi ketika bangun dan mendengar suara ini. Kecupan di pundaknya yang terbuka dan juga suara yang memastikan akan bertanggung jawab dengannya.
Sungguh, semua ini benar-benar membuat Arsyilla tercekat. Ingin rasanya dia berlari sejauh mungkin dari pria yang ada di hadapannya itu.
Perlahan satu tangan Aksara bergerak dan menyentuh bahu Arsyilla. Akan tetapi, dengan sigap Arsyilla menghempaskan tangan yang saat itu memegang bahunya itu.
"Jangan sentuh aku …" ucapnya dengan badannya yang begitu menegang.
Akan tetapi, pria yang baru saja dihempaskan tangannya itu menyeringai. "Aku bahkan sudah menyentuhmu lebih dari ini." ucapnya dengan penuh percaya diri.
"Stop. Jangan berbicara sembarang di sini, karena di sini aku adalah Dosen dan kamu adalah mahasiswa. Tolong, kendalikan bicaramu itu." ucap Arsyilla yang memperingatkan mahasiswanya itu.
Kali ini Arsyilla ingin menegaskan kedudukan dan status keduanya yang adalah seorang dosen dan seorang mahasiswa. Di mana tentu aturan dari Universitas itulah yang berlaku.
"Biar aku antar pulang …" Aksara kembali berbicara dan kali ini terlihat dengan nada bicara yang lebih lembut.
Dengan cepat Arsyilla menggelengkan kepalanya, "Tidak … tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri," ucapnya sembari tangannya berusaha menahan supaya pria itu tidak perlu mengantarkannya pulang.
Sayangnya Aksara tampak tak bergeming, sementara Arsyilla dengan cepat melangkahkan kakinya. Sebisa mungkin dia harus lepas dari pria yang bernama Aksara ini. Waktu mengajarnya juga sudah selesai, sehingga Arsyilla berniat untuk segera pulang ke rumah.
Semakin mempercepat langkah kakinya, Arsyilla berusaha keluar dari kampus secepat mungkin. Arsyilla pun tahu bisa ada sepasang kaki yang mengikuti di belakangnya, tetapi dia berusaha mengabaikan semuanya itu dan terus berjalan. Hingga saat Arsyilla sudah berada di depan kampusnya, wanita itu mulai menghela napasnya dan dia berbalik menatap pria yang seolah bersikeras mengikutinya itu.
“Stop! Jangan ikuti aku lagi.” Arsyilla berbicara dengan menatap nyalang pada pria yang tak lain adalah Aksara itu.
“Harusnya kamu berterima kasih karena aku menjagamu dan memastikan keselamatanmu,” sahut Aksara yang seolah begitu suka meladeni adu mulut dari wanita yang kini berdiri hanya beberapa langkah saja di depannya itu. Seolah pemuda itu menghiraukan bahwa yang berdiri di hadapannya adalah dosennya.
Arsyilla pun berdecih, “Menjaga apanya? Yang ada kamu menodaiku. Kamu tega sama aku,” ucap Arsyilla dengan lirih. Mereka masih berada di lingkungan kampus, sehingga tidak boleh berbicara terlalu keras dan sembarangan.
Sebab bagi Arsyilla, Aksara sama sekali tidak menjaganya. Hanya ada justru pria itulah yang sudah menodainya. Kesalahan fatal dari seorang Aksara akan selamanya dia ingat, untuk itu jika saat ini Aksara berkata bahwa dia ingin menjaganya, maka semua itu adalah omong kosong belajar bagi Arsyilla.
Perlahan Aksara mendekat, pria itu seketika meraih tangan Dosennya itu dan seolah menyeretnya dengan paksa untuk mengikutinya.
“Lepaskan aku!” ronta Arsyilla.
Sayangnya Aksara seolah tidak menghiraukan suara dari wanita yang sekarang tangannya berada di dalam genggamannya itu. Pria itu terus berjalan dan menggenggam pergelangan tangan Arsyilla, kemudian dia memasukkan Arsyilla ke dalam mobil mewah miliknya.
“Lepaskan!” sentak Arsyilla lagi.
Akan tetapi, Aksara tidak bergeming. Pria itu memasuki mobilnya dan mengetuk-etukkan jarinya di stir kemudinya.
“Psycho!” umpat Arsyilla yang merasa tidak suka dengan perlakuan dari pria yang kini duduk di kursi kemudi itu.
Aksara menyeringai, pria itu memajukan badannya dan seolah mengikis jaraknya dengan Arsyilla. Mendekatinya perlahan dengan kedua mata yang sepenuhnya hanya menatap Arsyilla. Saat Aksara berupaya mendekat, Arsyilla memilih memundurkan badannya.
“Jangan dekati aku.” ucap Arsyilla kali ini. Sungguh, dia tidak ingin didekati oleh Aksara.
Sayangnya, Aksara seolah tak menghiraukan dan dia terus mengikis jaraknya. Kini jarak kemudiannya hanya tinggal beberapa centimeter saja. Seolah reflek, Arsyilla menyilangkan kedua tangannya di dada sebagai bentuk tindakan defensif untuk mempertahankan dirinya.
“Jangan dekati aku,” ucapnya lagi yang kini merasa bahwa dirinya benar-benar berada di dalam keadaan bahaya.
Namun, saat Arsyilla hampir saja meneteskan air matanya, perlahan Aksara tersenyum dan mengacak dengan lembut puncak kepala Dosennya itu. “Setakut itu kamu kepadaku? Hmm.” tanyanya kepada Arsyilla.
Mata yang semula menyipit, perlahan melebar. Kedua tangan yang semula menyilang di depan dada, perlahan luruh begitu saja. Rasa takut dan tegang yang semula menyelimutinya, perlahan luruh juga.
“Harusnya kamu jangan takut padaku, kan aku ini calon suami kamu,” ucap pria itu dengan begitu entengnya.
Lagi-lagi Aksara itu berbicara dengan penuh percaya diri bahwa mengatakan bahwa dia adalah calon suaminya. Padahal semua itu adalah pengakuannya saja, pihak orang tua sama sekali belum mengambil keputusan.
Di satu sisi Arsyilla menggeleng, tidak mengira bahwa pria itu terlalu percaya diri dan juga begitu menyebalkan. Rasanya Arsyilla begitu jengah menghadapi pria bernama Aksara itu.
“Enggak! Lagian siapa yang mau nikah sama kamu, si Mahasiswa hiatus,” sahutnya lagi yang benar-benar menolak untuk menikah dengan pria yang telah menghabiskan satu malam dengannya dan sekaligus menjadi mahasiswanya itu.
Pria itu kembali tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Kamu yakin tidak mau menerima pertanggungan jawaban dariku? Kalau ternyata di dalam rahim kamu sudah mulai bersemi bakal bayi dari benihku bagaimana?” tanya Aksara kini secara terang-terangan kepada Arsyilla.
Apa yang diucapkan Aksara sebenarnya juga isapan jempol semata. Proses pembuahan bisa terjadi kapan saja, bisa saja sekali tembak dan terjadi pembuahan di dalam sana.
Arsyilla menggeleng, “Kupastikan tidak akan terjadi apa-apa di dalam sini,” jawabnya dengan ketus sembari kedua tangan yang bergerak refleks memegangi perutnya yang masih rata.
“Oh ya? Seyakin itu kah? Padahal aku pernah 4 Semester kuliah Kedokteran kalau proses Fertilisasi (pembuahan) bisa terjadi hanya dalam waktu 72 jam. Sudah lebih dari 72 jam kan? Jadi mungkin saja ada bakal bayi yang sedang tumbuh di dalam rahimnya.” Aksara berbicara dengan menggerakkan alisnya.
Kedua mata Arsyilla membola dengan sempurna, apa yang dikatakan pria di sampingnya itu seolah membuat pandangan wanita itu menjadi berkunang-kunang. Mungkinkah proses fertilisasi yang membutuhkan waktu 72 jam? Bagaimana jika yang dikatakan oleh pria itu benar? Tidak! Tidak, Arsyilla mengatakan pada dirinya sendiri bahwa apa yang dikatakan oleh pria itu tidak benar. Dia akan memastikan bahwa dirinya baik-baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Lilik Juhariah
novelnya bagus alurnya
2022-07-29
1
🌹🌹fans oppa Sehun 💟💟😍😍
lanjut
2022-07-12
1
座る`•
jccghvhhgffghhjffghhjjkjgddghvdsfthbvffgghgbbggh,,,,,,,,,,,,,$8796
bolehkah aku minta Mama yang nggak Sari kali halo Mama aku bisakah kamu kitg vvvvbbbbbbbbbbbbbbbbbbb a berikan apapun dari kamu sudah apa yang kamu ingin dari pacarku yang cantik
2022-06-07
0