"Nathan, Rayyan!" Gumam Nathan dan Rayyan bersamaan, walau pelan namun tetap bisa terdengar oleh Rena yang berada di samping Nathan.
Nathan dengan cepat mengalihkan pandangannya dan langsung masuk kedalam lift yang disusul oleh Rena.
Tadinya Rayyan ingin berbicara dengan Nathan namun melihat ekspresinya, niatnya pun diurungkannya. Disaat dirinya hendak berbalik, tiba-tiba saja dirinya melihat gadis bermata indah yang nyaris ditabraknya, "Egh.. apa itu Rena?!" Gumamnya.
Rayyan melihat Nathan dan Rena saat pintu lift mulai tertutup, namun sebelum lift itu tertutup, sebuah tangan menghalanginya.
Nathan dan Rena kaget karena gerakan tiba-tiba Rayyan yang menahan pintu lift tertutup, begitu pun dengan Rena terlihat heran dan bertanya dalam hati "kenapa orang ini?".
"Kamu Rena kan!" Ucap Rayyan saat menyadari bahwa wanita yang bersama sepupunya itu adalah gadis bermata indah itu.
Rena yang lupa dengan Rayyan hanya mengangguk pelan saat ditanya. Dan Nathan, jangan ditanyakan lagi, sebab raut wajahnya sudah sangat tertekuk melihat Rayyan ternyata mengenal Rena.
"Hai, apa kabar? Sudah lama ya kita tidak bertemu! Ucap Rayyan saat kembali masuk kedalam lift.
Kedua alisnya berkerut saat Rena mencoba mengingat-ngingat orang yang ada di hadapannya saat ini.
"Masih ingat denganku? Aku Rayyan." Ucap Rayyan yang mencoba membuat Rena mengingat dirinya.
"Rayyan..? Siapa dia? Dan apa aku pernah bertemu sebelumnya!" Batin Rena.
"Kamu lupa ya?" Ucap Rayyan saat melihat ekspresi binggung di wajah cantik Rena.
"Kamu ada waktu? Kita bisa makan atau minum dulu, nanti aku ceritakan kalau kamu lupa." Ajak Rayyan saat lift yang ditumpanginya sudah berada di lantai satu.
Nathan tidak menggubris perkataan Rayyan, karena baginya tidaklah penting. Namun, berbeda dengan Rena yang dengan ramahnya terus menanggapinya, bagi Rena, sangat tidak sopan ketika orang berbicara dengan kita lantas kita mengacuhkannya.
Saat Nathan mulai berjalan, tiba-tiba dia menghentikan langkahnya lalu berbalik ketika mendengar perkataaan Rena. Karena nyatanya, Rena menerima ajakan minum dari sepupunya itu tanpa mengetahui konflik yang terjadi diantara mereka berdua.
"Baiklah, tapi hanya sebentar aja. Karena jam makan siangku sudah hampir habis." Ucap Rena sembari melihat jam yang melingkar di tangannya yang diangguki oleh Rayyan.
"Tidak, tidak bisa! Kita harus segera kembali ke kantor." Ucap Nathan tegas.
"Silahkan bapak kembali duluan, biar saya naik taksi ke kantor." Ucap Rena dengan suara pelan dan lembut karena tidak ingin bos nya itu marah.
"Kamu memerintah saya!!" Sergah Nathan yang membuat Rena serta Rayyan kaget berjamaah.
"Bukan, bukan begitu Pak. Aku tidak enak dengan Pak Rayyan, sepertinya dia mengenalku, dan lagi pula bukannya jam makan siangku masih ada ya? Ucap Rena.
Dan kenapa sih Pak, kelihatannya bapak begitu tidak menyukainyal? Apa bapak mengenalnya?!" Tanya Rena.
Nathan tak bisa berkata lagi, tidak mungkin bukan, dirinya menceritakan tentang kisah pribadinya pada orang lain. Nathan yang kesal meninggal Rena dan Rayyan yang masih berada didepan lift, lalu keluar menuju pintu depan, tampak mobil yang tadi dia kendarai sudah menunggu dirinya.
Langkahnya terhenti lalu berbalik melihat Rayyan dan Rena berjalan menuju meja dihadapannya.
"Maafkan atas sikap bos saya tuan Rayyan." Ucap Rena.
"Dan kalau boleh tahu, memangnya kita pernah bertemu? Dan dimana? Karena perasaan saya baru pertama kali bertemu dengan anda." Sambungnya.
"Mau minum apa?" Tanya Rayyan pada Rena.
"Aku jus saja, Tuan." Jawab Rena.
"Rasa?" Tanya Rayyan.
"Strawberry!" Namun bukan Rena yang menjawabnya, melainkan Nathan. Entah sejak kapan dirinya berdiri tepat dibelakang Rena.
Rena menoleh lalu melihat Ceo nya itu dengan bingung "Pak Nathan!" Ucapnya lalu bangun dari duduknya dan mempersilahkan bos nya itu untuk duduk. "Silahkan, Pak." Ucap Rena mempersilahkan Nathan.
Ck' Ucap Rayyan saat melihat keangkuhan Nathan.
"Bagaimana bisa seorang pria diperlakukan seperti itu oleh wanita, bukannya terbalik!" Ucap Rayyan namun didalam hati.
"Berhenti mengumpat!" Ucap Nathan dengan tatapan tajam mengarah Rayyan.
"Apa kabarnya Mom?" Ucap Rayyan basa basi karena ketahuan sedang mengumpat sepupunya itu.
"Bukankah kau memiliki nomornya? Kau bisa tanyakan langsung padanya, berhenti berbasa basi denganku!" Ucap Nathan dingin.
Mereka masih saling menatap tajam satu sama lain. Di sisi lain, Rena yang mendengar percakapan dua pria ini menjadi bingung.
"Sebenarnya Mom siapa yang dimaksud mereka, apakah Mom Laura? Tapi..apa hubungannya Rayyan dengan Mom? Apakah mereka keluarga? Tapi kenapa sikap Nathan tidak mencerminkan sikapnya layaknya keluarga!". Tanya Rena dalam hati.
"Ehem.." deheman Rena membuat Nathan dan Rayyan mengalihkan pandangannya ke arah Rena.
"Maaf mengganggu kalian, tapi pelayanannya masih menunggu kita, bisakah kita segera memesan?" Tanya Rena dengan lembut.
Setelah memesan, Rayyan kembali menatap mata Rena yang menjadi candu sejak pertama kali bertemu.
Tentu saja tatapan Rayyan itu tak lepas dari penglihatan Nathan.
"Ren, apa benar kamu lupa denganku? Bukankah aku pernah mengantarkan mu pulang waktu itu? Rena yang mendengarnya menjadi semakin bingung dan penasaran, sebenarnya siapa pria tampan ini!
Sejak tadi dirinya mencoba mengingat namun tetap saja dia tak mengingat sama sekali.
"Aku yang pernah hampir menabrak mu dijalan waktu itu, dan kamu pingsan hingga aku harus menggendong mu lalu setelah sadar, kita makan siang bersama dan aku mengantar mu pulang. Apakah sampai disini kamu sudah mengingatnya?!"
"Astaga.. Anda pria yang tidak mau dipanggil bapak kan?!" Jawab Rena yang tiba-tiba mengingat kejadian tempo dulu.
"Nah, itu kamu ingat." Ucap Rayyan bersemangat.
"Hehe iya Tuan, saya sudah ingat, maafkan saya. Ucap Rena.
"Tuan??" Ucap Rayyan.
"Bukankah dulu kau memanggilku dengan sebutan Mas!" Sambungnya.
"Oh ya, Mas, ya Mas ya? Mas Rayyan, benar bukan!" Ulang Rena sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Tak apa, yang jelas sekarang kamu sudah mengingatku." Senyum Rayyan saat melihat wajah Rena yang tampak sungkan padanya.
***
Dimobil
Setelah perjumpaan mereka dengan Rayyan tadi, entah mengapa, Rena merasa kalau bosnya itu semakin diam, bahkan aura dinginnya semakin menguat. Sikapnya yang diam sejak pertemuan pertama kalinya sejak kejadian dimasa lalunya dengan Rayyan, membuat memorinya jauh pergi kebelakang ke masa-masa terberatnya dalam hidupnya.
Sekelebat bayangan masa lalu diantara mereka muncul satu persatu di benaknya. Entah tadi dia panas karena melihat Rena dan Rayyan yang tampak akrab atau karena masih adanya sekelumit rasa marah atau benci yang masih bersarang di hatinya!!
Diamnya Nathan membuat Rena ragu bertanya jauh tentang perkataannya tadi. Namun sebisa mungkin rasa penasaran yang ada dibenaknya saat ini dia simpan sementara waktu hingga saat yang tepat, dirinya akan bertanya.
Setibanya mereka di kantor, Bram sudah setia menunggu mereka di depan pintu masuk.
Yeah, tadi Bram tidak ikut dalam meeting kali ini, karena dirinya juga ditugaskan oleh Nathan untuk mengikuti meeting di cabang perusahaannya yang lain.
"Selamat siang, Tuan. Ucap Bram dengan sedikit menunduk dan dibalas anggukan cepat oleh Nathan.
"Akhirnya pawang Tuan Nathan sudah kembali." Sorak Rena dalam hati.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Ranran Miura
namanya juga bos, suka-suka lah
2022-06-13
1
Ranran Miura
ku kira ketemu mantan 🙂
2022-06-13
0
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Mama mampir lagi..
2022-05-30
0