Setelah selesai makan, Pasca landing dari perjalanan jakarta-bali, Mereka pun segera menuju ke villa milik keluarga Javier, karena rencananya papa dan mama akan menginap di sana. Selain pengamanannya yang cukup ketat, di sana juga merupakan tempat keluarga Javier bermarkas, artinya seluruh kegiatan perekonomian dan juga perdagangan yang dilakukan oleh keluarga Javier bisa diakses langsung dari tempat itu.
Bagi Papa dan Hans di manapun mereka berada mereka harus bisa tetap terkoneksi dengan kantor dan perusahaan yang mereka miliki jadi apabila ada permasalahan yang datang mereka bisa langsung menyelesaikannya dengan mudah.
"Hans, ingat pesan papa, kamu jangan main di lain tempat, kayaknya kamu sedang ada dalam pengawasan seseorang. Papa hanya takutt dengan keselamatan Letta!" kata papa mengingatkan dengan wajah serius sehingga Hans tahu kalau saat ini sangatlah genting dan memang harus dipertimbangkan baik baik.
"Baik aku mengerti apayang dimaksud sama papa, jangan cemas, aku juga merasakan ada yang janggal."
"Baguslah kalau kamu paham, kasihan Letta!!Jangan sampai apa yang terjadi sama Nilam akan bisa terjadi sama Letta, kamu tahu kan betapa besar musuh kita akan bertindak?Apalagi sekarang ada orang lain yang bisa dijadikan 'kelemahan' kamu!!Ingat ini . . . " kata papa lagi, ia senang karena sang anak semata wayangnya sudah mengerti betapa bahayanya situasi sekarang karena Rival yang belum diketahui oleh keluarga Javier.
" Oke oke aku tahu Pa, jangan terlalu menekan seperti itu karena aku takut kalau sampai Leta malah ketakutan, dan malam membuat semuanya menjadi runyam, karena itu juga akan mempengaruhi suasana bulan madu yang aku akan lakukan, pa!" sungut Hans setelah Letta diajak mama untuk masuk ke dalam. Jadi ia bisa bicara lebih bebas lagi dengan papanya karena dia tidak mau kalau sampai Letta ketakutan karena musuh dalam selimut yang belum diketahui oleh dirinya saat ini.
Karena yang pasti Deera itu tak mungkin bekerja sendirian dan pasti ada dalang yang lebih besar daripada Deera, yang mestinya merupakan lawan bisnis dari keluarga Javier.
" Maaf kalau Papa kesannya jadi menekan dan juga menakut-nakuti, tapi sebenarnya bukan itu maksud Papa. Papa hanya menginginkan kalau kalian itu lebih hati-hati dengan orang-orang yang baru dan juga lebih waspada karena mereka bisa jadi adalah orang yang menyamar sebagai lingkaran kita. Padahal mereka itu adalah orang jahat yang hendak mengganggu dan melakukan kejahatan kepada keluarga kita. Papa sama sekali tidak terlalu khawatir dengan kamu karena kamu memang sudah dibekali dari mulai kamu kecil untuk memiliki ilmu bela diri namun tidak demikian dengan Letta, dia sangat awam dan masih terlalu polos, papa cemas dengan dia." kata papa yang membuat Hans malah mencebik kesal karena dia tak perlu papanya untuk mencemaskan Letta.
"Pa, lebih baik Papa itu mengkhawatirkan Mama karena Mama juga tidak memiliki ilmu bela diri yang bagus, mama hanya bisanya belanja dan shopping-shopping saja, tapi kenapa kok papa malah khawatirnya sama Letta, bukannya sama mama saja?" nada posesif ada di setiap kalimat yang diucapkan oleh hans tadi kepada Papanya, membuat Papanya hanya bisa memutar bola matanya dengan besar karena anaknya yang bisa-bisanya cemburu melihat perhatian papanya yang sedikit intim dengan istrinya itu.
" Astaga jangan bilang kalau kamu itu cemburu dengan apa yang Papa lakukan barusan saja ini, kamu pikir papamu ini kayak kamu yang Playboy banget itu? apa-apa saja heran Bagaimana kamu itu bisa se Playboy itu." sergah sang Papa dengan nada kesal karena anaknya terkesan menuduh dirinya terlalu memperhatikan menantunya itu.
" He he he i am sorry pa! Habisnya Kenapa papa malah perhatian sama Aleta, bukannya sama mama yang sama-sama tidak bisa beladiri sama sekali?" tanya Hans dengan nada menyelidik.
"Ya karena, Deera sukanya sama kamu dan bukan sama papa, jadi dia pasti ingin menjatuhkan siapa saj yang bersanding dengan kamu . . " kata papa dengan tegas.
"Tenang saja Pa! Deera sudah dalam pengawasan aku dan juga asistenku, si Afid. Yang paling penting adalah dia hanya kupertahankan sampai bayinya lahir karena di bayi akan aku bawa ke panti asuhan milikku, dan biarlah anak bayi yang tak bersalah itu, tak tercemar oleh ibunya. Dan tentunya setelah ia melahirkan aku juga akan menghabisi Deera," ujarnya dengan santai.
" Tapi kamu masih belum mengetahui siapa dalang sebenarnya, dan kamu juga masih belum mengetahui siapa yang menyuruh wanita ular itu untuk melakukan segalanya? Bisa mungkin orang itu akan mengirimkan wanita-wanita yang lainnya untuk menggoda kamu, Makanya kamu jangan sombong dulu!" nasihat sang papa dengan nada lirih, supaya anak laki-laki semata wayangnya itu tidak grusa grusu dalam melakukan tindakan-tindakan karena Papa takut kalau tindakan itu akan disesali oleh anak semata wayangnya itu nanti.
" Tapi aku akan tetap melakukan apa yang aku pikirkan tadi kepada Deera, sang wanita ular itu, karena ini adalah untuk pembelajaran buat wanita itu untuk Tidak sembarangan melakukan hal-hal yang membuatku marah, Bayangkan saja dia berani-beraninya melakukan hal yang akhirnya membuat dirinya terjebak di dalam tempat penyiksaan yang sengaja aku buat untuk orang-orang yang menyakiti keluargaku." kata Hans dengan nada tegas, tanpa belas kasihan sama sekali padahal orang yang dihukumnya itu adalah seorang wanita.
Sang Papa sadar bahwa inilah wajah asli dari sang pria Casanova yang dipuja oleh banyak wanita karena ketampanan dan juga tubuhnya yang atletis.
Di balik ketampanan wajahnya dan juga sifatnya yang lembut ternyata ada sisi liar dan juga Sisi kelam dari seorang Hans yang menjadi Pujaan para wanita.
Sang Papa hanya bisa mendesah lelah karena dirinya sadar bahwa Hans melakukan segala sesuatunya itu karena mereka memulainya terlebih dahulu, namun daripada memberikannya kepada pihak kepolisian untuk hukuman mereka, Hans memilih untuk menghukum mereka sendiri dengan caranya.
Hal yang tidak pernah diketahui oleh sang Papa adalah bahwa Hans sudah membuat jaringan keamanan dan juga orang-orang yang terpilih untuk menjadi pengawal serta orang-orang kuat di balik seorang Hans.
.
.
.
TBC
Hai readers, maaf kalau kemarin tidak bisa upload karena kondisi tubuh yang capek, tapi sebagai Gantinya hari ini author akan membuat dua chapter sekaligus yaitu sekarang dan nanti setelah jam 06.00 sore, kalau begitu Ditunggu saja ya jangan lupa like dan juga vote, eh komentar juga ditunggu, Happy reading!!
sambil menunggu autor update cerita ini bisa juga pembaca Langsung cek beberapa novel dari author yang sudah tamat. . .
The Sweet Revenge
Setelah Dewi sadar, ia langsung dibawa ke ruangan VIP1, dan ia segera di kerumuni oleh semua orang, termasuk Azka dan juga Nolla. Tapi herannya, Dewi sama sekali tidak mau menatap kearah Azka, sehingga Azka juga bingung, salah apakah dirinya?
Padahal biasanya Dewi itu selalu menatap dengan tatapan memuja kepada Azka. Tapi kini tatapan itu hilang ... kenapa tiba-tiba rasanya ada yang nggak beres dengan perasaan Azka?
“Kenapa kamu bisa ada di sana?” tanya papa Sena dengan nada menyelidik.
“Kan kak Langit besok ultah, cuman mau kasi kado saja sih!” kata Dewi dengan nada datar serta dingin.
Kak Langit? Sejak kapan Ay manggil aku Langit? Bukannya dia selalu
manggil kak Azka ya? batin Azka dengan tatapan heran yang ditujukan kepada Dewi tapi sayangnya Dewi tidak membalas tatapannya.
“ Lha kan acaranya besok? Kenapa kamu kasih sekarang?” tanya mama Della dengan suaranya yang lembut dan penuh kasih sayang.
“Aku besok mau sudah pergi, Ma! Karena jurnal magangku di perusahaan Jogya di terima jadi besok aku sudah berangkat disana, syukur syukur kalau nanti aku di jadikan kepala cabang disana.” Kata Dewi sambil bercanda.
Ya kali masak karyawan magang bisa langsung jadi kepala cabang. Nah kalau menikahi ownernya mungkin Dewi bisa jadi CEOnya malahan ga usah susah jadi kepala cabang segala kan?
“Loh kamu kan sudah magang di tempat kak Azka ? Kenapa kamu pindah? Lebih gampang jadi kepala cabang di tempat kak Azka kali De.” tanya Nolla dengan nada heran, tadi katanya ia semangat mau merebut Azka dengan cara halal dan menyingkirkan Pamela.
Sekarang kok ngomongnya beda? Pasti ada sesuatu yang tidak beres ini! Nolla melirik ke arah Azka.
Azka juga bertanya tanya hal yang sama dengan adiknya, pasti ada yang gak beres, soalnya Dewi kayak menghindari dirinya banget.
“He he he gak pa pa sih! Mau cari suasana baru, lagian David juga
bakalan di Jogya juga selama 1 bulan, ada kerjaan juga dia disana!” katanya dengan nada bersemangat, tapi entah kenapa mereka semua merasa kalau ada kesedihan di balik semuanya itu.
“Ya sudah kalau emang kamu mantap ada di sana.” Kata papanya dengan santai, ia pasti bisa menyelidiki apa yang membuat anak perempuan satu satunya itu kayak gak bersemangat.
“Jadi, kamu bakal resign di perusahaan kakak?” tanya Azka dengan suara baritone seksinya, tapi dia tambah heran karena Dewi hanya mengangguk mantap tanpa menjawab apa apa.
Ngapain aku harus berada satu udara dengan kamu kalau menyakitkan seperti ini? Toh besok kamu bakal jadi tunangan orang lain. Kukira aku pun bisa pindah ke lain hati dan membalaskan dendamku, aku akan berubah menjadi seseorang yang akan kau sesali. Aku pasti bisa asalkan aku mau untuk berusaha keluar dari udara yang sama dengan kamu, pikir Dewi memantapkan hati untuk pergi dari Jakarta dan pindah ke Jogya.
Ia tahu kalau sahabat sedari oroknya itu memiliki perusahaan sampingan
di Jogyakarta dan niatnya adalah meminta tolong David secara paksa dan untuk memindahkan jurnal magangnya ke tempat David dan juga memindahkan dirinya ke jogyakarta secepatnya.
“Papa dan mama lebih baik pulang dulu saja, ada Nolla dan aku disini.
Biar aku dan Nolla saja yang menjaga Dewi disini.” kata Azka dengan nada tegas, ia harus menyelidiki Dewi, serta tingkahnya yang maha aneh ini.
“Tidak usah dijagain, aku kan bukan anak kecil! Kalian semua pulang
saja, besok aku juga sudah pulang kok, soalnya aku mau berangkat siang besok ke jogya, senin aku harus masuk ke kantor di Jogya.” sahut Dewi dengan nada dingin.
“Oo tidak bisa! Sebelum kamu sembuh sempurna maka anak papa Sena tidak boleh kemana mana.” kata papa Sena dengan perintahnya yang mutlak.
“Tapi pa! “
“Kamu boleh pergi tapi sesudah kamu sembuh dengan sempurna. That is my last call! “ kata papa Sena dengan tegas.
“Dan aku setuju saran Azka, kalau dia dan Nolla yang akan jaga Dewi, karena papa dan mama butuh banget istirahat, kamu gak apa apa kan?” tanya papa Sena dengan nada menyindir, karena ia tahu biasanya anak permpuannya ini senang dengan segala sesuatu yang berbau Azka, begitu Dewi menolak Azka, papa merasa ada yang berbeda dan aneh.
“Hrrghhh, Baiklah! Terserah papa saja, Dewi mau bobok!” katanya sambil menutupkan selimut untuk menutupi seluruh wajahnya dan juga tubuhnya.
Sedangkan yang lain hanya bisa mendesah lelah melihat tingkah Dewi yang semakin aneh.
Nolla dan juga Azka berpandang pandangan melihat apa yang dilakukan oleh Dewi.
“Ya udah papa dan mama pulang dulu, jaga Dewi, Azka dan Nolla, Kabari papa kalau ada masalah sama Dewi!” kata papa sambil mengusap Dewi lalu keluar bersama mama Della yang juga berpamitan dengan anaknya, namun di cuekin oleh Dewi seakan Dewi sudah tidur.
Padahal Dewi sedang merasa sesak, bukan karena selimut yang ia taruh di wajahnya namun karena ia merasa kesal masih harus menghirup udara yang sama dengan Azka yang sejak malam hari ini resmi menjadi tokoh Antagonis dan musuhnya.
“La, kamu tidur di sofa itu saja, kakak akan duduk di samping brankar
Ay, supaya nanti kalau ia perlu apa apa bisa langsung kakak layani.” perintah Azka kepada adiknya untuk beristirahat di kasur sofa yang emang disediakan buat yang berjaga menunggu pasien.
“Iya kak! Aku tidur dulu! Nanti kalau kakak ngantuk, bangunin Nolla aja
jadi kakak bisa gentian sama Nolla.” Kata adiknya itu sambil menguap karena menahan ngantuk. Azka melirik kearah jam yang ada di ponselnya dan ini sudah jam 3 dini hari, ia tahu Pamela pasti kesal dan marah, namun dia harus bagaimana lagi. Masa ia harus membiarkan Dewi tergeletak begitu saja dan mementingkan Pamela? Dia juga
masih punya hati walau mungkin ia tidak cinta tapi kan ia harus mengedepankan kemanusiaan.
Untuk membunuh waktu, Azka membuka ponselnya dan banyaknya chat dari orang orang yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Ia berusaha membalasnya satu per satu, dan ada chat dari Pamela yang membuatnya shock, karena ia ternyata memilih untuk memutuskan jalin kasihnya dengan Azka dan menganggap Azka berkhianat dengannya karena memilih menolong Dewi dan mengacuhkan dirinya.
“Damn!” katanya tanpa bisa berbuat apa apa. Jangan bilang tak ada perasaan sakit ketika Pamela melakukan itu, tapi ia tidak bisa juga mengabaikan Dewi yang butuh pertolongan.
Sumpah serapah yang dilakukan oleh Azka masih sempat di dengar oleh Dewi yang belum bisa tidur. Ia lelah dengan kenyataan bahwa ia harus mengakhiri sebelum memulai.
Hatinya terluka dengan Azka yang dinilainya berbeda dengan yang lain,
eh ternyata Azka sama saja dengan mereka yang lebih menilai fisik daripada apa yang ada di dalam hati.
Besok Azka akan menjadi milik
orang lain dan aku akan memulai segala sesuatunya dengan langkah baru dan suasana baru. Pemikiran salah kaprah yang memenuhi otak Dewi membawanya berlayar ke pulau mimpi yang akan memisahkan Azka dan Dewi keesokan harinya.
Sedangkan Dewi sudah memantapkan hati untuk membalas dendam. Azka dan Pamela adalah targetnya.
Kapankah kesalah pahaman ini akan berakhir?
Cuzz baca yaaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments