"Aku tidak bisa."
Suara penolakan Gara menghentikan gerak tubuh Daniel yang sedang menyantap sarapan pagi itu. Daniel meletakkan sendok dan garpunya, mengambil tisue kemudian mengelap mulutnya.
Daniel menatap tajam anaknya itu.
"Sudah kukatakan sebelumnya. Aku menolak. Kenapa masih memintaku?"
"Aku ingin kamu memikirkannya lagi. Demi perusahaan Ayah dan demi ibumu."
"Ibu sudah meninggal. Kenapa masih membawanya?"
Daniel tersenyum tipis.
"Karena itu, pikirkanlah kembali."
Gara mengambil gelasnya, meneguk hingga habis. Kemudian mengambil tisu dan mengelap bibirnya.
"Aku sudah selesai. Aku akan keluar hari."
Gara beranjak dan menggeser kursinya dengan kaki. Lalu mengayunkan kaki perlahan.
"Pulanglah malam ini. Masih banyak yang ingin ayah sampaikan."
Langkah Gara terhenti seketika.
"Aku sudah selesai. Sudah kukatakan. Aku selesai."
"Ayah belum. Jadi kembalilah sebelum ayah bertindak lagi."
Gara menghela nafasnya, lalu berjalan kembali. Daniel masih mengunyah, menengok sedikit langkah anaknya pergi. Daniel melirik anak buahnya.
"Laos!"
"Baik, tuan." tunduk Laos. Yang tanpa aba-aba lagi, mengikuti Gara dari belakang. Seolah mengerti akan maksud tuannya itu.
***
####
Kay hari ini mulai menyiapkan beberapa bahan untuk resep koki utama . Saat ini dia masih dalam tahap mempelajari kegiatan di Kichen area. Masih menyiapkan beberapa bahan dan memotongnya. Sebelum sang koki mulai memasak.
Setelah selesai, Kay menyenderkan punggungnya di luar dapur. Sedikit menghela nafas. Ekor matanya menangkap bayang seseorang mendekat, Kay menoleh. Dia tersentak melihat siapa yang datang.
"Gara!"
Kay membenarkan posisinya, tegak. Gara tersenyum tipis.
"Apa begitu melelahkan?"
"Begitulah. Bagaimana kamu bisa tau aku ada disini?"
"Kau tau? Aku memiliki kemampuan."
"Aaa.. Aku tidak akan menanyakan pertanyaan bodoh lagi."
Kay menggaruk pipinya yang tidak gatal dengan satu jari.
"Kamu sudah makan."
"Belum."
"Bagaimana kalau makan siang disini?"tawar Gara melihat sekeliling. "Aku juga ingin mencicipi masakan ibumu."
"Aaahhh,, tapi itu, bukan ibu yang masak."
"Jadi, kamu mau memasak untukku?"
Kay terdiam, bibirnya sedikit terbuka. Pikiran Gara langsung melayang pada malam-malam sebelumnya di hutan. Gara mengalihkan pandangannya. Menghalau semua pikiran kotor yang mulai menghinggapi otaknya.
"Biar kulihat dulu. Kamu mau duduk dimana?" kay tersenyum dengan manis.
Jantung Gara berdetak lebih cepat...
DEG! DEG! DEG!DEG!
****
####
Catty membawa beberapa tumpuk berkas dan file di tangannya. Tumpukan itu begitu banyak dan berat, sehingga sedikit menghalau pandanngan gadis cantik itu.
Catty menekan tombol lift untuk bisa sampai ke lantai atas. Pintu lift terbuka, kaki Catty melanghak dengan hati-hati. Tapi dasar sial, kakinya justru terantuk batas lantai Lift. Hingga dia terjatuh kedepan, bawaan nya tentu saja berhamburan.
Catty yang pandangannya sedikit terhalang oleh kertasyang berhamburan itu, merangkak dan mendapat peganggan. Catty meraba asal, menyusuri benda keras dan hangat itu hingga keatas.
"Loh, ini kaki siapa?"
Catty mendongak dan nyingkirkan kertas diatas kepalanya. Tanganya masih meraba sembarang mencari pegangan. Wajah Caty berubah, merasa menyentuh yang tak seharusnya. Bersamaan dengan tatapan matanya melihat Ken berdiri didepannya.
"ASTAGA!" pekik Catty cepat-cepat menarik tangannya.
"Ada apa ini, Cat?"
"Ahahah... aku terantuk batas lantai lift, Om." Canggung.
Kenan menghela nafasnya. "Lantai berapa?"
"14, Om."
Catty memunguti kertas dilantai, Ken menekan tombol 14. Setelahnya ikut memunguti berkas dan file yang berserak dilantai.
"Kenapa membaw sebanyak ini?"
Ken menoleh melihat Catty yang kebetulan masih berjongkok mengumpulkan berkas dan menumpuknya. Mata Ken melebar, kancing seragam Catty terlepas hingga menampakan sedikit belahan dada gadis itu. Ken mengalihkan pandangan matanya kesamping dan berdehem.
"Eheemm.."
"Eh, apa? Tadi om ngmong apa?"
"Kenapa... Membawa sebanyak ini?" Ken masih memalingkan wajahnya kesamping.
"Om,"
"Om Kenan! Lihat kesini dong! Ngak sopan tau bicara tapi wajahnya melihat kearah lain." protes Catty.
Ken menelan ludah nya sangat sudah.
Dia anak-anak Ken! Anak-anak! Kenapa kau begitu biadab? pikir Kenan, menelan ludahnya lagi.
Lalu Ken menoleh dan melihat Catty, tentu saja pemandangan bukit terbelah itu menggoyahkan imannya. Ken menelan ludahnya lagi, melewati kerongkongannya dengan sangat susah.
"Catty..."
"Iya?"
"Disini berpakaianlah sedikit tertutup."
"Maksudnya?"
Tanpa kata, kenan menunjuk dad Catty. Gadis polos itu melihat mengikuti jari Ken. Dia terkejut.
"Aaaaaakkkhhh.... Ini..... Kancingnya copot." pekiknya histeris. "Duuhh, jatuh dimana ya?"
"Sejak kapan begini? Ahh, sial! Salah satu asetku ini...." caty masih bergumam membenahi seragam depannya.
"Lain kali,pakailah kemeja yang lebih longgar."
Caty menghentikan sejenak aktifitasnya. Melihat kearah Kenan dengan kesal.
"Om, ini adalah seragam sekolah. Size nya juga setandar. Tidak pernah dimodif begitu ketat. Jadi, tolong diperhatikan lagi kata-katanya."
Catty berucap begitu halus dan lembut, namun diakhiri dengan hentakan nafas keras.
Kenan menghela nafasnya,"baiklah. Maaf."
Kenan mengambil pin di dasinya, kwmudian menyodorkannya pada Catty.
"Kau bisa mwnggunakannya."
Catty melihat pada pin itu, tanpa kata menyautnya. Catty menautkan pada seragam bagian depannya sebagai pwngganti kancing. Hingga, menutupi dadanya yang terbuka.
Semua file dan berkas, sudah terkumpul. Catty menumpukny, tepat saat pintu lift terbuka.
Catty mengangkat bawaannya, lalu melangkah keluar.
"Terima Kasih,om."
Pintu lift mulai menutup. Ken berbalik menghadap sisi dalam lift. Sedang Catty berbalik melihat ke dalam lift, ada yang terlupa. Mata Catty membola, melihat Kenan merapikan celananya. Dahi Caty mengernyit, hingga pintu lift benar-benar menutup.
"Om Ken, merapikan apa? Nggak mungkin kan?!" gumam Catty pelan.
Sementara di dalam lift. Kenan tertunduk malu.
"Dia bocah, apa yang kupikirkan? Kau gila, Kenan."
Pria itu masih membenahi dan merapikan celananya. Ada rasa tidak nyaman dan sesak disana.
Aku, harus mendinginkan otakku yang tak waras ini. pikir Kenan.
Begitu sampai diruangannya, Kenan mengguyur kepalanya dibawah sower. Ken keluar setelah kepalanya benar-benar dingin.
Malvin membuka pintu ruanganya. Melihat Ken yang terlihat abis mandi, dia tertegun.
"Kamu... Mandi dikantor?"
"Gerah, tuan. Ada apa?"
"Kita butuh peretas."
______^_^_____
Readers,
Kasih semangat donk, biar Othor up terus setiap hari.
like dan komen ya
Terima kasih.
Salam___
😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Berdo'a saja
yah Kenan 😁😁 kasihan sekali pasti menyiksa tuh
2023-05-12
0
sintesa destania
berdiri tegak tapi bukan keadilan tp tugu monas ekwkwk
2023-05-08
1
Sita Sit
suka bgt sama chaty ya aku,buat sapi tua bucin duluan sama kamu chat,kamu juga jangan keliatan kalau naksir bgt Ama sapi tua ya,pura1 jaga jarak dong
2023-02-03
0