Dalam dingin nya malam itu, api membakar tumpukan kayu dalam sebuah gubuk. Perlahan kayu yang menyala itu bergoyang, patah oleh panasnya api dan bara.
Nafas hangat Gara menerpa telinga Kay. Gadis itu dalam balutan selimut tipis yang sama dengan pria yang jadi satu-satunya manusia disana. Gara memeluk tubuh Kay dari belakang. Baju basah Kay tergeletak di dekat perapian.
Suara racauan Kay masih terdengar. Walau kini sudah tak seperti sebelumnya. Tubuh gadis itu pun sudah tak sedingin beberapa waktu lalu.
"Kau boleh membenciku setelah ini." lirih Gara mengeratkan pelukannya.
Terpaan nafas hangat Gara menjalar disekujur tubuh Kay. Gadis itu menolehkan wajahnya, nafas Gara menerpa pipinya. Entah apa yang merasuki Kay, atau itu memang datang dari dalam dirinya yang bergejolak.
Kay menyambar bibir Gara. Pria itu hanya diam. Beberapa kali Kay menggorek dengan lidahnya mencari celah untuk masuk. Hingga Gara ikut tersihir. Membuka mulutnya, menyatukan lidah dan merasakan manisnya sebuah ciuman pertama. Sesaat lamanya kedua bibir itu beradu, bergulum dengan lembut. Nafas keduanya semakin memburu. Hawa dingin telah sirna, berubah menjadi rasa panas yang membakar di dalam tubuh.
Kay menelan ludahnya, membuat jarak perlahan memalingkan wajahnya. Deru nafas kedua insan beda jenis itu bersautan. Dalam keheningan, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Keras-keras apa di belakang?" Pikir Kay dengan malu, mengingat apa yang baru saja dia lakukan. Entah kenapa dia berinisiatif begitu.
"Apa aku sudah membangunkan yang sedang tertidur?" Kay menundukkan kepalanya.
Merasa ada yang tak patut di tubuhnya Gara segera beranjak keluar dari selimut tanpa menyingkap terlalu banyak. Agar tak menampakan kulit terdalam Kay.
"Aku... Akan mencari sesuatu dibelakang rumah. Sementara pakailah kausku."
Gara mengambil kaus yang tadi dia jemur, memang sudah lebih kering, dia melemparkannya ketubuh Kay. Pria itu berjalan dengan membawa sebatang kayu dengan nyala api sebagai penerang.
Kay menghela nafasnya. Menyembunyikan wajahnya diantara lulut yang dia peluk.
"Rasanya malu sekali. Apa yang sudah kulakukan?"
Tak berapa lama Gara datang dengan sebongkah ubi dengan masih ada sedikit tanah menempel padanya. Ditangannya yang lain dia membawa beberapa buah pisang berwarna kuning.
Gara tersenyum melihat Kay yang sudah mengenakan kaus nya.
"Aku dapat makanan."
Gara mengangkat ubi ditangannya. Gara duduk mendekati api dan melempar ubi ke dalam bara. Sedang pisang dia biarkan ter onggok di lantai beralas tanah itu.
"Mmmmm...." Gara menyodorkan pisang dari tangannya, setelah dia mengupasnya tadi.
Kay mengambil pisang itu, lalu perlahan mengunyahnya.
Hening, hanya suara jangkrik malam yang saling bersautan. Setelah cukup lama, Gara mengambil ubi dari perapian dengan tongkat kayu.
Mengambil ubi yang masih panas itu dengan sesekali meniupnya. Mengupas kulitnya dan menyodorkannya pada Kayla. Dengan ragu, gadis berusia 18 tahun itu mengambilnya. Kay merapikan selimut yang menutupi tubuhnya.
Gara mengalihkan pandangnya menatap api didepannya.
"Itu.... Hanya reaksi biologisku. Aku, tidak akan menerkammu." ujar Gara yang sedari tadi melihat sikap gelisah di diri Kay.
"Aku... Masih punya moral." lanjutnya menelan ludah.
Gara mengambil ubi yang lain dan mengupasnya, sesekali meniup karena panas. Lalu memakannya.
####
Disisi lain diwaktu yang berbeda.
Mavin dan Embun cemas Kayla tak kunjung pulang juga. Begitupun dengan Catty, hingga petang ini tak juga kembali.
"Kenapa dengan anak gadisku ini."
Embun sudah berhasil mengontak Caty, yang saat ini sedang dalam perjalanan pulang.
"Kemana mereka? Kenapa masih belum pulang juga." Gumam Malvin mondar mandir di ruang utama.
"Begitu pulang akan kuhukum mereka." geram Malvin lagi.
"Sayang, sudahlah. Jangan memperkeruh keadaan. Sekarang ini yang penting mereka kembali dengan selamat."
"Iya.. iya aku tau." Malvin mengangguk frustasi."Sampai dimana Catty?"
*****
Disebuah jalan, agak ketepilah, sebuah mobil merah terparkir dengan salah satu bannya kempes. Ken berjongkok menatap roda yang telah hilang anginnya itu.
"Haaaiissshh..." Catty yang kesal menendang ban didepan Ken.
Pria itu mendongak menatap protes Catty.
"Apa? Om tidak terima?" tantang Catty kesal. "Kalau bukan karena Om Ken memaksa untuk mengantar aku sudah sampai dirumah." gerutu gadis belia itu dengan muka juteknya.
Kenan berdiri, dengan kesal. membuang mukanya kesamping. Dia berkacak pinggang. Ingin memaki tapi dia tahan. Sadar didepannya hanyalah seorang bocah SMA.
"Aku akan menghubungi bengkel."
"Tidak usah! Aku sudah memesan taksi online." Masih. dengan nada juteknya.
"Kau mau meninggalkanku disini?" protes Ken.
"Ini semua salah Om!"
"Aku bermaksud baik. Kenapa malah menyalahkanku."
"Kebaikanmu tidak manfaat saat ini!"
"Apa?"
"Saudara sekarang mungkin sedang dalam bahaya! Dan aku tidak berada disana sekarang! Itu membuatku kesal! Kenapa aku justru terjebak disini dengan Om."
Catty menyentak nafasnya kuat-kuat. membuang semua kekkesalan didadanya. Walau bagaimana pun Catty merasa menjadi anak tertua, hingga dia mengharuskan diri menjadi pelindung bagi saudara-saudaranya.
Tidak akan dia biarkan saudaranya dibuli. Karena itu Catty belajar karate dan jutsu. Agar dia bisa membela saudara yang mengalami kekerasan visik. Walau kenyataannya kedua adiknyalah yang sering melakukan kekerasan fisik berkedok membela diri. Catty juga memastikan adik-adiknya mamasang GPS agar mudah menemukan jika hilang atau terjadi sesuatu.
Tentu saja Catty. merasa kesal. dan jengkel pada Kenan yang saat ini dia anggap sebagai penghalang. Karena menghambat kepulangannya.
Taksi online yang Caty pesan sudah tiba, bersamaan dengan teman bengkel kenalaan Ken.
"Aku ikut denganmu."
Ken ikut menerobos masuk ke dalam mobil.
"Haaaahhh... Apa kau sedang mengintiliku Om?"
"Terserah! Aku tetap akan ikut."
Sekali lagi Catty menyentak nafas kasarnya. Namun tetap membiarkan Ken ikut. Mobil online itu membawa keduanya kekediaman Keluarga Malvin.
####
"Mommy!"
Catty berhambur memeluk Ibu sambungnya .
"Moomm! Aku menemukan lokasi Kay. Dia ada di NNP.."
"Apa? Bagaimana bisa? Apa yang dia lakukan disana? Bukankah dia pergi berkencan? Jangan-jangan peria itu berbuat tidak senonoh padanya? Akan kubunuh pria itu." Malvin memberondong dengan cemas ,kesal dan tak sabar.
"Dad! Jangan cerewet. Kita segera kesana saja."
"Kau benar putriku."
Malvin tentu saja kesal . Tapi dia tidak menampik apa yang dikatakan Catty adalah benar. Saat ini prioritas utama menemukan Kay.
****
Malam itu, begitu sampai di lokasi dan berbicara dengan para petugas. Dengan gabungan tim dan relawann, dilakukanlah pencariaan dengan mulai menyisir lokasi kemungkinan Kedua orang itu terlihat.
Beberapa jam kemudian, berkat asap dari perapian mereka menemukan Kay dan Gara. Selama diatas Gara masih menyertai, hingga perjalanan sampai di bawah. Kay mwndapat sambutan peluk dan cium dari keluarganya.
Kay menoleh, mencari sosok Seven. Namun sejauh mata memandang Kay tak menemukan pria itu. Tentu saja dia merasa sedikit kecewa. Gara pergi begitu saja.
Jauh dari lokasi itu, didataran yang agak lebih tinggi. Gara menatap kerumunan di bawah sana. Menatap Kay yang bertemu kembali dengan keluarganya. Gara merasakan adanya pergerakan di belakangnya.
"Aku, akan pergi ke sana."
"Baik Tuan Muda."
"Kalian sudah tak perlu mencariku lagi."
____^_^____
My readers, mohon dukungannya ya, biar othor semangat up terus ngk bolong-bolong. 😣
like
komen
ma kasih...
😊
________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Berdo'a saja
siapa yang bicara dengan Gara itu
2023-05-12
0
Ririe Handay
gara misterius
2022-07-31
0
💜ᴀʏ᷍ʏ ᷧ ᷠ ᷚ
kalo beda 19 tahun berarti Kenan 37 bukan 38
2022-06-29
1