"Kau ini salah minum obat atau apa?"
"Aaaahhhh... Dasar. sapi tua."
Sera melempar wajahnya kesamping.
"Aku ini sedang menyatakan perasaanku. Kau ini sama sekali tak berperasaan."
Ken terkekeh, hingga bahunya berguncang.
"Bagaimana dengan pacarmu itu?"
Sera berdecit.
"Dia payah, benar-benar tidak peka. Karena itu aku mau menjadikanmu pacarku."
Kenan menghela nafasnya, tepat saat itu pintu lift terbuka.
"Terus saja meracau!"
Kenan melangkah pergi meninggalkan Sera.
"Hei! Bagaimana dengan tawaranku tadi." sedikit berteriak.
"Tidak tertarik!"
Ken melambaikan tangannya. Sera tertawa lucu.
"Dasar sapi tua dingin! Aku sumpahi kau dikintilin bocah SMA."
Sesampainya Ken didepan pintu lobi, pria itu melihat Catty. Gadis muda itu tiba-tiba muncul dengan membawa bawaan yang berat dan banyak. Ken mengulas senyum.
Situasi Catty.
Pagi itu Catty terbangun, dan masih terduduk diatas ranjang kamarnya. Catty berfikir, bagaimana rencana hari ini. Dia harus melancarkan serangan pedekate pada Om Ken. Catty mengeluarkan benerpa barang dari lemarinya. Caty pun bersiap kedapur, di dapur dia pun bersiap membawa beberapa barang sambil bersiul riang. Kian dan Sean hanya mengintip dibalik tembok, memperhatikan kakaknya.
"Kali ini apa lagi rencananya?"
"Entahlah, dia selalu melakukan tindakan bodoh dan menyusahkan."
"Apa perlu kita membantunya?"
"Sudahlah dia tak ada harapan."
Kian dam Sean menghela nafas panjangnya.
Flash back dikit.
Di danau buatan, saat mancing bersama.
"Om, apa om Ken sudah punya pacar?"
"Kenapa?"
"Mm... Aku penasaran, pacar Om seprti apa?"Ocap Kian sambil memasang umpan.
"Benar! Buat referrensi om, kalau kami mau punya pacar nanti. Bisa pilih yang seperti pacar Om Ken." oceh Sean mengambil pancingnya.
Kenan terkekeh.
"Kalian masih kecil! Jangan pacar-pacaran."
"Iya Om, kan nanti kalau udah gede. Om kan cakep, pasti banyak yang nempelin."
"Termasuk kak Catty kami." gumam Kian berbisik pelan.
Kenan terdiam sesaat. Lalu sedikit tersenyum tipis.
"Om tidak pacaran."
"Kenapa?" serentak bertanya dan menatap Ken.
"Om tidak suka wanita."
"Haaahh??" Kian dan Sean tersentak kaget.
"Jadi, om Ken Guy?"
¤¤¤¤¤
Kedua anak laki-laki yang melihat keatas itu, perlahan menundukkan kepalanya. Keduanya menghela nafas bersamaan.
"Kasihan sekali kak Catty."
Kian dan Sean menggelengkan kepalanya bersamaan.
"Miris sekali dia menyukai seorang guy."
****
####
Didepan lobi perusahaan Daddy nya, Catty membawa beberapa barang yang memang sudah dia siapkan sejak dirumah tadi. Catty mengintip dari balik tembok persembunyiannya. Menatap pintu kaca lobi, menunggu Kenan muncul.
Sosok yang dia tunggu-tunggu akhirnya muncul. Wajah nya langsung sumringah, Catty mengumpulkan barangnya itu. Lalu membawanya dengan cepat berjalan dari belakang Ken, memasang wajah kasihan dan lemas, Caty berjalan dengan sedikit menyenggolkan tubuh nya pada Kenan sambil terus berjalan.
Sudah beberapa langkah, pria itu tak menunjukan reaksinya.
Apa? Sudah seperti ini kenapa Om Ken sama sekali tidak bereaksi. Pikir Catty sedikit kesal.
Catty menoleh, Ken sedang berjalan ke sisi yang lain dan tidak begitu memperdulikan Catty.
Apa? Ini keterlaluan namanya.
Catty kembali melangkah, berbelok kearah Ken. Catty berjalan di belakang Kenan, sekali lagi berpura-pura keberatan dan lemas. Berjalan melewati Ken dengan sedikit menyenggol lengan pria itu.
Ken menoleh, dengan wajah datar tentunya.
"Ooohh,, Om Kenaaann!" seru Catty sok kaget baru saja melihat Ken.
Dari pada di cuekin lagi, mending dia pura-pura terkejud saja.
"Om Kenan ada disini. Tidak menyaka bisa ketemu disini."
"Tentu saja Catty. Aku kan juga bekerja disini."
"Aaahh.. iya! Aku sampai lupa."
Catty lagi-lagi memasang wajah capek dan keberatan. Memukul ringan bahunya. Lalu melirik sedikit pada Ken. Pria itu hanya tersenyum tipis menahan geli.
"Uuuhhh... Beratnya.."
"Kenapa anak magang bawaannya sebanyak ini."
"Yaaahh.. ini memang tugas yang berat."
Ken mengulas senyum lagi.
"Biar aku bantu bawa."
Wajah Catty sumringah.
Yeess!! Berhasill!!! sorak nya dalam hati.
"Terima kasih, Om."
Caty menggulum bibirnya menahan tawa senang.
Ken mengambil semua bawaan Catty lalu berjalan beriringan.
"Untuk apa semua ini?"
"Tugas lapangan, Om."
"Tugas lapangan mana? Pakai kuas juga? Disini juga ada sapu."
Ken melongok bawaan Catty ditangannya.
"Iyaaaahh,, ini untuk membersihkan beberapa tempat di project." ucap Catty sedikit ragu.
"Kau melakukannya juga? Kupikir kamu hanya melakukan pengumpulan data."
Catty tersentak. Ya ini untuk misi lain, Om.
"Mmm.. itu... ini juga... termasuk dlam pengumpulan data." Catty mencari alasan.
"Data kebersihaan. Iya data kebersihan."
Diakhiri dengan tawa canggung Catty."Ahahaha"
"Aa.. Okeey.."
Kenan dan Catty melangkah memasuki lift. Langkah Catty terhenti, melihat Arshya ada didalam lift bersama dengan Daddy Malvin. Tentu saja pria itu tertegun. Melihat anak perempuannya bersama Kenan. Di gedung perusahaannya.
Wajah Malvin sudah penuh dengan tanya dan protes. Catty mendelik pada Dady nya agar diam.
(Bahasa tatapan Malvin dan Catty.)
*Catty? Apa yang kau lakukan disini? Mengintili kenan?*
*Tidak Dad! Diamlah! nanti aku jelaskan! Jangan bertanya dan bersuara jika aku ini putrimu!*
*Apa? Terjemahan tatapan macam apa ini?*
°°°°
Kenan dan Catty pun akhirnya sudah berada didalam lift dengan keheningan.
Catty berdiri di belakang disamping Arsya, sedangkan Kenan berdiri agak didepan disamping bosnya.
"Untuk apa barang bawaan sebanyak itu?"
"Ini milik anak magang, tuan."
"Magang?"
Malvin menoleh menatap Catty yang sudah salah tingkah dan kikuk. Lalu kembali menatap lurus.
Dibelakang Arsya berbisik, namun masih bisa didengar oleh satu ruang lift itu.
"Itu punya mu? Untuk apa bawa barang tidak berguna itu?"
Catty menghela nafasnya, dengan tubuh lemas.
"Haaaaahhh... Game over."gumamnya pelan.
###
"Baiklah! Kau jelaskan ada apa ini? Kenapa magang di kantor Daddy tanpa pemberitahuan?"
Catty berdiri dengan tubuh malas-malasan di ruang keluarga. Sore itu, Daddy Malvin sengaja pulang lebih awal demi untuk menginterogasi anak gadisnya itu.
"Kenapa Daddy terkejut? Bukankah harusnya Daddy sudah tau dari pengajuan berkas magang?"
"Daddy mana mengurusi hal yang seperti itu! "
"Berarti itu salah Daddy."
"Apa? Jangan mengalihkan pembicaraan?Kenapa sekarang malah jadi salah Daddy?"
"Yaahh,, kenapa Daddy tidak ikut mengecek siapa saja yang magang di kantor Daddy. Kecolongan kan?"
"Cattyy!!!" geraam Malvin mengepalkan tangannya.
"Apa kau mengikuti kenan sampai ketempat kerjanya. Kau sakit nak."
"Yaaahh.. Ini namanya penyakit turunan."
Mulut Malvin melongo.
"Apa maksudmu anak muda?" dengan nada bersabar walau hati sangat geram.
"Yaahh.. Bukankah Daddy juga begitu pada mommy Embun."
Caty menggosok tengkuknya.
Malvin menyeringai kesal. "Catty, hukuman apa yang harus Daddy berikan padamu?"
Caty tersentak, mengangkat tangannya menahan.
"Tunggu Dad, Kita bisa bicarakan ini baik-baik."
Catty menelan ludahnya.
"Daddy ingat dengan pot tanaman bunga kesayangan Mommy Embun disamping rumah yang Daddy pecahkan?"
Malvin tertegun.
"Bagaimana kau bisa tau itu?"
"Bagaimana kalau kita tukar hukuman dengan menjaga informasi itu tetap terjaga?"
Malvin tertawa palsu. Anak Sialan!
"Baiklah!"
Malvin berdiri dari duduknya, dan berjalan menjauhi Catty dengan menyembunyikan tangannya di punggung.
"Mari kita lupakan saja hari ini." gumamnya sambil berlalu.
"Huuuffftt...."
Catty bernafas lega.
____^_^____
My readers, mohon dukungannya ya, biar othor semangat up terus ngk bolong-bolong. 😣
like
komen
ma kasih...
😊
________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Ina
🤣🤣🤣🤣 Malvin sllu di buat pusing ma klakukan Catty yg mirip ma klakuan daddynya
2023-06-23
1
Dede Exis
anakmu uiii,Dedy mal
2023-06-11
0
Dede Exis
hmm,gx perlu dsumpahin lagi keles.
karna emnk udh dikintilin Ama anak SMA
2023-06-11
0