Netranya berwarna hijau kebiruan yang terlihat bak laut yang begitu indah yang mampu menenggelamkan setiap insan yang menatapnya, tak terkecuali Nathan dan Rayyan.
"Maaf maafkan aku, Mbaaa..."
"Rena, namaku Rena," Jawabnya sembari bangun lalu bersandar di brankar tempat tidur yang sudah beberapa jam di tempati nya sembari menatap Rayyan yang tepat berada di hadapannya.
"Yaa, Rena. Maafkan aku, karena keteledoran ku membuatmu nyaris tertabrak sampai kaget hingga pingsan." Sesal Rayyan.
Ya Rayyan begitu merasa bersalah karena dia tetap melanjutkan perjalanannya walau sedang sangat mengantuk tanpa mempertimbangkan efek untuk orang lain bagaimana.
"Iya Pak, nggak apa-apa, namanya juga musibah, untung aku masih selamat!" Ucap Rena lega.
"Tapi lain kali harus lebih berhati-hati lagi sebab akan banyak nyawa melayang jika semua pengemudi seperti bapak yang tetap melajukan kendaraannya walau dalam keadaan mengantuk." Sambung Rena yang menyipitkan kedua netra nya menatap Rayyan.
"Ahh.. Bapak? Setua itukah aku, sampai di panggil bapak olehnya?!" Batin Rayyan mendengus.
"Maaf ya mba, asal tahu saja.. saya ini masih muda jadi sepertinya kurang sopan mba manggilnya bapak."
"Oo ya maaf Pak kalau begitu, saya mana tahu! Kirain sudah bapak-bapak." Ucap Rena tanpa bersalah dengan senyum yang memperlihatkan eretan gigi putihnya.
"Orang keren begini di panggil bapak bapak, bapak nenek moyang elu apa!" Gerutu Rayyan namun masih dapat dengan jelas di dengar Rena.
"Ya sudah deh, aku minta maaf kalau begitu," ucap Rena dengan mata malasnya.
Rayyan yang melihatnya pun hanya bisa menghela nafasnya berat. "Baiklah, perkenalkan namaku Rayyan," Sembari mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Rena, sudah tahu kan!" Ucap Rena sambil menerima uluran jabat tangan Rayyan.
"Kalau begitu aku panggil apa?! Jangan sampai anda tersinggung lagi." Ucapnya tegas.
"Bisa panggil kakak atau Mas kan lebih enak di dengar, toh aku juga nggak tua-tua amat bukan!" Ucapnya.
"Iya, Mas Rayyan." Jawab Rena.
Setelah perdebatan nama panggilan, akhirnya mereka berdua terdiam sejenak sebelum Rayyan kembali bersuara.
"Lalu sekarang apa yang kamu rasakan? Adakah yamg sakit atau kepalamu masih pusing??" Tanya Rayyan.
Rena yang ditanya menggelengkan kepalanya dengan berkata "tidak, tidak ada yang sakit kok. Aku baik-baik aja, mungkin tadi aku hanya kaget saja dan mungkin juga faktor belum makan dari pagi jadi saat melihat mobil Kakak yang melaju kencang sampai nyaris menabrak ku jadinya gitu deh." Ujar Rena sambil membayangkan jadian tadi siang saat akan menyeberang jalan.
"Syukurlah kalau memang tidak ada yang sakit. Ayo saya antar kamu pulang!" Ajak Rayyan.
"Tapi...
Satu alis Rayyan terangkat sembari menunggu lanjutan ucapan Rena.
"Tapi apa??" Tanya Rayyan saat Rena tidak melanjutkan perkataannya lalu sepersekian detik tawa Rayyan pun pecah saat suara cacing di perut Rena yang cukup nyaring yang menjawabnya.
Rena yang sangat malu menundukkan wajahnya bawah dan meruntuki cacing-cacing di perutnya.
"Yuk!" Aja Rayyan sembari mengulurkan tangan hendak membantunya turun dari brankar.
"Terima kasih," ucap Rena dengan mengulas senyum.
*
*
*
Di mobil
"Kamu mau makan apa?" Tanya Rayyan tanpa menoleh karena fokus pada jalan yang ada di hadapannya. Dia tidak ingin kejadian yang tadi menimpa Rena pun terulang kembali.
"Mm, apa aja Kak. Saya makan semua kok!" Jawab jujur Rena.
Rayyan yang mendengarnya pun hanya mengulas senyum atas jawaban Rena. "Manis." Batin Rayyan.
Sesampainya mereka di pelataran sebuah Restoran yang cukup berkelas, terlihat dari saat pertama kali mereka akan masuk ke pintu utamanya, ada dua orang petugas yang menyapa mereka lalu salah satu petugas tersebut mengantarkan nya ke meja yang akan mereka tempati makan.
"Selamat Datang di Restoran D'Luna Tuan dan Nyonya. Mari saya antar ke meja anda," ajak karyawan Restoran tersebut dengan ramah.
Rena yang merasa ini sangat berlebihan untuk ukuran masak siang. Rena mendekatkan dirinya di samping Rayyan dengan berkata "Mas Rayyan, apa ini tidak berlebihan? cukup bawa aku ke warung padang saja juga sudah cukup." Ujar Rena yang berbisik agar tidak di dengarkan oleh karyawan yang berada di samping mereka.
Glek!
Namun gerakan tiba-tiba Rena itu pun cukup membuat Rayyan menelan ludahnya saking dekatnya jarak mereka hingga kalau Rayyan berbalik pasti bibir mereka akan bersentuhan.
Rayyan berdehem agar dapat mengontrol pikirannya lalu berkata "nggak apa-apa ok, hitung-hitung sebagai tanda permintaan maaf aku yang sudah teledor dalam mengendarai mobil." Tanpa menoleh dan hanya fokus berjalan mengikuti arah karyawan tersebut.
"Pasti mahal-mahal." Batin Rena sembari melirik kanan kirinya.
"Silahkan Tuan, Nyonya." Ucap pelayan yang ternyata bernama Romy.
"Terima kasih." Ucap Rena dan Rayyan bersamaan.
Setelah memesan beberapa menu, tibalah beberapa jenis makanan yang membuat Rena menelan air liurnya.
Ya semua makanan yang ada di meja mereka adalah hasil kerja keras mulut Rayyan yang berselancar yang entah karena kelaparan atau apa sehingga memesan begitu banyak.
"Buruan di makan! katanya lapar, kok malah dilihat saja?" Ucap Rayyan saat melihat Rena hanya memandang satu persatu makanan yang terhidang di atas meja.
"Hemm," hanya jawaban singkat yang di keluarkan olehnya karena dirinya saat ini tengah kebingungan memilih makanan apa yang mau dia ambil.
Selesai makan, Rayyan segera melajukan mobilnya menuju Panti Asuhan yang sudah disebutkan oleh Rena. Yeah tadi saat di jalan, Rayyan menanyakan alamat tinggal Rena, dan betapa terkejut dirinya saat mengetahui Rena berasal dari Panti Asuhan yang menjadi tempat dirinya menyelenggarakan kegiatan amal pemeriksaan penghuni Panti Asuhan setiap 3 bulan sekali.
"Kamu sudah lama tinggal di sana?" Tanya Rayyan.
Rena mengangguk pelan sembari berkata "Hemm.. saat usiaku tujuh tahun." Jawabnya datar membayangkan tujuh tahun yang lalu hidupnya begitu hancur sehancur-hancurnya.
🏵️🏵️🏵️
Panti Asuhan
"Nah sudah sampai." Ucapnya sambil menatap Rena yang terlihat kikuk di sepanjang perjalanan tadi.
"Ah..hah iya, Kak sudah sampai ya hehe," cengir Rena yang tidak tahu harus bicara apa. Rena berdehem untuk mengurangi perasaan kikuknya.
"terima kasih Kak sudah mau mengantarku, dan yaah terima kasih juga karena sudah mengajakku makan tadi." Ucap Rena setelah itu turun dari mobil Rayyan.
Rayyan membuka kaca mobilnya saat melihat Rena tidak langsung masuk ke dalam Panti dan malah menunggu di depan Panti. "Apakah dia menungguku berpamitan padanya?!" Pikirnya.
Baru Rayyan hendak berbicara namun di seberang jalan sana sudah terdengar seseorang memanggil nama Rena. "Kak Rena, ayo Kak, kita masuk!" Ucap seorang anak kecil berumur 9 tahun.
"Kirain nunggu gue, hampir saja gue GEER. Bisa tengsin!" Ucap Rayyan yang menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
mei
ohh g jd mas panggilannya
2025-01-19
1
mei
jd mas balik panggilannya
2025-01-19
1
zee
panggilannya mas atau kakak nih???
2022-10-19
2