Bugh..
"Lepasin nggak tasnya, tolooooong! tolongggg!!" teriak Rena dengan posisi saling tarik menarik dengan si penjambret.
"Duh sial, mana kuat juga nih jambret tariknya." Gerutunya dalam hati.
Apa lagi saat Rena melihat beberapa orang yang hanya sekedar sebagai penonton menyaksikan adegan tarik menarik seperti adegan di film-film. Bahkan orang yang melintas pun hanya melihat saja tanpa bereaksi apapun.
Entah mengapa zaman sekarang semakin kurangnya rasa empati yang di miliki orang-orang saat ini. "Nilai PKN mereka kayaknya nol deh jadinya gini nih." Batinnya.
Setelah adegan tarik menarik, teriak-teriak bak Tarzan akhirnya Rena bisa mendapatkan badan tas nya sedangkan si jambret hanya mendapatkan tali tasnya.
Tak hilang akal, Rena memainkan trik tarik ulur. Dengan sisa kekuatannya yang ada, akhirnya Rena menarik sekuat tenaganya hingga pada akhir dirinya melepaskan genggamannya pada tas tersebut. Aksinya itu pun membuat penjambret itu terjatuh dan terpelanting hingga terseret jauh dari motornya.
Rena yang melihat jambret yang jatuh terseret itu pun sedikit meringis dan bergumam "ouch, kasihan pasti sakit". Lalu segera menuju tas yang tergeletak di jalanan yang beraspal tidak jauh dari posisinya saat ini.
Dengan menghela nafasnya, dia menunduk lalu meraih tas jinjing berwarna hitam bertuliskan HE*MES yang Rena baru sadari kalau tas itu ber-merk terkenal, dan betapa terkejutnya dia saat melihat ada beberapa bagian tas gores karena terlempar ke jalan aspal tadi. "Ya, Tuhaaan!! Semoga aku tidak disalahkan!" Pekiknya dalam hati.
"Ini, Bu tasnya. Dan maafkan saya kalau tas Ibu sampai tergores begini," sesal Rena sambil menundukkan kepalanya beberapa kali.
"Nggak apa-apa,Nak. Ini cuma tas! Kamu nggak apa-apakan?" Tanyanya.
"Nggak apa-apa kok Bu, cuma lecet saja," ucapnya sambil melihat kedua telapak tangannya yang kini terlihat seperti goresan cakaran kucing.
"Kita ke rumah sakit ya, ini berdarah loh," ucap Ibu pemilik tas saat melihat tangan Rena yang berdarah.
"Nggak apa-apa kok Bu, dikasih obat juga akan sembuh sendiri hehe". Ucap Rena cengengesan namun dalam hatinya berkata "ouch perihnya, dasar jambret sialan!"
"Ini Bu tasnya, silahkan di cek dulu siapa tahu ada yang hilang!" Ucap Rena sembari memberikan tas tersebut.
"Iya, Nak. Terima kasih banyak ya bantuannya, untung ada kamu, kalau tidak.. tas pemberian anak saya ini bisa hilang digondol jambret tadi." Ucapnya.
"Dicek dulu bu, kalau ada yang hilang, kita bisa segera lapor ke kantor Polisi terdekat." Ucap Rena.
"Sepertinya nggak ada yang hilang, jadi nggak perlu lapor-lapor segala. Isinya nggak terlalu penting, tasnya ini loh yang paling penting!" Ucap Ibu itu.
Yeah, isinya memang tidak penting, yang terpenting baginya adalah tasnya, bukan karena tas itu bernilai ratusan juta bahkan milyar melainkan karena tas itu adalah pemberian pertama anaknya saat memenangkan tender pertamanya di perusahaan saat anaknya pertama kali memimpin perusahaan mereka.
"Kalau begitu saya pamit dulu Bu, aku harus aa..aahhh keluh Rena sembari memegang perutnya yang terasa amat sakit hingga akhirnya dia terjatuh dan tak sadarkan diri."
"Aaaarggggg...." Teriaknya saat Ibu yang melihat Rena terjatuh dan sudah bersimbah darah karena orang yang tidak dikenal barusan telah menusuk Rena dari arah samping saat Rena akan berpamitan padanya.
"Tolong tolong tolong, ambulance tolong telefon ambulance sekarang!!" Ucap Ibu masih dengan histeris saat mencoba membangunkan Rena yang saat ini sudah terlihat pucat pasif.
Rumah Sakit Bahagia
"Panggil dokter Ridwan sekarang!!" Teriak Ibu yang sedang panik sehingga tidak lagi menjaga image nya di tengah aktifitas orang-orang yang berada di dalam rumah sakit. Tampilan dirinya pun sudah tidak dihiraukannya, dengan tangan maupun beberapa bagian bajunya sudah di penuhi darah Rena.
"Baik, Nyonya." Jawab cepat Suster yang memang mengetahui siapa orang yang ada di hadapannya saat ini. Dengan cepat dirinya kembali ke meja resepsionis lalu menekan nomor dokter Ridwan.
"Dok, Nyonya Laura ada disini, beliau memanggil dokter sekarang.
"Baiklah, saya turun sekarang."
Tapi Dok, Nyonya Laura terlihat kacau dan saat ini beliau sudah berada di dalam ruang UGD." Ucap Suster yang bernama Ana.
"Apaaa!! Ucapnya yang terkejut lalu tanpa berlama-lama memutuskan sambungan teleponnya tanpa mendengarkan penjelasan dari suster Ana terlebih dahulu.
Dokter Ridwan segera bergegas dari kantornya yang berada di lantai lima dan menuju lift khusus yang diperuntukkan bagi jajaran tinggi di rumah sakit tersebut sambil menelepon seseorang.
"Selamat siang Pak Bram, saya ingin memberitahu kalau saat ini Nyonya Laura sedang berada di rumah sakit." Ucapnya.
"Benar Pak, saya tadi di beritahu oleh suster yang menangani beliau, saat ini sudah ditangani dokter di UGD."
"Baik Pak, siap Pak, Saya sudah menuju kesana Pak!" Sambungnya lalu segera keluar dari lift yang tepat berada di depan uang UGD.
Suster yang melihat dokter Ridwan dari arah pintu lalu memanggilnya, "dokter!!" Ucapnya.
"Bagaimana, bagaimana keadaan Nyonya Laura sus?" tanyanya sembari melihat seorang wanita muda yang cantik sedang di tangani oleh beberapa dokter.
"Loh? Katanya Nyonya Laura di UGD sus Ana?!" Tanyanya.
"Iya dok, memang beliau ada disini tapi yang sakit bukan Nyonya Laura tapi beliau membawa seorang wanita cantik yang bersimbah darah karena terkena luka tusukan." Tutur suster Ana.
"Lantas sekarang dimana Nyonya Laura?" Tanya dokter Ridwan. Disaat suster Ana akan menjawabnya, tiba-tiba dari arah belakang sudah menjawabnya duluan.
"Saya dibelakang mu, dokter Ridwan." Jawab Nyonya Laura dengan pandangan mata yang menusuk. "Begitu sibuknya kah dirimu sampai aku harus menunggu mu selama ini dokter." sambungnya.
"Maaf Nyonya, maafkan saya karena keteledoran saya sehingga anda harus menunggu." Ucap dokter Ridwan sembari menundukkan kepalanya sedikit.
"Nyonya tidak apa-apa? Saya kira tadi yang terluka adalah Nyonya." Tanya dokter Ridwan.
"Bukan saya, tapi gadis itu," ucapnya sembari mendekat ke brankar tempat tidur Rena saat ini." Dan ya, cepat kamu periksa dia, saya tidak mau tahu, kamu harus bisa menyembuhkan dia, buat dia segera sadar apapun caranya." Tekan Nyonya Laura.
Dengan langkah cepat segera memeriksa keadaan gadis tersebut. Dan tidak berapa lama, pemeriksaannya pun selesai.
"Bagaimana?" Tanya Nyonya Laura.
"Nyonya tenang saja, dokter kami sudah mulai memberikan tindakan. Dari yang saya lihat, ini hanya luka luar saja, dan beruntunglah tusukan tersebut tidak terlalu dalam sampai melukai organ disekitar perutnya. Tapi tetap harus di lakukan operasi ringan untuk menutup luka tusukan dan berhubung karena banyak darah yang keluar terus menerus jadi harus diberikan transfusi darah juga." Jelas dokter Ridwan.
"Hem, baiklah. Pokoknya urus semuanya, setelah selesai tempatkan dia di ruangan VVIP rumah sakit ini serta berikan perawatan yang terbaik untuknya." Tukas Nyonya Laura yang di angguki oleh dokter Ridwan.
Tap..tap..tap
Suara derap langkah sepatu menggema di sepanjang lorong rumah sakit yang di ikuti oleh seseorang dibelakangnya, siapa lagi kalau bukan Bram.
Yeah selepas berbicara dengan dokter Ridwan tadi, dia segera memberi tahukan pada Tuannya perihal Ibunya yang saat ini berada di UGD rumah sakit miliknya.
Nyonya Laura dan dokter Ridwan menoleh kearah sumber suara yang menggangu percakapan diantara mereka. Terlihat dua orang pria yang berjas lengkap sedang setengah berlari menuju kearahnya dengan cepat.
Nyonya Laura beralih menatap tajam dokter Ridwan dan berkata "apa kamu yang memberi tahu anakku kalau saya ada disini?!" Tanya Nyonya Laura.
Dokter Ridwan yang ditanya pun hanya bisa menunduk pasrah atas kecerobohan ng dilakukannya tanpa mengecek terlebih dahulu kejadian sebenarnya.
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
hania putri
mama nya nathan ya yg kena jambret?
2022-09-20
1
Nathasya90
nah ini nih yg bener komennya😆
2022-05-28
0
Ranran Miura
Semoga rumah sakitnya gak bosen ketemu Rena mulu 🤭
2022-05-28
0