Jangan lupa Like dan ❤️ ya kakak..
Buat aku semangat dengan dukungan kalian semua🤗
Lanjut ya ceritanya..
"Lantas kalau bukan picik, lalu apa?" saya tersinggung ya dengan ucapan anda!!" ucap Rena.
Nathan menghela nafasnya "hem, dasar wanita galak," batinnya.
Lalu keluar dari mobil, tanpa disangka oleh Rena, Nathan tiba-tiba menggendong dirinya bak karung beras lalu memasukkannya dan dirinya ke dalam mobil. "Yaaaaak..lepaskan!!" berontak Rena.
"Diam-lah, aku takkan apa-apakan mu!" ucap Nathan. "Jalan Pak!" sambungnya.
Di sepanjang jalan menuju rumah sakit, baik Rena atau pun Nathan tak ada yang bersuara, semua tenggelam dengan pikiran mereka masing-masing.
Setelah sampai di pelataran rumah sakit, Nathan turun dengan gagahnya. "Ayo cepat keluar, jangan bilang kamu mau aku gendong masuk kedalam!" dibalas tatapan tajam oleh Rena.
Terlihat nama rumah sakit yang cukup besar bertuliskan "Rumah Sakit Bahagia". Rumah sakit ini juga bagian dari Raharja Corp karena perusahaannya memiliki saham yang cukup banyak sehingga sang Ibu bisa menjadi komisaris di rumah sakit tersebut, yang artinya rumah sakit tersebut juga adalah miliknya.
Langkahnya terhenti tatkala merasa wanita yang belum di ketahui namanya itu tidak mengikuti dirinya dari belakang.
Di ambilnya ponsel dari dalam saku jasnya, "kemana dia? Kenapa belum turun juga? Cepat suruh dia masuk, saya tunggu di dalam!". Nathan menyimpan kembali ponselnya setelah menelepon supirnya, Pak Ujang.
Di dalam mobil
"Maaf, Non. Sepertinya Nona harus segera masuk, Den Nathan paling tidak suka menunggu," ucap Pak Ujang.
"Ii..iya Pak, maaf ya karena saya Bapak di marahi,"
"Huuh... terdengar helaan nafas Rena sesaat setelah turun dari mobil."
Dengan mengayunkan kakinya yang sedikit pincang, dirinya segera masuk ke dalam Rumah Sakit sebelum pria yang menyebalkan itu kembali menggendongnya.
Terlihat Nathan yang tengah berdiri menunggu di depan sebuah ruangan yang Rena perkirakan adalah ruangan dokter. Wajah yang menyebalkan itu menjadi lebih menyeramkan di bandingkan tadi.
"Mmm, sepertinya Pak Ujang benar soal dia yang paling benci menunggu". Batinnya.
Dan benar saja, sesaat setelah Rena menghampirinya, Rena mendapatkan tatapan membunuh yang membuat dirinya bergidik ngeri.
"Lama amat!! Kamu kira waktuku banyak? Kamu sudah membuat diriku rugi hingga ratusan juta karena harus mengurus mu!!" bentak Nathan.
"Kamu kira aku juga suka apa berlama-lama denganmu? Enak saja," gumam Rena yang masih bisa didengar oleh Nathan walau samar. "Apa kamu bilang?!" ucap Nathan.
"Apa?? Aku nggak bicara apa-apa kok, sepertinya itu hanya perasaanmu saja. Ayo..ayo kita masuk!" ajak Rena.
Di dalam ruangan
Sela..maat si..siang Tuan Nathan," ucap dokter yang kaget saat melihat pasien selanjutnya.
Dokter yang memang sudah mengenalnya karena beberapa kali dirinya ikut serta dalam rapat setahun sekali bersama para jajaran pimpinan Rumah Sakit dan dokter serta para staf lainnya. Dengan menundukkan kepalanya sedikit sebagai rasa hormatnya.
"ohh namanya Nathan, bagus sih namanya tapi sayang sikapnya minus," batinnya.
Untunglah anda cepat membawanya kemari Tuan. Kalau saja terlambat, kaki Nona akan semakin bengkak dan akan sulit berjalan dalam waktu dekat," ucap dokter saat memeriksa kaki Rena.
Jadi Dok, aku harus bagaimana? Besok ada yang harus aku lakukan. Apakah bisa dikasih obat saja tanpa harus di rawat?" tanya Rena.
Dokter tersenyum sesaat mendengar perkataan Rena lalu berkata "nggak perlu sampai di rawat kok, ini saya beri resep obat dan tinggal minum saja biar bengkaknya hilang.
Dan kalau besok bengkaknya sudah kempes, besok sudah bisa beraktifitas seperti biasanya. Hanya saja jangan terlalu di paksa ya kalau sudah terasa nyeri!" tutur Dokter.
"Baik, Dok. Terima kasih atas bantuannya," ucap Rena yang terlihat kesulitan untuk turun dari tempat tidurkar tempat tidur. Nathan yang melihatnya pun segera membantunya agar dirinya bisa segera pergi dari wanita galak ini, pikirnya.
Setelah mereka keluar dari ruangan dokter, baik Rena maupun Nathan berjalan dengan diam tanpa sepatah kata menuju parkiran mobil. "Ehem.." deheman Rena membuat Nathan berhenti dan menoleh ke arahnya namun hanya sepersekian detik dia terdiam lalu kembali berjalan menuju mobil yang jaraknya sudah dekat.
Rena yang merasa tidak di respon pun berujar kembali, "Hei, Tuan. Aku harus pulang naik apa? Lalu motorku ada di mana sekarang?" Tanya Rena beruntun.
Untuk kedua kalinya Nathan berhenti saat sudah berada di depan pintu mobilnya, namun kali ini tanpa menoleh ke arahnya. "Beritahu alamat mu pada Pak Ujang, nanti dia yang akan kirim motormu setelah dari bengkel ke rumahmu. Dan ya, untuk pulang mu.. ini uangnya!!" Nathan melempar beberapa uang seratus ribuan yang jatuh tepat di kaki Rena dan setelahnya menancapkan gas membelah jalanan ibukota.
Rena yang kaget dengan perlakuan yang di terimanya hanya bisa mendengus kasar, amarahnya sudah naik sampai ke ubun-ubun. Andai saja dia masih ada di sini, dia pastikan akan mengacak-acak mukanya lalu menyuruhnya meminta maaf.
"Mari Non, saya antar ke Bengkel," ucap Pak Ujang. Setelah menempuh perjalanan cukup jauh menuju bengkel tempat motor Rena di perbaiki.
"Ini Pak, alamat saya," ujar Rena.
"Baik, Non. Nanti setelah selesai, nanti akan diantarkan langsung ke alamat Nonaaa..."
"Renata tapi panggil saja Rena, Pak!" Ujar Rena. Kalau begitu saya pamit dulu, permisi Pak saya jalan duluan."
*
*
"Ya ampun!! Rena.. kamu kenapa, Nak?" Ucap Ibu panti saat melihat Rena yang berjalan pincang.
"Hehehe.. Rena tertawa cengengesan lalu menjawab " nggak apa-apa kok, Bu. Tadi pas mau pulang kena serempet mobil tapi sudah di bawa ke dokter kok, nanti juga sembuh kalau sudah minum obat."
"Kok bisa sih? Kamu balap ya motornya?!" Tanya Ibu.
"Nggak lah Bu, mereka yang salah kok. Tapi mereka juga sudah meminta maaf dan bertanggung jawab. Buktinya motor Rena sebentar lagi diantar kesini kalau sudah selesai dibenerin di Bengkel.
"Heeh, syukurlah kalau begitu. Lain kali kamu hati-hati ya, Ibu takut kalau kamu kenapa-napa."
"Iya buu.. ucap Rena sambil memeluk lengan Sang Ibu."
Sepulang dari Bengkel tadi, Rena segera beristirahat di dalam kamar, setelah meminum obat yang tadi diberikan oleh Pak Ujang.
Flashback on
"Non, ini obat yang tadi Tuan suruh tebus di Apotik. Kata Tuan, harus dihabiskan karena obatnya sangat mahal," ucap
"Hemm, ternyata ada hati juga tuh manusia walau masih tetap saja arogan," batin Rena. "Terima kasih kalau begitu Pak Ujang, dan tolong ucapkan juga pada Tuan yang 'BAIK HATI ITU'.
Flashback off
Tumbenan anak itu tidak terlihat di dapur, biasanya dirinya yang paling ruwet saat menyiapkan makan mala. untuk adik-adiknya, Pikir Ibu. "Apa dia belum bangun! Atau jangan-jangan...."
Tok..tok..tok
"Ren, Rena.. kamu nggak apa-apakan, Nak?". Ujar Ibu.
Satu dua tiga dan saat ketukan keempat akhirnya Rena membuka pintu kamarnya dengan dirinya yang sudah rapi.
"Iya, Bu Rena nggak apa kok. Yuk kita ke dapur, kasihan adik-adik pasti sudah kelaparan," ajak Rena.
"Syukurlah, Ibu kirain kamu kenapa sayang. Kan nggak biasanya kamu telat begini, tuh adik-adikmu sudah macam singa yang kelaparan hahaha."
"Tau nih Bu, sepertinya efek obat deh yang tadi Rena minum. Tapi beneran ampuh loh obatnya, kaki Rena sudah nggak sakit lagi Bu." Rena terdiam beberapa detik saat mengingat perkataan dari Pak Ujang siang lalu."Bener juga yang di bilang supir si Pria menyebalkan itu, obatnya obat mahal.. pantesan saja disuruh habisin." Batinnya.
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Bunda Abizzan
Renata + Nathan = Renathan 🤭
2022-06-16
2
Bunda Abizzan
Sombong amat mas🤦♀️
2022-06-16
0
Bunda Abizzan
Pria menyebalkan tapi... ehm
2022-06-16
0