Aku keluar sambil membawa roti itu, mencoba mencari di mana ketua berada. Dari jendela lorong, aku melihat ketua yang sedang duduk sambil memandangi pohon-pohon rindang di halaman sekolah kami. Apa dia sangat menyukai pohon sampai-sampai matanya tidak beralih sama sekali. Aku bergegas turun dan menyusul ketua. Sesampainya di bawah aku memanggilnya. Sepertinya dia sedikit kaget, aku langsung duduk di sampingnya tanpa bertanya terlebih dahulu padanya.
Aku langsung membuka percakapan dengan tema pohon yang terpikirkan di lorong sekolah tadi. Sebelum dia menjawab, aku langsung berbicara tanpa memberinya celah. Aku mengatakan ternyata dia tidak sedingin yang terlihat, itu benar-benar sangat melegakan, karena akan sangat menyeramkan orang setampan ketua malah begitu dingin.
Tiba-tiba aku terdiam seolah baru sadar apa yang baru saja kukatakan. Kami saling menatap dan wajah kami sama-sama memerah. Kini kami kembali memalingkan pandangan setelah beberapa detik. Aku tidak memberi penjelasan tentang yang kukatakan tadi karena rasa canggung yang ada. Namun, sepertinya ketua tahu cara memecah kecanggungan ini.
Dia tertawa padaku, seakan membuatku tidak percaya bahwa yang ada di sampingku adalah ketua. Dia bilang dia tahu bahwa selama ini aku memang cerewet, tetapi dia tidak menyangka akan secerewet itu. Mendengar hal seperti itu membuatku kesal padanya, walaupun kenyataannya memang ketua sangat tampan.
Melihat wajahku yang kesal, ketua malah menatapku dengan dekat, membuatku sangat malu dan jantung berdegup kencang. Karena tidak tahan lagi aku mendorong ketua sambil menyodorkan roti yang akan kuberikan. Dia tersenyum dan menerima roti itu. Dia berterima kasih karena aku sudah mengantarkannya ke bawah.
Wajahnya sangat tampan, benar-benar membuat kusemakin merasa malu. Aku langsung berdiri dan berkata akan segera ke kelas. Kakiku mulai berjalan menjauh, di saat yang sama tiba-tiba dia memanggilku. Aku berhenti dan melihat ke arahnya. Dengan wajahnya yang tampan dia tersenyum dan berterima kasih padaku.
Karena sudah tidak tahan menahan malu, aku langsung berbalik dan berlari menuju kelas. Sesampainya di kelas teman-teman bertanya padaku darimana saja aku, kenapa mukaku sampai merah seperti kepiting rebus. Aku diam dan langsung duduk tanpa memberi penjelasan kepada mereka. Aku menunduk dan masih terbayang dengan ketampanan ketua.
Bel sekolah sudah berbunyi, aku mengangkat kepalaku yang masih terus terbayang oleh ketua. Bukan malah semakin reda, saat aku mengangkat kepala, mataku malah saling menatap dengan mata ketua yang baru saja masuk kelas. Aku semakin tersipu dan memalingkan wajah dari laki-laki itu. Benar-benar malu sekali rasanya.
***
Guru yang sudah masuk dan menjelaskan pelajaran terus saja menulis hingga memenuhi papan di kelas kami. Rasanya pelajaran kali ini tidak ada yang masuk ke otakku.
Setelah bel pulang berbunyi aku yang sebelumnya sudah janji akan menemani Youra pergi ke toko buku segera bergegas. Karena aku ingin segera pulang dan menemani mama yang ada di rumah sendirian.
Karena kami sudah membeli buku itu, dengan cepat aku langsung berkata pada Youra bahwa akan segera pulang menemani mama. Youra tidak keberatan dan kami langsung berpisah dari toko buku. Sesampainya di rumah aku langsung membuka pintu sambil memanggil mamaku tersayang. Begitu masuk aku sangat terkejut karena melihat ketua yang sudah duduk sambil minum dengan santai.
Aku masuk dan bertanya kenapa ketua ada di sini. Wajahku bingung seolah aku sudah melupakan kejadian di sekolah tadi. Mama yang datang dari dapur sambil membawa beberapa roti langsung menyapaku yang baru datang.
Kini aku ikut duduk bersama ketua dan mama. Ketua berkata bahwa kemarin mama memintanya datang lagi ke rumah untuk mencicipi menu baru mama. Pantas saja mama hari ini tidak pergi bekerja, toko yang tidak sibuk dijadikan mama alasan karena ketua akan datang berkunjung.
Mama meninggalkan kami berdua di ruang tamu karena masih menyelesaikan memanggang roti di dapur.
Aku berbincang dengan ketua sambil meminta maaf kalau mama merepotkan ketua. Sepertinya ketua tidak keberatan dan malah senang karena bisa menikmati roti buatan mama.
Tiba-tiba ada notifikasi yang masuk dalam ponselku, aku segera melihatnya dan benar-benar merasa terkejut. Aku sempat berteriak heboh dan merasa senang. Mama yang dari dapur mendengarku bertanya kenapa aku begitu terkejut. Aku menjawab mama bahwa tidak ada yang terjadi. Ketua yang bingung terus menatapku dan bertanya kenapa aku begitu senang. Aku langsung saja memberitahu ketua bahwa hari ini film yang selalu kutunggu-tunggu sudah mulai tayang di bioskop.
Ketua langsung bertanya padaku apakah aku ingin menontonnya hari ini. Dengan cepat aku langsung menjawab ....
“Tentu saja aku ingin!”
Raut wajah yang semula bahagia seketika langsung berubah menjadi raut masam. Aku juga menjelaskan pada ketua bahwa hari ini teman-temanku sedang sibuk.
“Apa kau ingin pergi menontonnya bersamaku?”
Pertanyaan yang seketika mengubah ekspresi masamku menjadi ekspresi bahagia. Tanpa pikir panjang aku langsung mengiyakan ajakan ketua dan bergegas ke kamar untuk bersiap. Aku pun meninggalkan ketua sendiri di ruang tamu.
Ketua tersenyum melihatku yang begitu antusias, aku tidak peduli yang penting hari ini harus menonton film yang sudah lama kutunggu-tunggu.
Aku bingung akan pergi mengenakan pakaian apa hingga membuatku mengeluarkan semua isi lemari. Rasanya aku ingin terlihat paling cantik, walaupun hanya pergi menonton film.
Di saat yang bersamaan, sepertinya mama sudah selesai memanggang kue dan kembali ke ruang tamu. Mama bertanya kepada ketua di mana aku, karena mama hanya melihat ketua seorang diri. Ketua menjelaskan dan meminta izin mama untuk menemaniku pergi menonton film yang aku suka. Dengan senang hati mama memberikan ijin kepada kami untuk pergi. Aku yang mendengar percakapan mereka merasa tenang karena sudah mendapatkan izin.
Aku yang cukup lama memakan waktu untuk memilih baju akhirnya keluar menuju ruang tamu. Mama dan ketua menatapku, seolah mereka melihat orang asing di hadapan mereka. Mama langsung menghampiriku dan memelukku, berkata bahwa aku terlihat sangat cantik. Aku menyuruh mama tidak berlebihan karena rasanya sangat malu dilihat oleh ketua.
Kami langsung berpamitan pada mama dan bergegas pergi. Rasanya senang sekali hingga sepanjang jalan aku terus tersenyum kegirangan. Ketua terus saja menatapku, seolah terpesona dengan apa yang aku kenakan hari ini.
Di perjalanan kami mengobrol banyak, ketua juga menanyakan kenapa aku sangat ingin melihat film itu. Aku yang begitu senang menjawab pertanyaan ketua dengan sedikit tingkahku yang ke sana kemari.
Tiba-tiba saja kakiku terpeleset dan aku hampir jatuh. Tidak disangka ketua menangkapku sebelum aku terjatuh dan merusak pakaianku. Mata kami saling beradu, membuat kami saling terpaku satu sama lain. Tak lama kami tersadar ketua segera membantuku berdiri. Aku berterima kasih kepada ketua karena sudah menolongku, rasanya benar-benar malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
🍾⃝Tᴀͩɴᷞᴊͧᴜᷡɴͣɢ🇵🇸💖
Kapan tulisanku bisa kayak gini hiks
2020-07-17
1
Ghina
baru sampe sini bacanya 😊
2020-06-29
0
Lina agustin
next
2020-05-28
1