Sekertaris Galakku
Renata Hermawan berasal dari keluarga yang sederhana. Dia termasuk siswa yang berprestasi di semua bidang, tak heran jika Rena begitu sapaannya menjadi sangat terkenal satu sekolah, baik di jenjang SD, SMP, SMA hingga Perkuliahan.
Namun takdir berkata lain, dirinya harus tinggal di sebuah Panti Asuhan ketika usianya masih 7 tahun tanpa sanak saudara. Kematian kedua orang tuanya yang jatuh dari pesawat membuat dirinya trauma dan mengakibatkan dia phobia, phobia akan ketinggian.
Di dalam hidupnya tidak selalu mulus, hidup sebagai anak yatim piatu membuat dirinya harus bisa berdiri di kakinya sendiri tanpa bantuan orang lain, hidup yang keras dirasakan sedari kecil hingga masa kecilnya tidak pernah sekalipun dinikmatinya dengan bersantai walau hanya sekedar bermain.
Di dalam hidupnya hanya dipenuhi dengan belajar, belajar dan belajar sehingga dirinya tumbuh menjadi anak yang berprestasi dan bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang universitas dengan mendapatkan beasiswa, dia mengambil jurusan manajemen bisnis lalu melanjutkan kembali untuk meraih gelar MBA-nya. Enam tahun lamanya Rena berkutat dengan buku pelajaran dan segala macam materi dan praktek tanpa ada keluhan berarti.
Rena lulus dengan nilai yang terbaik di antara para lulusan lainnya yang membuat dirinya banyak di lirik oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di berbagai bidang bisnis namun Rena masih belum memutuskan di Perusahaan mana yang akan dia pilih nanti.
Ketika Rena sedang berjalan menuju ke ruang main anak, tiba-tiba terdengar suara yang memanggil namanya," dia adalah Ibu Panti tempat Rena tinggal selama ini.
"Nak, apakah kamu sudah memutuskan akan bekerja di mana?" Ucap Ibu Panti.
"Belum bu, Rena masih menimbang yang mana yang kiranya sesuai dengan bidang serta kemampuanku."
"Ooo ya sudah kalau begitu. Pikirkan saja dahulu yang terbaik buatmu, kamu sudah sangat bekerja keras. Sudah saatnya kamu menikmati kesuksesanmu, Ibu cuma bisa bantu doa agar hidupmu bisa bahagia dan juga segera bertemu dengan jodohmu nantinya."
"Apaan sih bu, masih jauh kalau soal itu. Rena masih ingin fokus bekerja dan meraih mimpi-mimpi Rena, lagi pula Rena sudah berjanji pada adik-adik kalau akan membelikan pakaian dan mainan yang banyak kalau Rena sudah bekerja. Jadi.. kalau untuk menikah sepertinya masih akan lama bu, belum masuk dalam list ku hehe."
Lagian nih ya bu, kalau aku sudah menikah nanti, aku yakin pasti tidak akan bisa leluasa ke Panti lagi, pasti akan sibuk mengurus rumah tangga dan suami. Aku masih ingin bekerja dan mengumpulkan uang yang saaaaangaaaattt banyak bu," ucap Rena sambil merentangkan lengannya lebar.
"Ish, kamu ini. Bukannya aamiin kan doa Ibu, malah bicara ngawur" kita tidak ada yang tahu jodoh, rezeki, dan maut bukan, itu kan semua di tangan Tuhan.. siapa tahu ada Malaikat yang lewat, terus kabulkan doa' Ibu ya kan!".
"Hehe iya deh bu, maaf. Tapi kalau bisa Ibu juga doanya yang lengkap seperti minta yang ganteng, yang kaya biar pas Malaikatnya catat itu bisa perfekto bu hahaha," ucap Rena.
***
Keesokan harinya di Panti
Tok..tok..tok
Terdengar bunyi ketukan pintu dari luar kamarku, segera ku bersiap karena hari aku ada jadwal untuk wawancara kerja di beberapa perusahaan di daerah pusat siang ini.
"Iya, tunggu sebentar," sahutku.
"Kak, ayo cepetan. Aku sudah lapar nih," teriak Luna yang merupakan anak Panti yang tinggal juga disana.
"Iya, iya cerewet!"
Setelah selesai bersiap, aku bergegas menuju meja makan yang sudah terhidang beberapa menu makanan yang sudah di siapkan ibu Panti juga dibantu oleh penghuni panti lainnya untuk kami. Kebetulan untuk memasak, bersih-bersih dan kegiatan lainnya, itu semua sudah terjadwal masing-masing untuk setiap anak yang tinggal di sana, terutama untuk perempuan.
Mereka makan dengan sangat lahap dengan penuh rasa syukur. Sebelum kunyahan terakhir Rena, Ibu bertanya padanya "jadi kamu interview-nya hari ini?" Tanya Ibu.
"Iya bu jadi, ini tinggal mau jalan bu," jawabnya.
"Hati-hati di jalan ya, Nak. Ibu doakan biar lancar segala urusanmu hari ini!"
"Aamiin, iya Bu. Kalau begitu aku pamit dulu, maaf tidak bisa bantu Ibu dan yang lain beberes meja.
"Iya nggak apa-apa, ya sudah buruan berangkatnya, nanti kena macet."
Oh iya, kamu pakai motor kamu saja biar nggak telat," teriak Ibu.
"Iya, Bu," sahut Rena sambil menuju halaman rumah yang terparkir sebuah motor matic berwarna kuning.
"Jangan mogok ya, hari ini aku ada beberapa tempat yang harus kita datangi, Ok!" Ucapnya sambil mengelus kepala motornya.
***
Setelah sampai di Perusahaan Adinata, Rena menunggu giliran namanya di panggil untuk bertemu dengan bagian HRD.
Satu, dua, tiga perusahaan yang sudah dia tempati interview hari ini namun entah mengapa hatinya belum "klop" dengan hatinya. Padahal gaji yang mereka tawarkan lumayan tinggi, namun apalah artinya kalau rasa nyaman itu tidak ada, nanti di saat bekerja tidak akan merasa bahagia dan akan menggangu kinerja kerjanya.
"Kami sangat mengharapkan untuk Mba Renata agar bisa menimbang untuk bergabung dengan perusahaan kami, orang seperti andalah yang perusahaan kami butuhkan," ucap HRD Kertajaya Corp. Perusahaan ke empat inilah yang menjadi perusahaan terakhir dari jadwal interviewnya hari ini.
"Baik, Pak. Terima kasih atas kepercayaan," Nanti akan saya pertimbangkan, kalau begitu saya undur diri dan selamat siang."
"Hufft, panasnya cuaca hari ini," ucap.
"Makan siang dulu deh baru balik ke Panti," batin Rena.
"Rena berkendara dibawah terik matahari, entah mengapa siang ini begitu panas. Tepat di ujung jalan sana terlihat sebuah rumah makan padang yang menjadi makanan favoritnya, sepertinya enak siang gini makan nasi padang pakai daging rendang juga sambal hijaunya," gumam Rena.
Setelah makan siang, Rena pun kembali mengendarai motornya membelah jalan Ibu Kota. Disaat akan berbelok, tiba-tiba saja sebuah mobil mewah berwarna gold menyerempet motornya, sialnya walau Rena sudah berusaha menyeimbangkan motornya namun naas motor tersebut oleng dan akhirnya jatuh dan menyeret Rena di jalanan aspal.
Tubuhnya seketika refleks bangkit ke trotoar jalan sesaat setelah kesadarannya kembali penuh karena syok. Untunglah laju kendaraan siang itu tidak begitu ramai.
Mobil yang tadi menyerempet Rena pun berhenti, lalu turun seorang pria berumur yang Rena perkirakan adalah sang supir, terlihat dari seragamnya.
"Ya ampun, nona baik-baik saja? Apakah ada yang terluka?" Tanyanya beruntun pada Rena yang masih terlihat syok.
"Ouch, nggak apa-apa kok Pak. Ini luka luar saja, dikasih obat juga sembuh nanti," ucap Rena sambil berusaha berdiri.
Sementara orang yang berada di dalam mobil terlihat tengah melonggarkan ikatan dasinya yang bertengger di lehernya sambil menghela nafasnya keras. Berulang kali dirinya melihat jam tangan yang di pakainya sembari melihat ke arah luar jendela.
"Heemm....
Terlihat beberapa kali Rena berusaha untuk bangkit namun semua usahanya sia-sia. Bukan Renata namanya kalau dia harus menyerah, dicobanya kembali bangkit namun dengan sekuat tenaga dengan dukungan diri sendiri .
"Ayooo, kamu bisa Renaaaa!" ucapnya berulang-ulang hingga dirinya bisa berdiri kembali. Namun ketika akan melangkah, tiba-tiba saja tubuhnya oleng dan terjatuh karena kakinya tidak bisa menopang berat badan Rena dengan kondisi kaki yang seperti ini.
"Aaahh.." ucap Rena saat merasa tubuhnya akan jatuh. Namun entah dari mana, tiba-tiba sosok bertubuh kekar sedang menangkup dirinya saat dia akan terjatuh.
"Hup....
Kedua netra mata keduanya saling menelisik tiap inci wajah mereka satu sama lain, "ya ampun matanya," batin mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Maaf baru mampir nih, nyicil ya
....
2022-06-27
1
AdiTya Family
mantap memang apalagi tambah es jeruk
2022-06-16
1
Bunda Abizzan
Semangat berjuang di kehidupan yang keras ini Renata..
Hem, kira-kira siapakah sosok yang menopang tubuhnya itu?
Salam dari "Perjalanan Cinta Qonita"
2022-06-12
1