Tersebar kabar bahwa di Desa dekat perbatasan istana telah menyebar wabah penyakit yang sangat menular, rakyat desa itu hanyalah rakyat miskin yang bekerja sebagai petani, mereka tidak bisa membeli obat-obatan, mereka hanya mengandalkan tabib-tabib relawan yang berhati malaikat.
"Apakah aku bisa sembuh? tolong sembuhkan aku dan anakku...!" tanya salah satu warga yang terkena virus
"kami tabib disini akan berusaha semampu kami nyonya, percayalah dan bertahanlah...!" jawab salah satu tabib
"uhuk...uhuk... hoeeekkk..." tiba-tiba sang anak tadi muntah darah
ibunya pun panik,
"astaga, anakku... bertahanlah sayang, tabib bagaimana ini tolong selamatkan anakku, tolong......" ibu itu menangis putus asa
"kami akan berusaha nyonya, untuk saat ini kami hanya bisa mengandalkan obat-obatan yang ada, , karena dari istana pun kami belum mendapatkannya." jawab tabib dengan rasa bersalah.
Para tabib relawan terus berusaha mengorbankan seluruh jiwa raga mereka untuk membasmi virus ini, sebenarnya merekapun rawan tertular apalagi dengan mulai menipisnya obat-obatan yang tersedia.
"Cepat...! kita tak punya banyak waktu" perintah salah satu tabib
" Tapi kita juga perlu tenaga , jangan sampai tabibnya malah menjadi yang harus dirawat." keluh salah satu tabib lagi
" iya ... iya 2 menit lagi kamu harus segera menyusul...!"
Begitulah keseharian mereka selama disini, sampai tak sempat untuk menikmati makanan mereka.
* *
"Kenapa kamu tidak ikut membantu ke desa perbatasan?" Tanya si kakak
"Bukannya aku tidak mau, hanya saja terlalu beresiko." Keluh seorang tabib
"Tapi tambahan tabib disana pasti sangat berharga." Bujuk sang kakak
"Aku juga punya hati kak, aku kasihan kepada mereka, tapi disana kudengar persediaan obat-obatannya pun mulai menipis, itu lebih beresiko lagi… aku juga merasa kasihan dengan anak dan istriku jika aku mati disini." Jawab tabib sambil menunduk.
"Benar juga ya…" jawab si kakak
"Lalu kamu akan membiarkan mereka berjuang tanpamu?." Tanya si kakak penasaran
"Hmm… aku pasti akan pergi kesana setelah mendengar kabar obat-obatan sudah tersedia."
Memang Tak semua tabib mau datang ke desa ini untuk menghadapi resiko kematian meskipun mereka merasa prihatin, jadi hanya beberapa tabib yang tulus yang sekarang ada disini, semakin banyaknya pasien membuat mereka kewalahan.
Banyak kendala pengobatan yang menyebabkan virus itu menyebar dengan semakin cepat dan memakan banyak korban jiwa.
Saat beberapa tabib melihat mayat dimana-mana, dan mereka tak punya pilihan.
"Astaga, sampai kapan ini terjadi?"
"Entahlah… aku semakin khawatir, apakah kita akan terus menunggu obat yang belum tentu datang?"
"Apakah salah satu dari kita harus kembali ke istana dan memohon pada raja?"
"Tapi disini juga banyak yang membutuhkan kita, biarlah untuk saat ini kita disini, kita bisa menitipkan pesan pada raja lewat pengawalnya."
"Hemm… ia tapi nyatanya masih seperti ini."
"Mungkin memang belum ada jalan keluar, dan raja sedang mencarinya."
"Lihatlah disini saja sudah ada 10 orang yang meninggal, belum lagi disebelah sana? Bahkan disini sangat bising dengan orang-orang yg menangis, aku sungguh kasihan melihatnya."
Tabib itu juga mulai menangis
"Sudahlah, kita harus kuat, kita harus memberi mereka semangat, bukan malah ikut menangis..hemm"
"Aku tidak menangis , hanya saja air mataku ingin aku buang sebagian, kamu puas? Hemm…"
"Iisshhh… kalian ini, ayo cepat kita kumpulkan semua mayat, karna hari ini tembus di angka 25 orang, lebih baik kita kremasi semua di satu tempat saja."
"Apa 25 orang? Kalau terus seperti ini aku merasa gagal menjadi seorang tabib."
"Kamu benar…"
Semua tabib kini merasa sedih yang mendalam
Mayat-mayat itupun akhirnya dikumpulkan di satu tempat dan dibakar, berharap virus dalam tubuh mayat mati.
Gejala umum yang timbul dari orang-orang yang sudah terkena virus biasanya, badan lemas, sesak nafas bahkan ada yang sampai muntah darah, tentu saja itu sangat memprihatinkan.
Para tabib memisahkan pasien yang dalam gejala ringan, gejala sedang dan gejala berat agar mereka bisa memprioritaskan pasien-pasien yang gejala berat yang mulai muntah darah.
"Bagaimana ini?... kita harus mencari obat-obatan itu dengan segera, aku sungguh kasihan dengan mereka..."
"Kita hanya bisa menunggu dan berdoa supaya obatnya cepat datang."
"Bukankah selama kita tinggal di istana bahan obat selalu melimpah, seperti ada permainan di dalamnya."
"Benar juga… sungguh keterlaluan jika memang ini permainan, karna telat 1 hari saja puluhan nyawa yang hilang."
"Akan ada balasan di setiap kejahatan."
Memang sesuatu yang aneh bahan obat tersebut menjadi langka, padahal semakin hari penyebaran virus semakin cepat.
* *
Sementara di istana Raja Deon sedang gelisah mendapat kabar wabah ini,
"Jika dibiarkan , pasti virus ini bisa menyebar ke dalam istana." pikir Deon
"Kirimkan lebih banyak tabib kesana!" perintah Raja Deon
"Maaf baginda, para tabib merasa keberatan, mereka tidak mau mengambil resiko sampai kehilangan nyawanya, apalagi saat ini obat-obatan menjadi langka, di desa perbatasan pun hanya menggunakan obat seadanya." jawab prajurit itu
"Bagaimana bisa? bukannya lahan kita begitu banyak menghasilkan bahan obat-obatan?" tanya Raja
"Saya juga tidak tau baginda, saya hanya merasa ini sedikit aneh." jawab prajurit lagi
"Sebaiknya kamu perintahkan salah satu dari kalian untuk pergi untuk memastikan, tanyakan kepada para petani apakah mereka panen bulan ini atau apakah ada masalah lainnya??"
"Hmm Dan tugas untukmu,pantau terus keadaan disana, dan berikan laporan setiap hari kesini....!" perintah raja
"Baik baginda, saya undur diri."
prajurit itu pun kembali menuju desa perbatasan.
Deon merasa frustasi ia memijat-mijat pelipisnya, saat ini ia harus segera bertindak.
* *
Smentara disebuah rumah makan para menteri sedang merasa senang karena berhasil menimbun bahan-bahan untuk membuat obat tersebut.
"Aku dengar mereka sudah kewalah dan kehabisan obat-obatan. hahahahaha"
"Apa rencana ini akan berhasil?"
"Tentu saja aku sangat yakin, aku akan melepaskannya kalau harganya sudah melebihi harga emas...hahahaha..."
"Kamu memang hebat."
"Tentu saja kita harus memanfaatkan keadaan."
"Aku sedikit penasaran dimana kamu menyembunyikannya?"
"Tentu saja tempat yang jauh dari istana dan orang pun tidak akan menyangka di tempat itu terdapat banyak barang berharga."
"Wah...wah sepertinya kita harus banyak belajar darinya."
"Tentu saja, bukankah sudah terbukti selama 5 tahun terakhir ia masih menjabat, padahal sudah banyak meraup keuntungan, bahkan raja pun tidak mengetahuinya."
Hahahahahahhaha (mereka tertawa bersama)
Mereka makan dan juga mabuk-mabukan tanpa perasaan bersalah, mereka tidak memikirkan nasib warga desa disana, bahkan mereka tidak memikirkan jika virus itu bisa sampai ke tempat tinggal mereka, yang saat ini mereka pikirkan hanya banyaknya harta yang akan mereka dapat.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 232 Episodes
Comments
Dewi Ansyari
Dasar para mentri gila mengorbankan nyawa orang demi harta astaga 😱
2024-04-27
0
Audreen
Duh jngan Banyak harap sm itu raja ih... Noh lg enyak2 ngHAREM dia bergulat ma Selirnya yg kek cacing kpanasan,😒
2022-09-26
4
Septi Verawati
bentar lg juga para menteri pada keok,, bersenang-senang aja dulu sebelum mampusss 😏😏😒😒
2022-09-18
2