"Bagaimana?"
Kay yang duduk didepan Gara dengn berpangku wajah diatas meja. Melihat Gara menyantap dengan lahab.
"Enak."
Kay tersenyum.
"Tentu saja, aku sudah memasak sejak usiaku 8tahun."
"Benarkah?"
"Heemmm.."
Kay tersenyum dengan wajah cantiknya. Gara melihat padanya, sesaat saling mengagumi kesempurnaan yang sempurna di depan mata. Membawa deburan hangat yang menjalar hingga ke hati yang terdalam.
Gara mengalihkan pandangannya. Dia takut akan semakin jauh tenggelam dalam keindahan mata Kay yang terus menjerat seluruh hati tanpa dia bisa melawan.
"Aku.... Membuat virus baru,"
"Oohh ya? Kali ini untuk apa?"
Gara tersenyum tipis menatap wajah Kay,
"Aku ingin kamu juga ikut serta didlamnya."
"Kau akan melibatkanku juga?" Kay begitu bersemangat.
"Kamu mau?"
"Heemmm.." Kay mengangguk mantap, lalu wajahnya sedikit berubah mengingat dia masih dalam masa hukuman.
"Tapi, aku tidak bisa pergi dalam minggu ini."
"Kenapa?"
"Mmm.." Kay menggosok tengkuknya."Daddy ku menghukumku, karena kasus di gunung waktu itu."
Gara tersentak, dia tak tau akan berakhir seperti ini.
"Maafkan aku."
"Tidak apa."
"Aku sungguh menyesal."
"Kalau kau sungguh merasa bersalah dan menyesal. maka minta maaflah dengan benar." Suara Embun sambil melangkah mendekat.
"Ibu!" Kay berdiri.
Embun mengangkat tangannya, agar Kay diam.
"Ibu sedang berbicara padanya."
Embun melirik Gara dan menatapnya tajam.
"Maafkan saya untuk kejadian yang terakhir kalinya." Gara menundukkan kepala pada Embun.
"Datanglah malam ini kerumah kami untuk membicarakannya."
"Ibu...!"pekik Kay memprotes.
"Terima kasih untuk undangannya, Apakah itu berarti saya bisa mengantar Kay pulang malam?"
"Tidak!" tegas Embun. "Lanjutkan makan mu, setelah itu pergi. Jam istirahatnya sudah selesai."
Embun menepuk pundak Gara dan melewatinya begitu saja. Kay menghela nafasnya lalu duduk lemas dikursinya lagi.
"Ibuku..."
Gara tersenyum. "Ibu mu cantik."
"Aku rasa kecantikanmu pun pasti menurun darinya." Gara kembali duduk dan memakan makanannya.
"Apa, kemampuan memasakmu ini juga darinya?"
Kay mengangguk. "Ibu yang mengajariku."
"Masakanmu ini sungguh enak. Aku ingin bisa memakannya setiap hari."
Wajah Kay seketika bersemu merah.
"Kamu semakin menggemaskan dengan wajah bersemu merahmu itu." goda Gara dengan senyuman.
"Jadi, apa yang harus aku bawa untuk meluluhkan calon mertua?"
****
####
Di gedung CRD corp. Malvin dan Ken berjalan melewati lorong gedung. setelah meting untuk membahas beberapa peretasan yang masuk ke jaringan mereka.
"Kenapa sulit sekali mencari peretas yang benar-benar handal." keluh Malvin ditengah langkahnya.
"Bukankah anda memiliki satu tuan?"
"Siapa? siapa maksudmu?"
Ken menundukkan wajah.
"Aku tak mau melibatkan anak-anak lagi." tegas Malvin mengerti siapa yang kenan bicarakan."Mereka sudah pernah dalam bhaya karena ini. Aku yakin ini masih ulang orang yang sama. Pola nya mirip."
Ken mengangguk menyetujui. Keduanya berjalan memasuki lift. Lalu menekan tombol teratas. Di lantai 14. Lift berhenti. Lalu pintunya terbuka. Caty berdiri tepat di depan pintu lift. Dia hendak masuk tapi ragu. seorang pria yang saat itu berdiri dibelakang Catty mendorong tubuhnya.
"Ayo masuk! Ngapain malah bengong?"
Pintu lift tertutup. Didalam ruang lift hanya ada keheningan. Seperti kesepakatan sebelumnya, untuk tidak saling mengenal jika berada di perusahaan dan terlihat oleh orang kantor laiin. Tentu saja Malvin sebenarnya sudah sangat gatal ingin bertanya pada Catty. Namun, bocah itu lebih memilih asyik berbincang dengan temannya itu.
Ken melirik pada kedua orang yang asyik bergurau itu. Dadanya serasa sesak. Hingga dia menyentak nafasnya beberapa kali.
Malvin yang merasa heran menoleh pada Ken.
"Kenapa kau ini? seperti orang sudah saja." tegur Malvin dengan pandangan tanya.
"Saya hanya kepikiran dengan seorang peretas kenalan saya."
"Kau punya kenalan?"
"Yaah.... Diaa..." Ken lagi-lagi melirik kearah dua orang yang cukup berisik itu.
Malvin yang menyadari kearah mana lirikan Ken, menghela nafasnya dan kembali melihat lurus kedepan.
"Sudahlah, kita bicarakan setelah di ruanganku."
Malvin beralih melirik Catty dan temannya itu.
"Kalian berdua ikut!"
"Kau!" Malvin menunjuk teman Catty.
"Dan kau anak magang. ikut kelantai atas."
Catty menunjuk mukanya sendiri.
****
Begitu sampai di depan ruangan Malvin.
"Kau buatkan kopi dan teh." menunjuk pada Catty.
"A-aku?"
"Disana pantri." Malvin menunjuk sisi kiri ruangannya.
"Dan kalian ikut ke dalam." Malvin membuka pintu ruangannya, masuk di ikuti oleh kenan dan pria yang tadi bersama caty.
Catty menyentak nafasnya, lalu berbalik menuju pantri. Disana dia mulai membuat kopi dan teh. Sedangkan Malvin membuka lagi pintu ruangannya mengintip, memastikan anaknya itu sudah tidak terlihat lagi. Pria itu menyeringai.
"Baiklah! kau boleh pergi!" ucap Malvin pada teman Caty tadi.
"Bagaimana dengan Caty?"
"Biarkan saja. Pergi sana!" usirnya.
Teman Caty terlihat bingung, namun dia pergi juga.
Didalam ruangan Malvin duduk disofa tamu, Ken masih setia menemani, walau tak tau apa mau tuannya itu. Dia bahkan tidak di ijinkan untuk pergi keruangannya sendiri.
Malvin bersiul tidak jelas.
"Tuan."
"Heemmm"
"Apa kita akan membahas tentang hacker kenalan saya?"
"Oo iya . Benar. Kau punya satu... mmmm.. siapa itu namanya..." Malvin mencoba mengingat-ingat.
"Seven!"
"Iya, seven. Kau sudah menemukannya?"
"Saya masih belum bisa menghubunginya."
"Apa kau cukup mengenalnya?"
"Tidak tuan, dia sangat misterius. saya mengenalnya waktu dia masih berusia 8tahun. Dan aku menolongnya saat dia diganggu. Selanjutnya aku bertemu lagi dengannya, saat akun saya diretas. Dia sangat membantu."
"Aaaa... begitukah?"
"Jadi kau juga tidak tau dimana rumahnya?"
"Tidak."
Pintu ruangan Malvin dibuka dari luar. Caty masuk dengan kopi pesanan.
"Ini! Pesanan Daddy!"
Caty meletakkan kopi beserta nampannya diatas meja tamu, dimana Malvin duduk dengan Ken.
"Ituu!" Malvin menunjuk dada Caty.
"Bukankah itu pin milikmu Ken? Kenapa bisa ada di dadanya?"
Semua mata jadi berpusat pada pin di dada Caty. Baik Caty maupun Ken jadi sedikit bersemu.
"Kalian! Tidak berbuat aneh-aneh kan?" melihat gelagat keduanya.
catty tersentak,
"Apa maksud Daddy? Kancingku terlepas entah kemana. Dan Om kenan hanya meminjamkannya padaku."
Malvin masih menatap tak percaya pada Caty.
"Bagaimana kancing itu bisa lepas? dan hilang? itu bukan modusmu kan?"
"Daddy!"
"Jika... Tidak ada yang lain, saya kembali keruangan tuan." pamit Ken."Kalian bisa melanjutkan pertengkaran ini tanpa didengar orang luar."
Ken menundukkan kepalanya. Lalu berjalan dan menutup pintu perlahan.
"Daddy!!" geram Caty merasa malu.
_____€€€_____
Readers, Kasih semangat donk, biar Othor up terus setiap hari.
like dan komen ya
Terima kasih.
Salam___
😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Caramel Latte
gercep ya Gar
2023-11-15
0
Berdo'a saja
seven anak Daniel terus membantu Marcus
2023-05-13
0
Dewi Nurmalasari
nikahin drink Donk berarti
2023-04-11
0